Tentang FKM
Hai gengs. Dulu saya tuh ambisi buat kerjasama bareng temen peminatan lain buat nulis. Tentang gimana peminatan masing-masing. Kan saya udah tuh walaupun dikit. Seenggaknya biar orang diluar sana paham FKM itu ada apa aja.
Alhamdulillah kali ini berkesempatan posting tentang peminatan AKK. Saya baru inget gengs temen saya ini udah nulis setahun yang lalu. Belum sempet saya posting. MasyaAllah. Maafkan aku, Ade! *sungkem*. Ngga perlu banyak cakap lagi ya. Cekidoot!
Ade
Hai pembaca setia blognya Lulu. Sebelumnya kenalin, saya Ade K. Bisa dibilang temen “main” nya Lulu semasa perkuliahan ini. Well, kali ini saya berkesempatan “main” ke blognya Lulu untuk berbagi sedikit informasi dan pengalaman pribadi sebagai mahasiswa peminatan Administrasi dan Kebijakan Kesehatan (AKK) FKM Undip.
![]() |
Logo AKK |
Ok, hal pertama yang ingin saya ceritakan adalah mengenai, "Kenapa pilih AKK?"
Jadi pada dasarnya, sejak semester 1 saya adalah tipe orang yang netral terhadap semua peminatan. I mean, tidak ada satu peminatan yang paling bikin saya tertarik maupun sebaliknya. Seiring berjalannya waktu, sama aja. Bahkan hingga semester 4, tetap tidak ada perubahan. Sampai pada akhirnya, di semester 5 saya mulai meminta “intervensi” dari kakak tingkat karena, yaah saya masih merasa netral terhadap semua peminatan. Intervensinya berupa apa? Penjelasan mengenai prospek kerja, mata kuliah, dosen-dosen dan lain sebagainya.
Prospek kerjanya gimana?
Meskipun ketika maba kita udah mendapat penjelasan oleh kating dari masing-masing peminatan, rasanya akan berbeda ketika kita mendapat penjelasan untuk yang kedua kalinya mengenai hal ini. Karena, ya memang setidaknya kita udah lebih melek terhadap nasib kita yang berasa “udah di depan mata” :’)
Kata beliau, sebagai AKKers (sebutan bagi mahasiswa AKK), kita bisa bekerja di Puskesmas (sebagai kepala puskesmas, you should!), Rumah Sakit (di bagian komite mutu dan keselamatan pasien maybe), Dinas Kesehatan (sebagai kepala dinas, kepala sub bagian perencanaan program, dan lain sebagainya), Kementerian Kesehatan, Perusahaan Asuransi Pemerintah (BPJS) maupun Swasta, dan masih banyak lagi.
Sekalian nih saya mau cerita tentang beberapa alumni AKK yang Alhamdulillah Wa Syukurillah, bisa dibilang sudah menemukan jalan untuk mendapatkan rejeki yang halal #Oposih. Oke, yang pertama ada kaka ganteng dan cantik yang sekarang bekerja di BPJS Kesehatan. Trus ada juga yang bekerja di perusahaan asuransi swasta. Lalu ada Ibu cantik yang bekerja di Dinas Kesehatan, bahkan menjabat sebagai Kepala Sub Bagian Program. Dan maaasih banyak lagi.
Mata kuliahnya apa aja sih?
Namanya juga Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, pasti mata kuliah yang didapat ya seputar administrasi serta kebijakan kesehatan. Lebih rincinya, nanti kita bakal belajar tentang how to administer/how to manage program-program kesehatan, mulai dari bagaimana cara menentukan permasalahan kesehatan, mencari akar penyebab dari masalah tersebut, menentukan solusi yang dilanjutkan dengan membuat rencana program/proyek kesehatan, melakukan monitoring serta evaluasi terhadap program/proyek kesehatan tersebut.
Ngga berhenti sampai situ aja. Kita juga belajar mengenai hukum kesehatan dengan berbagai kasus pidana maupun perdata, belajar ekonomi kesehatan dalam hal pembiayaan kesehatan, asuransi kesehatan, advokasi, etika dan budaya organisasi kesehatan, administrasi proyek kesehatan, administrasi rumah sakit, dan masih banyak lagi yang tentunya sangat menarik untuk dipelajari lebih mendalam.
Sebenernya ada 1 mata kuliah yang amat sangat berkesan untuk saya pribadi, yaitu seminar manajemen kesehatan. Jadi, di mata kuliah ini, AKKers belajar untuk membuat suatu perhelatan yang tentunya tetap membahas mengenai isu kebijakan kesehatan di Indonesia. Tahun ini (2017), AKKers angkatan 2017 membentuk sebuah kepanitiaan Round Table Discussion yang mengkaji mengenai Pajak Rokok dan Signifikansinya dalam Pembangunan Kesehatan Daerah.
Dosen-dosennya gimana?
Dosen-dosen AKK memang terkenal “Ada Kadang-Kadang”. Beliau-beliau ini memang pekerjaannya bukan hanya sebagai dosen, melainkan ada yang memegang peran sangat penting dalam sebuah organisasi profesi, ada yang menjadi konsultan proyek kesehatan, ada yang membantu membuat Peraturan Daerah (Perda), ada yang membantu melakukan evaluasi program kesehatan skala nasional, dan lain sebagainya.
Tapi percayalah teman-teman, beliau-beliau ini akan selalu berusaha mengatur waktu seadil mungkin. Dan ketika beliau dapat hadir ke dalam kelas untuk mengajar, jangan sia-siakan kesempatan itu. Yang berdiri di hadapan kita adalah orang-orang penting. Beliau adalah orang-orang yang berpengaruh dalam kebijakan kesehatan di Indonesia. So, silahkan bertanya apapun pada beliau-beliau ini.
AKKers bisa magang dimana aja?
Loh kok ada magang? Yaaps. Jadi di FKM kan memang ada mata kuliah magang alias Praktik Kerja Lapangan. Nah, waktu pelaksanaan magang di setiap peminatan berbeda-beda. But, rata-rata hanya sekitar 5 minggu.
Oke lanjut ke pembahasan AKKers bisa magang dimana aja? Ada banyak pilihan lokasi magang manteman. Kita bisa magang di Puskesmas, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Rumah Sakit, Dinas Kesehatan Provinsi, Kementerian Kesehatan, dan BPJS. Setiap lokasi magang tentu memiliki kelebihannya masing-masing.
Contoh nih kalau magang di Puskesmas, kita bisa belajar tentang alur pembiayaan untuk pelayanan kesehatan maupun penyediaan fasyankes (fasilitas pelayanan kesehatan) nya, pelayanan kesehatan apa saja yang dapat diberikan di puskesmas, kondisi pasien seperti apa yang harus dirujuk ke rumah sakit, dan lain sebagainya.
Kalau magang di Rumah Sakit, kita bisa belajar mengenai administrasi Rumah Sakit, perbedaan alur pelayanan pasien BPJS maupun pasien umum, dan lain-lain. Kalau magang di BPJS, kita bisa belajar mengenai apa itu premi, klaim, biaya kapitasi, pelayanan apa saja yang akan ditanggung oleh BPJS dan lain sebagainya.
Kalau saya kemarin berkesempatan magang di Dinkes Provinsi Jawa Tengah tepatnya di Sub Bagian Program. Disana saya belajar banyak mengenai alur penetapan anggaran untuk berbagai program kesehatan skala provinsi, sumber-sumber anggaran bagi program-program kesehatan, bagaimana melakukan monitoring dan evaluasi program tersebut, apa yang akan dilakukan apabila terjadi sisa anggaran, dan masih banyak lagi. Well, mau magang dimanapun sudah pasti berfaedah kok. Mungkin ini bisa jadi pertimbangan untuk memilih lokasi magang :
1. Pilih lokasi yang kamu inginkan untuk bekerja kelak dikemudian hari. Sehingga setidaknya kamu sudah mengenal budaya organisasi disana.
2. Pilih lokasi yang akan kamu jadikan sebagai wilayah penelitian tugas akhir alias skripsweet.
So, berdasarkan beberapa hal diatas, akhirnya saya memutuskan untuk “nyemplung” di dunia AKK. Dan bagaimana kondisi saya sekarang? Awalnya sih saya merasa cukup minder karena merasa bahwa AKK ini bukan saya banget. Saya hanya mendapat intervensi dan well…ini bukan murni keinginan dari hati saya. Tapi, sesungguhnya saya memang ingin menjabat sebagai Kepala Sub Bagian Perencanaan Program di Dinas Kesehatan ataupun Kepala Puskesmas. Intinya sebagai pejabat struktural.
Dan saya pun semakin termotivasi ketika ada salah seorang dosen AKK yang mengatakan bahwa “Ranahnya AKK memang lebih ke pejabat struktural. Di AKK ini ya kalian semua akan dicetak untuk menjadi seorang manajer”. Dan percayalah guys, sekarang saya merasa sangat bersyukur dan bahagia “nyemplung” di AKK.
Gimana? Ada yang tertarik menjadi bagian dari AKKers? Fyi, syarat utama supaya kalian bisa bergabung bersama kami adalah IPK kalian minimal 3,0. Laluuu, nilai mata kuliah Organisasi Manajemen Kesehatan yang didapat ketika saya semester 3 (if I’m not mistaken) minimal B. Jadi nanti akan diseleksi terlebih dahulu berdasarkan nilai dan IPK oleh dosen AKK, selanjutnya akan dipilih 45 orang.
Bagi temen-temen yang sebenernya juga merasa “netral” terhadap semua peminatan seperti saya, sebaiknya kita posisikan IPK dan nilai mata kuliah prasyarat pada posisi aman terlebih dahulu. Jadi kalaupun di detik-detik terakhir pengisian form peminatan dan ternyata kalian berubah pikiran untuk masuk ke peminatan lainnya, it won’t matter. Anyway, good luck!
***
Let's thank Ade for giving us an insight! Enak kan tulisannya Ade? Iyalah dia tuu sobat saya juga di pers mahasiswa. Salah satu yang paling bersemangat pula. Hihihi. Semoga bermanfaat ya. See you!
Alhamdulillah. Sebulan lamanya nggak posting di blog ini. Akhirnya posting dengan membawa kabar gembira: SAYA UNOFFCIALLY SKM gaess.
Bukan susu kental manis ya. SarjanaKesayangan Mertua Kesehatan Masyarakat! Masih unofficially karena baru aja menyelesaikan 3/3 alias ujian skripsi. Wisudanya masih beberapa bulan lagi. Belum dapet wisuda periode Agustus. Tidak apa-apa. Kalem.
Baca: 4 Ide Kado Wisuda selain Bunga
Bukan susu kental manis ya. Sarjana
Baca: 4 Ide Kado Wisuda selain Bunga
Dengan menyelesaikan ujian skripsi (biasanya disebut sidang aja sih) bukan berarti saya udah lepas total dari ujian hidup bernama skripsi. Masih ada revisi sebelum akhirnya disahkan dan disetujui oleh penguji + pembimbing. Ribet? Iya. Urusan dengan akademik resikonya harus mau ribet. Well, not only academic. Semua yang bersinggungan dengan formalitas dan produk hukum sepertinya memang ribet.
Postingan seri #MenujuSKM saya udah cerita masa-masa seminar proposal dan melakukan penelitian. Terhitung dari seminar proposal, saya menghabiskan kurang lebih 3 bulan untuk menyelesaikan skripsi. Rinciannya seminar proposal 29 Maret, seminar hasil 28 Juni, dan ujian skripsi 4 Juli. Jauuuh sangat meleset dari target wisuda April HAHA yaudah memang belum saatnya.
Baca: #MenujuSKM: Akhirnya Seminar Proposal
Baca: #MenujuSKM: Akhirnya Seminar Proposal
Ngomong-ngomong soal seminar hasil dulu nih. Saya menyelesaikan penelitian dalam waktu nggak lama juga sebenarnya. Hanya memang kendalanya ada di waktu itu saya belum memahami statistik dengan baik dan benar (udah macam EYD aja shay). Jadilah yang seharusnya gampil dibikin susah. Ya karena konsep statistiknya aja ora mudheng gaes.
Saat mau maju untuk seminar hasil posisinya seminggu sebelum libur lebaran. Di masa kritis itu banyak banget literally banyak yang mengejar dosen untuk hal yang sama. Entah itu seminar hasil maupun ujian skripsi alias sidang. Dan masalahnya adalah dosen pembimbing saya nggak cuma membimbing anak S1 aja. Ada juga mahasiswa S2 bahkan S3. Saingan saya untuk mendapatkan waktu beliau bertambah. Akhirnya diputuskan lah untuk seminar hasil setelah Lebaran. Sedih nggak? Ho'oh waktu itu sedih banget. Gloomy muka dan auranya. LOL.
Seminar hasil aja nekad banget. Cuma bimbingan sekali di masing-masing pembimbing. Karena di mindset saya tuh entar juga direvisi. Mending sekalian aja waktu seminar hasil. Toh ngga ada penilaiannya juga. Daripada saya bolak balik revisi nggak jelas juntrungnya. Janjian untuk bimbingan aja susah shay. Akhirnya seminar hasil. Sepi. Ngga ngabarin siapa-siapa hahaha ngabarin deng tapi emang buat circle temen deket aja.
![]() |
Seminar Hasil kilat shay |
Setelah itu langsung gas untuk sidang. Disinilah saya sebagai seorang hamba kembali diberikan ujian *sigh*. Lagi-lagi ujiannya berkaitan seputar dosen dan waktu. Dosen penguji saya sudah ditetapkan. Saat saya hubungi dan ngomong ini itu ternyata jadwalnya nggak cocok dengan dosen pembimbing. Nggak tanggung-tanggung loh, sampai 2 minggu ke depan. Hampir setengah bulan sendiri! Masa iya saya revisian se-lama itu? Ogah lah. Udah angkat tangan aja rasanya :')
Akhirnya muncul solusi untuk mengganti penguji. Dan Alhamdulillahnya dimudahkan huhuhuhu. Penguji kedua ini langsung mengiyakan tanpa nanya ribet-ribet. Akhirnya sidang juga!
Percaya nggak percaya, saya nervous banget sebelum sidang. Malam sebelumnya nggak bisa tidur. Paginya mules sampe ke kamar mandi berkali-kali. Hahaha. Gara-garanya saya nggak ada gambaran bapak penguji bakal memberikan pertanyaan kaya gimana. Temen saya seangkatan di peminatan belum ada yang sidang dengan pengujinya beliau. Mau nanya ke kating kok kayaknya receh banget. Ngga tau pula siapa yang pengujinya beliau. Saya putuskan untuk let it flow sajalah.
Hari H nya drama masih berlanjut. Hampir aja ngga bisa sidang karena belum menyelesaikan urusan administrasi! Hahaha. Nanti saya ceritakan di postingan tips mempersiapkan ujian skripsi aja ya! Udah ada yang request di instagram. LOL
Baca: Benefit of Being Famous
Baca: Benefit of Being Famous
Sampe saat ini masih ngga percaya udah sidang aja. Jadi gini rasanya.... :) *emang gimana atuh rasanya*. Lucunya, saya kan emang nggak nge-share foto sidang dan semhas di instagram nih. Ada percakapan lucu. Sebut saja si A dateng ke sidang temen saya juga, si B.
A: Lulu kapan nih?
L: Kapan apa? Sidang?
A: Iya
L: Udah kok hehe
A: Lah iya? Kok ngga tau? Di instagram nggak ada ngeposting apa-apa?
Hahaha saya senyumin aja. Alasannya simpel kok. Bukan karena saya nggak mau berbagi kebahagiaan (?) tapi saya menempatkan diri di posisi temen yang belum sampai tahap ini. Rasanya tuh teriris *halah* ngelihat postingan sidang bertebaran di instagram. Sementara sendirinya belum sampai tahap itu. Bisa aja jadi motivasi. Tapi buat saya rasanya lebih ke....iri? Capek hati? Haha. Apalagi kalau faktor yang memperlama itu bukan dari diri sendiri. Mau gimana lagi? Salah siapa? Ya gak ada. Emang udah takdirnya. Jikalau memang sudah berusaha dan berdoa semaksimal mungkin loh ya~
Makanya saya update di Whatsapp yang notabene isinya keluarga dan temen deket aja. Well, terimakasih buat temen-temen yang udah memberikan doa ya baik secara langsung maupun lewat medsos. Ada beberapa yang ngucapin karena liat postingan temen yang dateng langsung. Hehe. Semoga dengan selesainya masa studi ini, ilmu yang saya dapetin berguna untuk terus berkarya. Amiiin :)
Baca series #MenujuSKM sebelumnya:
Hola! Postingan kali ini pakenya "aku" aja ya biar enak dan ((akrab)) gitu hahaha. Soalnya semakin kesini kalo posting curhat tentang lyfe pake "saya" kok nggak dapet feel-nya. Nah how's life guys? I've been stuck one one thing called skripsi. Yash keliatan banget ya mahasiswa tuanya. Asli deh aku ngerasa kayak....OMG I wasted a lot of time on my undergraduate thesis *ew* gaya banget padahal mah apa atuh malah youtube-an melulu *sigh*.
Daripada aku mikirin skripsi melulu kan ya mendingan nulis yang lain. Ribet tau nulis karya ilmiah harus begini dan begitu. Tulisannya masih ada hubungan sama skripsi sih, siapa tau aja ya ada yang kepo kan gimana dengan perjalanan skripsi dirikuu LOL.
Langkah awal yang udah aku lewati adalah seminar proposal. Selanjutnya masih ada revisi sebelum dibolehkan turun untuk penelitian. But in fact aku males banget revisi huft yaAllah jangan ditiru ya. Jadilah dalam rentang dua bulan penelitian ini cuma dua kali konsultasi itupun lewat Whatsapp dan bukan hal yang krusial. Nggak tau nanti seminar hasil bakal gimana ya bismillah semoga lancharrr.
Penelitian yang aku lakukan bertempat di SMK Negeri di Semarang. Kenapa SMK? Ya karena yang memenuhi kriteria responden penelitian emang SMK. Dulu aku yang naif ini milih penelitian di sekolah karena enak udah satu tempat. Nggak usah repot-repot ngumpulin orang di balai desa. Atau lebih menantang lagi mendatangi rumah ke rumah satu persatu demi mendapatkan responden. Di kepala udah rasanya kayak pecah mikirin opsi terakhir.
Pada akhirnya aku ambillah penelitian di sekolah. Yang terjadi adalah...SAMA SEKALI NGGAK GAMPANG hahaha. Rasanya ingin menoyor diri sendiri atas semua ini.
![]() |
https://giphy.com |
Kenapa nggak gampang? Jadi gini. Untuk penelitian di sekolah tergantung sama sekolah terkait. Ada yang harus minta surat pengantar dulu dari Dinas Pendidikan. Ada juga yang hanya dengan mengirim proposal bisa langsung penelitian. Biasanya yang terakhir ini berlaku di sekolah swasta. Biasanya, ya.
Nah, berhubung aku di sekolah negeri dan ada 2 pula ternyata ya aneh sih masing-masing punya kebijakan sendiri. Di sekolah pertama aku nggak usah pake surat pengantar dari Dinas Pendidikan. Di sekolah kedua? WAJIB pake surat pengantar. Disinilah yang bikin pengen nangis *lebhayyy*.
Per-tahun berapa entah aku kurang inget, SMA/SMK sederajat tanggung jawabnya bukan lagi di Dinas Pendidikan Kota, tapi di Dinas Pendidikan Provinsi. Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah sendiri letaknya ada di deretan Mall Paragon, BPJS (sampingnya persis). Sedangkan Dinas Pendidikan Kota ada di arah Java Mall kalo dari Semarang atas yaa..
Langkah-langkah untuk dapet surat pengantar penelitian dari Dinas Pendidikan ini sungguhlah ribet.
1. Surat pengantar Dinas Penanaman Modal dan Satu Pintu
Disingkat PTSP atau apalah itu. Pertama dateng ke Disdik bingung banget. Apa hubungannya coba sama penanaman modal? Kan aku bukan investor. Ternyataa emang pelayanan terpadunya ya disitu. Usut punya usut, ngurusnya bisa online. Klik aja disini ya lengkapnya.
Nanti bakal disuruh registrasi menggunakan nama lengkap beserta NIK (yang ada di KTP itu tuuh). Adapun dokumen lain yang dibutuhkan disini: surat pengantar dari kampus untuk para kepala sekolah, proposal penelitian, KTP asli, dan surat pernyataan. Disitu langkah-langkahnya lengkap banget nget nget pokoknya.
Kalo udah selesai semuanya tunggu deh 3-4 hari (hari libur nggak diitung). Surat pengantar bakal dikirim ke email yang udah dicantumkan saat registrasi. Print, selesai.
2. Surat pengantar dari kampus
Ada 2 jenisnya ya, surat pengantar untuk kepala dinas dan kepala sekolah alias instansi yang dituju.
Kedua surat itu dikumpulin ke bagian apa ya lupa namanya. Pokoknya dari pintu masuk kantor Dinas Pendidikan di sebelah kirinya. Sebagai ganti, aku dikasih kwitansi (?) sebagai bukti terima gitu. Disitu juga tertulis kapan bisa diambil. Formalitasnya sih yaa..seminggu. Kenyataannya?
NAH INI YANG BIKIN SAKIT HATI GENGSS. Aku nggak tau sih ya kenapa PASTI ngurus surat di dinas itu lama. Nggak dinas kesehatan, nggak dinas pendidikan, semuanya nggak sesuai dengan yang dijanjikan. Alasannya entah banyak surat yang masuk lah, kepala dinas lagi pergi lah. Endebrei endebrei.
![]() |
https://giphy.com |
Sungguh mengecewakan sekali. Berapa banyak waktu yang terbuang buat nungguin surat aja coba? Seminggu? Dua minggu? Aku ngerasa gondok banget soalnya kan ini pelayanan publik. Ditambah lagi, waktu itu berharga banget lho. Apalagi buat mahasiswa yang dituntut untuk lulus dalam jangka waktu tertentu. Satu hari pun berharga banget.
Seharusnya nggak ada alasan ini itu buat molor lebih dari seminggu. Jika memang SOP-nya seminggu, yaudah jadikan seminggu. Nggak ada kepala dinas? Atas nama lah atau gimana pun itu diusahain. Plis ya barangkali ada orang dinas yang baca ini atau kepala dinasnya langsung? EHEHE ayo bapak ibu tingkatkan lagi pelayanannya. Time is money!
Udah dapet surat dari Dinas Pendidikan pun bukan berarti masih selesai. Harus ngurus juga perizinan ke sekolah. Dan ini pun juga serupa kejadiannya kayak di dinas. Dilempar-lempar. Sedih aku tuh :( Contoh nyatanya gini. Kalo aku dateng ke sekolah, diminta nelepon dulu. Kalo aku nelepon, diminta dateng aja langsung. Aku kudu piye gaes? *menyeka air mata*
Udah ngga tau berapa kali aku menyesali keputusan melakukan penelitian di sekolah. Tapi apalah penyesalan tiada guna. Show must go on~~
Mungkin disini aku ngasih saran aja sih ya kalo ngga mau ribet mending pilih lokasi penelitian lain. Di masyarakat juga bisa...lebih bagus lagi penelitian di laboratorium aja biar nggak berhubungan sama orang banyak. Dihitung-hitung biaya ngelab sama wira-wirinya turun lapangan sama aja kok. Ingat, biaya alias cost nggak cuma uang aja. Termasuk effort, waktu, dan make up yang dipake buat nemuin banyak orang. LOL
Saat penelitian di sekolah pun....sebentar ku hela napas. Wkwk. Nyari waktunya itu nggak gampang, harus pinter lobi-lobi make jam-nya siapa. Muridnya pun belum tentu semuanya bisa diajak kerjasama lho. Ya gimana mungkin mereka belum ngerasain kali ya skripsian jadi mikirnya kan nggak ada manfaatnya buat mereka. Ujung-ujungnya males deh buat berpartisipasi.
Kalian semua jangan kayak gitu ya guys. Apapun itu penelitannya selama kita masuk kriteria responden ya dibantu. Kalo nggak masuk kriteria, bantu nge-share pun udah Alhamdulillah banget. #CurhatMahasiswaAkhir.
Hmm apalagi ya? Curhatan aja udah hampir 1000 kata sendiri hahaha akhirnya aku bisa menuliskan ini!! Setelah penelitian ngapain? Tenang masih ada kok ceritanya bakal bersambung. Bhabayy for now.
Alhamdulillah. Satu kata yang diucapkan sebanyak apapun nggak akan cukup menggambarkan betapa bersyukurnya saya. Yeah right. Setelah melalui perjalanan panjang, akhirnya bisa seminar proposal juga.
Eh, apa tuh seminar proposal?
Tahun lalu saya udah sempet menyinggung tentang skripsi yang jadi kewajiban di tahun 2018. Dari awal udah berusaha menetapkan hati biar nggak gampang mengeluh. Nggak gampang down saat menghadapi tantangan. Kenyataannya? Jauh panggang dari api. Ya masih ngeluh, ya sempet down juga.
So this is how I started my undergraduate thesis journey.
So this is how I started my undergraduate thesis journey.
Setahun yang lalu udah mulai mengumpulkan topik/judul, pembagian dosen pembimbing (dosbing). Singkatnya saya sekali ganti dosbing. Kedua dosbing ini memiliki gelar yang sama, dokter dan doktor. Ngajuin judul sekali ditolak, kedua kali ditolak, dan ketiga baru diterima.
Judul yang ketiga ini diterima setelah...KKN selesai. Artinya udah 1,5 bulan berjalan dan saya "baru" sampai ke seminar proposal. Seminar proposal ini wajib hukumnya sebelum melaksanakan penelitian. Ibaratnya sepertiga dari perjalanan #MenujuSKM.
Urut-urutannya kayak gini:
Pertama, seminar proposal. Dilakukan setelah menulis bab I sampai III plus instrumen penelitian. Ditambah syarat minimal bimbingan dan yang terbaru, cek persentase plagiasi menggunakan turnitin. Untuk bisa maju seminar proposal maksimal 30% kesamaan dari sumber lainnya. Kalo step ini udah disetujui dan dinyatakan layak, baru boleh melakukan penelitian.
Drama banget pake turnitin ini. Kami para mahasiswa nggak tau sistem kerjanya kayak gimana. Tapi tuh lucu banget kata atau kalimat yang terdeteksi bener-bener unpredictable lyke,
"Hah kayak gini mirip? Ini udah ngolah kata sendiri ga copas padahal!"
Saking lucunya sampe ada temen yang nyetatus di LINE: turnitin membuat kita menjadi penyair. Cuma bisa ngakak so hard karena kebenaran status itu. LOL.
Pertama, seminar proposal. Dilakukan setelah menulis bab I sampai III plus instrumen penelitian. Ditambah syarat minimal bimbingan dan yang terbaru, cek persentase plagiasi menggunakan turnitin. Untuk bisa maju seminar proposal maksimal 30% kesamaan dari sumber lainnya. Kalo step ini udah disetujui dan dinyatakan layak, baru boleh melakukan penelitian.
Drama banget pake turnitin ini. Kami para mahasiswa nggak tau sistem kerjanya kayak gimana. Tapi tuh lucu banget kata atau kalimat yang terdeteksi bener-bener unpredictable lyke,
"Hah kayak gini mirip? Ini udah ngolah kata sendiri ga copas padahal!"
Saking lucunya sampe ada temen yang nyetatus di LINE: turnitin membuat kita menjadi penyair. Cuma bisa ngakak so hard karena kebenaran status itu. LOL.
Kedua, seminar hasil. Memaparkan nih hasil dari penelitian yang dilakukan kayak gimana. Baru deh ketiganya ada sidang dimana dosen penguji mencecar hasil karya ilmiah kami dan of course memberikan nilai untuk mata kuliah 4 SKS ini.
***
Sebenarnya saya udah punya judul yang mau diajuin dari sebelum KKN. Sayangnya nggak sempet ketemu dosbing. Pun saat KKN bener-bener off dari kegiatan per-skripsi-an. Jadilah baru jalan setelah KKN. Niat hati dalam dua minggu langsung maju seminar proposal which means awal Maret. Eh ternyata, nggak semulus itu!
Ada banyak variabel yang mempengaruhi jalannya seminar proposal. Satu: birokrasi alias surat menyurat. Dua: dosen pembimbing. Tiga: diri sendiri. Serius deh, ini baru pertama kalinya saya menemukan diri benar-benar berjuang. LOL. Anaknya mageran banget tapi ini kayak dipaksa oleh diri sendiri biar nggak males *tepuk tangan*.
Studi pendahuluan harus dilakukan ke dinas terkait. Misal butuh data dari Dinas Kesehatan, Dinas Lingkungan Hidup, dan lainnya. Harus bikin surat kan tuh dari kampus ditanda tangan Dekan atau Wakil Dekan. Belum tentu sehari langsung jadi. Bisa aja nunggu yang bersangkutan tanda tangan sampe berhari-hari.
Selesai surat, diberikan ke instansi. Biasanya prosesnya juga nggak cepet. Minimal seminggu. Dan, BELUM TENTU JADI SESUAI WAKTU YANG DIJANJIKAN. Pelajaran pertama dari survei pendahuluan adalah: lower your expectation. Jangan pernah berharap sekali masukin surat langsung dapet apa yang diharapkan. Jangan. Kenyataan seringkali menyakitkan dan memupuskan harapan *apa sih*.
Udah gitu saat kita dikasih data pun belum tentu sesuai sama yang kita inginkan. Harus pinter-pinter putar otak gimana caranya dapet data yang pas dan sesuai.
Peraturan wajib saat survei pendahuluan (mungkin juga sampe sidang nanti): BANYAKIN SABAR. Ketemu orang A, sabar. Orang B, sabar. Senyum. Sifat setiap orang kan beda-beda ya, ada yang nyenengin dan suka membantu orang. Ada juga yang mempersulit dan masa bodoh. Ketemu orang tipe yang kedua ini hawanya ingin berkata halussehalus muka Ha Seung Woon.
Faktor dosen pembimbing juga ngaruh banget. Wagelaseh ini beneran dosen diciptakan dengan berbagai sifat juga. Ada yang baik banget literally membimbing dari A sampe Z. Ada yang prinsipnya "udah maju aja kalo perlu cepetan wisuda". Ada juga yang nguji anak bimbingannya sejauh apa kematangan konsep penelitannya. Di situ lagi-lagi ya kesabaran diuji.
Terakhir dan yang juga paling penting: diri sendiri. Bakalan ada momen dimana kebanyakan mikir ini itu. Saran dari saya: nggak usah mikir! Terjang aja. Action dulu. Kelamaan mikir bikin banyak kesempatan lewat. Belum lagi pressure saat liat temen-temen yang lain udah sempro, semhas, atau justru sidang. Sementara kita masih di titik ini ini aja. It feels like you are willing to dig your own grave.
Percaya sama diri sendiri perlu banget. Nggak membandingkan dengan temen lain apalagi. Everyone has their own pace. Jangan karena envious lihat temen yang udah duluan, trus jadi rushing tanpa perencanaan yang tepat. Saya bilang duluan, bukan yang udah di depan karena...ya sebenernya nggak ada orang yang "didepan" atau "diatas" orang lain. For me, everyone equals. Yang membedakan hanya ketakwaan mereka sebagaimana prinsip yang saya yakini. You don't have to feel inferior nor exferior to others. Biasa aja. It will be okay as long as we know our destination.
Jangan sampe "cuma" gara-gara satu hal bernama skripsi, hidup jadi terhambat atau lebih parah lagi berhenti di tempat. It's okay to take a rest. But don't forget to continue your journey. Hal yang keliatannya remeh, tapi beneran bisa bikin semangat lagi. Percaya diri lagi.
Udah gitu saat kita dikasih data pun belum tentu sesuai sama yang kita inginkan. Harus pinter-pinter putar otak gimana caranya dapet data yang pas dan sesuai.
Peraturan wajib saat survei pendahuluan (mungkin juga sampe sidang nanti): BANYAKIN SABAR. Ketemu orang A, sabar. Orang B, sabar. Senyum. Sifat setiap orang kan beda-beda ya, ada yang nyenengin dan suka membantu orang. Ada juga yang mempersulit dan masa bodoh. Ketemu orang tipe yang kedua ini hawanya ingin berkata halus
Faktor dosen pembimbing juga ngaruh banget. Wagelaseh ini beneran dosen diciptakan dengan berbagai sifat juga. Ada yang baik banget literally membimbing dari A sampe Z. Ada yang prinsipnya "udah maju aja kalo perlu cepetan wisuda". Ada juga yang nguji anak bimbingannya sejauh apa kematangan konsep penelitannya. Di situ lagi-lagi ya kesabaran diuji.
Terakhir dan yang juga paling penting: diri sendiri. Bakalan ada momen dimana kebanyakan mikir ini itu. Saran dari saya: nggak usah mikir! Terjang aja. Action dulu. Kelamaan mikir bikin banyak kesempatan lewat. Belum lagi pressure saat liat temen-temen yang lain udah sempro, semhas, atau justru sidang. Sementara kita masih di titik ini ini aja. It feels like you are willing to dig your own grave.
Percaya sama diri sendiri perlu banget. Nggak membandingkan dengan temen lain apalagi. Everyone has their own pace. Jangan karena envious lihat temen yang udah duluan, trus jadi rushing tanpa perencanaan yang tepat. Saya bilang duluan, bukan yang udah di depan karena...ya sebenernya nggak ada orang yang "didepan" atau "diatas" orang lain. For me, everyone equals. Yang membedakan hanya ketakwaan mereka sebagaimana prinsip yang saya yakini. You don't have to feel inferior nor exferior to others. Biasa aja. It will be okay as long as we know our destination.
Jangan sampe "cuma" gara-gara satu hal bernama skripsi, hidup jadi terhambat atau lebih parah lagi berhenti di tempat. It's okay to take a rest. But don't forget to continue your journey. Hal yang keliatannya remeh, tapi beneran bisa bikin semangat lagi. Percaya diri lagi.
***
Jangan dikira saat hari H seminar saya lancar aja. Pagi mengingatkan dosen, justru mendadak bilang diundur. Bikin wanna cry gak tuh? HAHA. Laptop yang dibawa nggak bisa nyambung ke proyektor. Alhamdulillahnya, pasti pertolongan Allah itu dateng. Saya nggak dibiarin kesulitan tanpa ada solusi. And it works! I'm done with seminar proposal. Saatnya revisian dan memulai penelitian.
Oh ya, jangan lupa buat minta do'a ke orang tua. Ke temen-temen. I did it, too! Setiap ketemu orang minta doain biar bisa disegerakan. Kalo sama temen yang deket minta didoain pake tanggalnya sekalian biar jelas, kaan. Do'a juga harus detail biar nggak meleset. Heheh.
Bismillah, semoga penelitian lancar jaya dan bisa mengakhiri masa kuliah tepat waktu 8 semester aja nggak perlu nambah!
Saturday, February 24, 2018
Pengalaman Ikut Try Out Uji Kompetensi Sarjana Kesehatan Masyarakat 2018
Niatnya mau ngelanjutin cerita KKN tapi bingung mulai darimana saking banyaknya cerita. Akhirnya dipinggirkan dulu dan nulis ini aja. Yup, barusan aja saya mengikuti Try Out Uji Kompetensi Sarjana Kesehatan Masyarakat 2018. Iya baru try out alias uji cobanya aja belum ujiannya yang "beneran". Dan ini gratis ya nggak dipungut biaya sama sekali.
Info untuk Try Out ini udah jauh-jauh hari diumumkan. Kalau nggak salah tahun lalu, kah? Atau awal tahun 2018 ini diumumkan lewat komting peminatan masing-masing. Alhamdulillah, instansi tempat saya belajar termasuk yang proaktif dapetin info semacam ini. Tahun kemarin bulan Agustus juga ada try out ini. Saya aja yang belum berkesempatan ikut. Baru dapet gilirannya sekarang. Sekali lagi, Alhamdulillah.
Baca: Plans for 2018
Oh iya, ada yang belum tau apa itu Uji Kompetensi Sarjana Kesehatan Masyarakat?
Uji Kompetensi adalah suatu proses untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan sikap tenaga kesehatan sesuai dengan standar profesi. Uji Kompetensi Sarjana Kesehatan Masyarakat Indonesia (UKSKMI) dikembangkan dan diselenggarakan sebagai pemenuhan amanat Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi yang kemudian diikuti oleh Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 83 Tahun 2013 tentang Sertifikat Kompetensi dan Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 36 Tahun 2013 dan Nomor 1/IV/PB/2013 tentang Uji Kompetensi bagi Mahasiwa Perguruan Tinggi Bidang Kesehatan.
Tujuan dari adanya Uji Kompetensi ini agar ada standar mutu lulusan Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM). Karena nggak bisa dipungkiri saat ini banyak banget perguruan tinggi maupun swasta yang membuka fakultas/program studi Kesehatan Masyarakat. Nah untuk mengontrol mutu lulusannya ya diadakan Uji Kompetensi ini. Tiap perguruan tinggi itu Fakultas Kesehatan Masyarakat-nya beda-beda loh.
Contoh di UI untuk peminatan K3 udah jadi jurusan sendiri. Sedangkan di Undip masih tergabung dalam peminatan. Di salah satu perguruan swasta, peminatannya malah "hanya" ada tiga saja. Bandingkan dengan Undip yang ada sembilan. Kan beda banget gitu. Makanya UKOM ini diperluin deh biar nggak ada sebutan sarjana "abal-abal".
Sarjana Kesehatan Masyarakat yang telah lulus dari UKSKMI akan diberikan serifikasi kompetensi namun tetap dibina didalam naungan organisai profesi (IAKMI). Sertifikat Kompetensi adalah pengakuan kompetensi atas prestasi lulusan yang sesuai dengan keahlian dalam cabang ilmunya dan/atau memiliki prestasi di luar program studinya. Sertifikat kelulusan akan dikirim ke MTKI dan dikirim ke KeMenKes untuk diregistrasi.
Registrasi adalah pencatatan resmi terhadap Tenaga Kesehatan yang telah memiliki Sertifikat Kompetensi dan telah mempunyai kualifikasi tertentu lainnya serta diakui secara hukum untuk menjalankan praktik dan/atau pekerjaan keprofesiannya oleh organisasi profesi (IAKMI).
Saat ini UKOM baru direncanakan akan diadakan dua kali selama setahun. Dan setiap UKOM, standarnya PASTI dinaikkan. Terakhir, standarnya itu 38% atau 3,86? Entah kurang paham kayak gimana penilaiannya hehe. Yang pasti katanya sih jauh banget dengan UKOM Kedokteran yang standarnya sampe 60%-an.
Output dari UKOM ini dengan diberikannya STR bagi mereka yang lulus. Apa itu STR?
Surat Tanda Registrasi yang selanjutnya disingkat STR adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Menteri kepada Tenaga Kesehatan yang telah diregistrasi. Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia yang selanjutnya disingkat MTKI adalah lembaga untuk dan atas nama Menteri yang berfungsi menjamin mutu tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan yang terdiri dari unsur kementerian dan organisasi profesi kesehatan.
STR (Surat Tanda Registrasi) sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2013 tentang Registrasi Tenaga Kesehatan. STR memiliki keterbatasan waktu (berlaku 5 tahun).
Kegunaan dari STR ini buat daftar-daftar kerja gitu. Salah satunya nih program dari Kemenkes: Nusantara Sehat.
![]() |
Tuh, ada persyaratan punya STR |
Sementara ini memang UKOM dan STR belum menjadi kewajiban. Masih pilihan aja untuk para SKM. Tapi kabarnya di masa mendatang bukan nggak mungkin semua lulusan akan diwajibkan untuk memiliki STR sebagai syarat lulus.
Trus kayak gimana Try Out-nya?
Walaupun namanya Try Out nih, ternyata nggak maen-maen. Tetep serius udah kayak UKOM. Sehari sebelum Try Out, peserta WAJIB ikut briefing. Di briefing ini dijelaskan kewajiban apa aja yang harus dilakukan oleh peserta. Mulai dari jam kedatangan, berkas yang harus dibawa, hingga teknis pelaksanaan ujian. Dari briefing-nya aja udah lumayan ketat. Nggak boleh berpakaian kurang rapi, nggak boleh telat, nggak boleh pake jam tangan, kacamata harus diperiksa, nggak boleh bawa kotak pensil (cuma alatnya aja dikeluarkan).
Bentuk soalnya seperti apa?
Terdorong dari pertanyaan ini nih saya mau ikut Try Out. Biar ada gambaran. Soalnya kalo ikut UKOM membayar setengah jeti tapi gak lulus kan sayang uangnya. Huhu. Dan pelaksanaan UKOM kurang lebih sama kayak Try Out kok. Karena yang ngadain sama-sama dari pusat.
Jumlah soal sebanyak 180 pilihan ganda yang terangkum dalam bentuk BUKU. Udah kayak tes TOEFL aja ya pakenya buku. Pengisian lembar jawab pake Lembar Jawab Komputer (LJK). Soal yang diujikan semua mata kuliah yang masuk ke dalam Kurikulum Nasional. Jadi bukan mata kuliah peminatan yah. Kata pengawas yang nge-brief kemarin ada 17 mata kuliah. Setelah searching kok dapetnya ini, entah mana yang bener.
Jadiii....bentuk soalnya ini studi kasus. Proporsi soal tentang epidemiologi berapa, gizi berapa, gitu NGGAK ADA. Atau nggak dikasih tau? Hehe. Yang saya kerjain mayoritasnya biostatistika, epidemiologi, AKK, dan K3. Soal tentang gizi kesmasnya dikit. Tapi temen saya yang kode bukunya beda, katanya malah banyak tentang gizi kesmas. Hmm misterius.
Tipe soalnya tuh bukan hafalan gitu. Misalkan soal tentang biostatistika. Dijelaskan tuh akan ada penelitian hubungan antara kejadian anemia dengan keaktifan ibu meminum tablet Fe. Kemudian akan ada kelompok kasus dan kontrol bla bla. Nanti ditanya, metode penelitiannya apa? Kohort kah? Cross Sectional kah? Trus ujinya pake apa? T-Test? Mann Whitney? Huft. Akibat nggak belajar, saya jawabnya mengarang bebas karena...lupa. Baru mulai belajar lagi buat skripsi *sigh*.
Ada juga soal hitungan tentang proporsi, angka prevalensi, angka kesakita, sensitivitas spesifisitas, incidence rate, indikator kesehatan semua itulah yang pernah dipelajari di Dasar Epidemiologi semuanya ada.
Kalo boleh jujur, soalnya nggak susah karena emang udah diajarin. Tinggal kitanya aja masih inget pelajarannya nggak? Serius nggak belajarnya? HEHE. Ya gitu deh. Dari 180 soal diberikan waktu 180 menit alias 3 jam udah bikin berasap. Mau ikut UKOM atau enggaknya...mikir-mikir dulu deh! Harus beneran dipersiapkan soalnya. Jadi teman-teman itu sedikit tentang try out UKOM ya, semoga bermanfaat!
Seminggu kemarin saya harus bolak-balik Banyumanik-Undip Pleburan. Nggak biasanya yang di kampus Tembalang. Ini semua karena kewajiban untuk mengikuti pembekalan Pengalaman Belajar Lapangan alias PBL.
PBL? Apaan tuh?
PBL ini bisa dibilang KKN-nya anak Kesehatan Masyarakat. Ada SKSnya sejumlah 3. Untuk Kurikulum 2012 PBL hanya dilaksanakan sekali aja di semester 7. Sedangkan untuk Kurikulum 2015 diadakan 2 kali. Di semester 4 dan semester 7...kalo ga salah. Lupa sih aku tidak mengalaminya :( PBL ini ternyata nggak cuma Kesmas aja. Saya sempet diskusi dengan alumni Gizi FK Undip dan dia bilang ada PBL juga. Bedanya, gizi klinis ini PBL nya di rumah sakit. Jatuhnya kalo di saya mirip dengan sistem magang.
PBL ini bisa dibilang KKN-nya anak Kesehatan Masyarakat. Ada SKSnya sejumlah 3. Untuk Kurikulum 2012 PBL hanya dilaksanakan sekali aja di semester 7. Sedangkan untuk Kurikulum 2015 diadakan 2 kali. Di semester 4 dan semester 7...kalo ga salah. Lupa sih aku tidak mengalaminya :( PBL ini ternyata nggak cuma Kesmas aja. Saya sempet diskusi dengan alumni Gizi FK Undip dan dia bilang ada PBL juga. Bedanya, gizi klinis ini PBL nya di rumah sakit. Jatuhnya kalo di saya mirip dengan sistem magang.
Baca: 19 Hari Magang
PBL dilatarbelakangi dengan masih banyaknya permasalahan kesehatan di kota Semarang. Namun as always sumber daya yang ada nggak sepenuhnya bisa mengatasi. Karena itu Dinas Kesehatan Kota Semarang bekerja sama dengan FKM Undip untuk menuntaskannya. Tujuan dari PBL ini mahasiswa bisa mendeskripsikan masalah kesehatan yang ada DAN melaksanakan intervensinya. PBL nggak main-main loh, sumber dananya langsung dari Kemenkes. Utamanya bidang Gizi dan KIA. Karena itu tema yang dipilih PBL tahun ini "Gizi dan KIA".
Honestly I'm between happy and anxious lol. Di satu sisi ah, saya peminatan gizi. I have learned more than those who doesn't choose nutrition department. Di sisi lain jadi beban juga. "Selama ini aku belajar bener-bener nggak ya? What if saat di lapangan I can't be what they're expect of me?". Kakak tingkat pun udah mewanti-wanti dari dulu. Saat PBL mahasiswa gizi sangat dibutuhkan. Ya karena masalah gizi emang masih buanyakkk dan menjadi perhatian.
Baca: Kuliah di Peminatan
Nah, pertanyaan selanjutnya: Apakah semua wilayah di kota Semarang akan menjadi sasaran mahasiswa?
Jawabannya: Enggak. 400 mahasiswa dibagi di 16 kecamatan sepertinya nggak cukup ya. Diambillah 2 kecamatan terdekat dari Undip. Kata dosen sih, ini biar Undip itu nggak kayak menara gading. Terlihat megah dari kejauhan tapi nggak ada manfaat buat sekitarnya. Toh daerah sekitar kampus itu belum semua tingkat kesejahteraannya merata. Masih ada ketimpangan ekonomi dan permasalahan kesehatan di sana sini.
Dua kecamatan yang terpilih ini kecamatan Tembalang dan Kecamatan Banyumanik. Wilayahnya masih di-break down lagi ke 21 kelurahan. Sesuai dengan jumlah kelompok yang ada. Setiap kelompoknya beranggotakan 17-18 mahasiswa dari berbagai peminatan.
Baca: 9 Peminatan di FKM Undip
Sebagai calon sarjana kesehatan masyarakat *ekhem skripsi dulu* saya sadar banget, "laboratorium" kami ya masyarakat. We have a duty to solve health problem. Dari pengalaman-pengalaman turun lapangan terdahulu, it's really challenging. Meskipun saya orang Semarang asli, saya nggak bisa menyamaratakan budaya masyarakat dengan yang saya terapkan selama ini. Beda kecamatan aja bisa jadi kebiasaan yang ada juga beda.
Timeline kegiatan dimulai dari pembekalan, of course. Kami diberi materi lagi berupa problem solving cycle, pembuatan instrumen, pengolahan data, teknik wawancara, dan teknik presentasi. Otak ini rasanya butuh diademin setelah nerima materi-materi itu, LOL. Itu baru dari internal aja. Dari eksternal ada paparan masalah Gizi dan KIA di Kota Semarang oleh Dinas Kesehatan Kota Semarang, pengenalan wilayah Tembalang dan Banyumanik oleh bapak camatnya. Beneran membekali ini sih. Saya sempet nanya-nanya juga ke perwakilan camat Tembalang.
Terakhir ada simulasi dan post-test. Di simulasi ini setiap kelompok diberikan data permasalahan Gizi dan KIA yang berupa cakupan ini itu dan prevalensi penyakit tiap tahun. Kami diminta untuk melakukan tahapan problem solving cycle. Ternyata....nggak gampang lol yaiyalah. Harus ada data lapangan dan teori pendukung biar kami nggak salah memilih "masalah".
Tahapan memilih masalah ini penting banget dan harus dilakukan di awal. Imagine what if we choose the wrong problem. Tahapan selanjutnya bakal salah dan ujung-ujungnya saat dilakukan intervensi nggak bisa memberikan dampak maksimal. Paling tragis: cuma buang-buang duit untuk hal yang kurang bermanfaat. That's why dilakukan simulasi sebelum turun lapangan.
Penasaran nggak saya dapet wilayah kerja mana? *penting*. Saya dapet di kelurahan Kedungmundu! Hehe.
Buat temen-temen yang baca ini sekiranya warga Tembalang dan Banyumanik siap-siap yah buat didatengi mahasiswa. We really need your participation. Terimalah kami mahasiswa ini dengan tangan terbuka. Tegur kami bila ada salah. Dan, doakan juga agar kami memberikan hasil yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat. Amiin!
Terhitung bulan Mei ini berarti udah masuk bulan ke-empat semester 6 alias di peminatan. Which is..makin terasa ya aura mahasiswa tingkat akhirnya. Hehe. Gimana sih rasanya kuliah di peminatan? Saya bisa bilang: WOW. Wow untuk ilmunya, wow untuk capeknya, wow untuk tantangannya.
Peluang Kerja Lulusan Fakultas Kesehatan Masyarakat. - Assalamu'alaikum semuanya. Sebelum memilih jurusan perkuliahan dimana, selain berdasarkan minat biasanya calon mahasiswa juga mempertimbangkan peluang kerja setelah lulus. Benar? Atau malah peluang kerja menjadi yang utama? Sepertinya lebih kepada yang kedua yah.
Tentang FKM Undip: Mengenal 9 Peminatan. - Assalamu'alaikum semuanya. Alhamdulillah bisa posting lagii hari ini. Tentang FKM Undip khususnya peminatan.
![]() |
Gambar: Tim Kawal Peminatan |
Tulisan ini saya tujukan buat mahasiswa FKM maupun yang ingin tahu tentang FKM khususnya di Undip. Jadi bila teman-teman merasa ada saudara, teman, kerabat atau siapapun yang membutuhkan boleh banget dibagikan. Hihi.
Bingung pilih judul plislah. Tulisan ini idenya udah sejak lama nulis tentang FKM Undip dari awal. Cuma ya gitu nunda-nunda terus. Disclaimer ya ini semua murni apa yang saya alami, dengarkan, perhatikan #azek. Kalo ada perbedaan ya maklum saya kan udah masuk tahun ketiga ini. Saya bagi fasenya berdasarkan tahun perhitungannya standar kuliah S1 itu 4 tahun. Dan di bagian ini saya akan menceritakan bagaimana kehidupan seorang mahasiswa baru di kampus ungu.
Memasuki tahun ketiga kuliah mulai kerasa mikir "masa depan" banget. Contoh nyatanya: peminatan. Jadi di FKM Undip di kurikulum *atau apalah namanya* ada peminatan. Mahasiswa wajib memilihnya saat semester 5. Dan mulai kuliah di peminatan semester 6. Nah, peminatan ini fungsinya adalah untuk mendalami lagi keilmuan yang didapat dari belajar tentang kesehatan masyarakat. Susah soalnya kalo ilmunya cuma di permukaan aja. Nggak bakal cukup buat persaingan kerja nantinya.
FKM tempat saya kuliah sendiri ada 9 peminatan yang dapat dipilih. Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Kesehatan Lingkungan, Gizi Kesehatan Masyarakat, Epidemiologi dan Penyakit Tropik, Biostatistika dan Ilmu Kependudukan, Kesehatan Ibu dan Anak, Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Entomologi, yang terakhir Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Berdasarkan testimoni kakak tingkat gitu sih mata kuliah di peminatan ini bener-bener mendalam. Apa yang dikasih di semester 1-5 berasa kayak busa di permukaan laut aja. Huvd.
Cobain hal yang baru, kali ini saya ingin berbagi cerita dan pengalaman tentang perkuliahan di FKM Undip. Hal ini didasari dari kebiasaan saya yang suka kepo sama sesuatu yang mungkin orang lain nggak pernah ambil pusing. Jadi kenapa enggak? Siapa tau ada calon mahasiswa baru yang masih polos, ga tau apa-apa, bingung mau ngambil jurusan apa di perkuliahan (seperti saya menjelang lulus SMA) so this post dedicated for you!
FKM? Apa sih FKM itu?
FKM itu singkatan dari Fakultas Kesehatan Masyarakat. (HAHA jawaban ter ngeselin sedunia). FKM Undip terbilang salah satu yang menyediakan kuota banyak. Angkatan 2014 dan 2015 menerima sebanyak 400 mahasiswa baru. Angkatan saya, 2014 jumlah tersebut dibagi menjadi 5 kelas. Namun angkatan di bawah saya, jumlah itu dibagi menjadi 4 kelas. Bisa dibayangkan sepenuh apa kan kelasnya? Kalau angkatan 2016 sendiri belum tahu info terbarunya. Spesial di FKM Undip: mahasiswanya 90% cewek. Ngga tau kalo di FKM lain sih.
Mirip-mirip gitu ya sama FK (Fakultas Kedokteran)?
Nope. Beda jauh bagaikan langit dan bumi. So I'm telling you guys kenapa beda jauh? Perbedaan ini terletak pada fokusnya. Di FK mahasiswa akan dididik untuk menjadi dokter. Apa tugas dokter? Menyembuhkan. Dalam kata lain kegiatan yang dilaksanakan adalah kuratif: setelah penyakit itu terjadi. Di FKM fokus mahasiswa adalah preventive dan promotive. Jadi mahasiswa FKM dituntut untuk mencegah penyakit itu agar tidak terjadi. Simpelnya gini: FKM bertujuan untuk mempertahankan orang sehat agar tetap sehat atau derajat kesehatannya meningkat dan agar orang sehat tersebut tidak sakit.
Sistem perkuliahan di FKM Undip gimana?
Hem, sistem perkuliahan yah. Di Undip sendiri khusus untuk FKM menggunakan sistem paket. Untuk semester 1-5 mahasiswa sudah ditentukan paket apa saja yang boleh diambil. Beda sama fakultas lain yang boleh ngambil mata kuliah apa aja kalo emang IPKmemenuhi. Enaknya sistem paket ini kami bisa bareng-bareng terus sekelas sama orang yang sama selama 5 semester. Yeah, selama itu sampai akhirnya peminatan nanti.
Nggak enaknya: kalo ada nilai yang jelek (amit-amit jangan sampe) mahasiswa harus nunggu sampe nyelesaiin semester 8 dulu baru deh ngulang. Kenapa? Ya karena mata kuliahnya hanya ada di semester tertentu. Misal di semester 1 ada nilai yang jelek, mahasiswa mau ngulang eh ternyata perkuliahan masih di semester genap. Kan nggak ada kelas yang semester 1, masa iya ikut sendiri? Kalo rame-rame mungkin masih bisa diusahakan. Susah kan ya? Emang. Makanya belajar, biar ga dapet nilai jelek! *ngomong di depan kaca*
Nggak enaknya: kalo ada nilai yang jelek (amit-amit jangan sampe) mahasiswa harus nunggu sampe nyelesaiin semester 8 dulu baru deh ngulang. Kenapa? Ya karena mata kuliahnya hanya ada di semester tertentu. Misal di semester 1 ada nilai yang jelek, mahasiswa mau ngulang eh ternyata perkuliahan masih di semester genap. Kan nggak ada kelas yang semester 1, masa iya ikut sendiri? Kalo rame-rame mungkin masih bisa diusahakan. Susah kan ya? Emang. Makanya belajar, biar ga dapet nilai jelek! *ngomong di depan kaca*
Nah ini penting. Peminatan itu kalo dipake bahasa SMAnya adalah penjurusan. Inget kan di SMA ada jurusan IPA, IPS, dan Bahasa? Di FKM juga seperti itu. Bedanya di FKM peminatan yang bisa kalian pilih ada 9. Mencakup Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), Gizi Kesehatan Masyarakat, Epidemiologi, Entomologi, Kesehatan Ibu dan Anak, Kesehatan Lingkungan, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Administrasi dan Kebijakan Kesehatan (AKK), dan terakhir Biostastistika.
Gunanya peminatan apa dong?
Peminatan ini berguna untuk memfokuskan kembali keahlian kalian. Keahlian ini diperlukan ketika nantinya lulusan FKM ini ingin melamar kerja atau melanjutkan ke jenjang S2/S3 dengan keahlian yang sama. Menurut nasihat dosen yang pernah saya tangkep, kalo emang pengen ngelanjutin S2/S3 usahakan yang satu bidang keilmuan. Misal nantinya mau ambil peminatan Gizi Kesmas, ambillah S2 nya Gizi juga. Jangan Kesehatan Lingkungan. Kenapa? Sayang ilmunya. Lebih baik memperdalam apa yang sudah pernah didapat daripada mengenal hal yang baru lagi. Kayak anak SMA labil yang lintas jurusan dari IPA kuliahnya milih jurusan IPS. Dijamin nyesel (ga boong, ini kata temen saya sendiri yang dulunya IPA sekarang kuliah Manajemen. Dia bilang: "kalo adekku masuk IPS aku ga bakal larang. Daripada belajar Ipa susah-susah eh ga dipake di kuliah." HAHA :))
Lalu, di FKM Undip sendiri peminatan biasanya dilaksanakan di akhir semester 5. Saya sih belum merasakan karena masih semester 4. Kemungkinannya semester depan yah.
Trus, mempelajarinya apa aja sih?
Fokusnya juga pencegahan ya, makanya mata kuliahnya banyak yang ke pencegahan penyakit. Ada mata kuliah nih namanya Penanggulangan Penyakit Menular dan Non Menular maka di mata kuliah itu mahasiswa belajar tentang penyakit menular dari awal penyakit muncul itu penyebabnya apa, cara penularannya gimana, sampai pada tahap gimana untuk mencegah masyarakat terkena penularan penyakit tersebut. Banyak sih nggak cuma tentang penyakit aja.
Bisa dibilang, FKM itu mempelajari semua hal. Nggak bisa dibilang full pelajaran IPA, tapi ada juga IPS nya. Seimbang lah, 50:50. Kok bisa? Ya karena namanya juga Kesehatan Masyarakat, harapannya setelah lulus pasti turun ke masyarakat. Gimana caranya buat "mengambil hati" masyarakat? Dengan ilmu komunikasi, mempelajari budayanya, sosiologinya, nah di FKM ini juga dipelajari begituan. Jadi jangan khawatir kalo di FKM mah insyaAllah multitalenta. Wakss. Buat yang suka itung-itungan juga ga usah khawatir, disini ada kok statistikanya sampe puas tuh ngitung :")
Bisa dibilang, FKM itu mempelajari semua hal. Nggak bisa dibilang full pelajaran IPA, tapi ada juga IPS nya. Seimbang lah, 50:50. Kok bisa? Ya karena namanya juga Kesehatan Masyarakat, harapannya setelah lulus pasti turun ke masyarakat. Gimana caranya buat "mengambil hati" masyarakat? Dengan ilmu komunikasi, mempelajari budayanya, sosiologinya, nah di FKM ini juga dipelajari begituan. Jadi jangan khawatir kalo di FKM mah insyaAllah multitalenta. Wakss. Buat yang suka itung-itungan juga ga usah khawatir, disini ada kok statistikanya sampe puas tuh ngitung :")
Ada kurikulumnya ga sih FKM?
Ada! Nah ini nih mulai angkatan 2015 (1 tingkat dibawah saya) kurikulum yang digunakan sudah berubah. Beda sama kurikulum yang digunakan angkatan saya. Perbedaannya kurikulum angkatan saya dibuat oleh FKM Undip sendiri. Sedangkan kurikulum FKM mulai angkatan 2015 menggunakan Kurikulum Nasional. Kalo perbedaan yang paling kentara itu pilihan mata kuliah di paketnya. Beberapa mata kuliah yang dulu saya nggak ada di paket, sekarang ada.
Contohnya anak semester 2 sekarang (angkatan 2015) udah diajari Ekonomi Kesehatan. Sedangkan saya di semester 2 nggak ada tuh Ekonomi Kesehatan. Malah, diajarinnya cuma kalo mahasiswa itu masuk ke peminatan AKK. Kalau untuk perbedaan lainnya saya juga masih belum terlalu paham. EHE.
(Update 21/03/2017)
Huah, biar nggak ketinggalan jaman saya perbarui ya infonya!
Yang terbaru adalah kurikulum yang digunakan angkatan dibawah saya itu berbeda. Saat ini bisa dibilang mereka sedang hectic banget. Kenapa? Karena kuliah mereka saat ini menggunakan sistem blok. Hal ini membuat satu mata kuliah bisa memiliki pertemuan 2x dalam seminggu. Mirip lah sama sekolah! Dan waktu perkuliahanya pun nggak main-main. Dulu nggak ada tuh kuliah malam kecuali tambahan. Sedangkan sekarang mereka bisa kuliah dari jam 07.00-19.00.
Kok bisa?
Alasannya karena kuliah mereka dipadatkan menjadi 2 bulan saja. 2 bulan berikutnya akan memasuki masa PBL (Pengalaman Belajar Lapangan?). Seperti ituu.
Contohnya anak semester 2 sekarang (angkatan 2015) udah diajari Ekonomi Kesehatan. Sedangkan saya di semester 2 nggak ada tuh Ekonomi Kesehatan. Malah, diajarinnya cuma kalo mahasiswa itu masuk ke peminatan AKK. Kalau untuk perbedaan lainnya saya juga masih belum terlalu paham. EHE.
(Update 21/03/2017)
Huah, biar nggak ketinggalan jaman saya perbarui ya infonya!
Yang terbaru adalah kurikulum yang digunakan angkatan dibawah saya itu berbeda. Saat ini bisa dibilang mereka sedang hectic banget. Kenapa? Karena kuliah mereka saat ini menggunakan sistem blok. Hal ini membuat satu mata kuliah bisa memiliki pertemuan 2x dalam seminggu. Mirip lah sama sekolah! Dan waktu perkuliahanya pun nggak main-main. Dulu nggak ada tuh kuliah malam kecuali tambahan. Sedangkan sekarang mereka bisa kuliah dari jam 07.00-19.00.
Kok bisa?
Alasannya karena kuliah mereka dipadatkan menjadi 2 bulan saja. 2 bulan berikutnya akan memasuki masa PBL (Pengalaman Belajar Lapangan?). Seperti ituu.
Cukup yah segitu. Kalo sempet dibikin postingan selanjutnya masih tentang FKM Undip tentunya dengan topik yang berbeda, bukan lagi kegiatan akademik. Ada usul tentang apa? :D
Subscribe to:
Posts (Atom)