Viral Issue
Sama sekali nggak pernah menyangka. Mainan yang dulunya pernah hits bakal hits kembali. Bahkan bisa dibilang lebih luas jangkauan pemainnya berkat satu kata: viral. Entah siapa yang pertama memopulerkan kembali mainan ini. Tahu-tahu konten media sosial sampai jalanan terdengar suara "tek tok tek tok tekotek".

Sumber: detikdotcom

Bedanya, dulu (seenggaknya saya sih :p) nggak tahu kalau namanya Lato-Lato. 

"Latto-latto adalah sebuah mainan berupa dua buah bola plastik berbobot padat keras dan permukaan halus yang diikat seutas tali dengan cincin jari di tengah. Permainan ini adalah jenis permainan ketangkasan dengan mengandalkan keterampilan fisik. Mainan ini dimainkan dengan cara diayunkan baik secara lambat maupun secara cepat hingga saling berbenturan dan menghasilkan bunyi khas. Benturan dua bandul bola pada latto-latto yang mengeluarkan bunyi khas tersebut sebagai daya tarik yang membuat pemainnya ketagihan untuk mengulangi secara berulang-ulang. Permainan ini berasal dari Amerika Serikat dengan nama clackers balls toys pada akhir era 1960-an, dan kemudian kian populer pada awal era 1970-an" - Wikipedia

Lato-Lato yang saya tahu ini "hanya" dua bola biasa yang teksturnya keras. Di masa kecil, saya nggak pernah tertarik untuk memainkannya. Saya udah nyadar kalau itu bahaya jika kena bagian tubuh. Terutama muka. Lha wong keras banget gitu makanya bisa sampe bunyi kan...saya anggepnya itu permainan anak cowok aja.

Beda dengan sekarang Lato-Lato ini hampir semua kalangan memainkan. Ya tua, muda, laki, perempuan, bersemangat tektok tektok tektok. Pernah nih sengaja merekam video di suatu masjid, pas diputar lhoo kok ada suara Lato-Lato bocor. Masjid padahal :)) 

Namanya mainan viral ya pasti ada plus minusnya. Plusnya kata orang-orang nih ngurangi screen time anak. Jadi nggak terlalu ketergantungan. Hmm, bagus sih. Tapi kuduna memang screen time tuh dijaga ga sih dengan ataupun tanpa adanya Lato-Lato? Ntar kalau Lato-lato udah ngga populer, bakal kembali ke screen time kah? 

Bisa juga melatih ketangkasan dan keterampilan fisik. Ada tutorialnya sendiri lho biar si Lato-Lato ini bisa bergerak dengan benar.


Minusnya ya itu tadi. Bikin sakit kalau kena. Udah ada beberapa berita tentang anak-anak yang matanya kena lah, mukanya kena lah, sampai dibawah kerumah sakit. Alhasil ya beberapa sekolah mulai melarang membawa Lato-Lato ke sekolah.

Terkait hal ini saya pribadi sih setuju ya. Dengan jumlah kepemilikan Lato-Lato yang bisa jadi melebihi kapasitas guru mengawasi, paling mudah ya melarang. Tapiii baiknya nggak berhenti sampai situ. Guru dan orang tua wajib kasih penjelasan ke anak risiko main lato-lato DAN cara meminimilisirnya. Jadi bermain dengan mindful lah istilahnya. Ceilah.

Memang menarik ya Lato-Lato ini. Di postingan seorang influencer, saya baru tahu kalau Lato-Lato itu banyak jenisnya. Ada yang bisa nyala segala :))

Lagi-lagi saya ngutip wikipedia nih jenis Lato-Lato yang beredar di pasaran,
1. Biasa
2. Jumbo
3. Menyala fosfor
4. Menyala LED 
5. Pakujut nok-nok
6. Matic
7. Karakter

Dibandingkan dengan ikut main Lato-Lato, saya lebih suka liat kontennya aja sih. LOL. Dari sekian banyak jenis Lato-lato dan konten terkait, ada 2 konten yang saya suka.

Pertama, melukis di Lato-Lato! Ini out of the box sih. Umumnya kan melukis di media datar ya. Siapa creatornya? Yaak siapa lagi kalau bukan Erika si Pelukis.


 Kedua, penjelasan ilmu fisika dibalik Lato-Lato. Paham ga? Ga paham-paham amat sih tapi tetep seru :)) se-serius ituuu mainannya dibahas. 

Baca utasnya disini.

Pada intinya sih sama seperti banyak hal lain didunia ini, apa yang berlebihan ngga baik. Termasuk Lato-Lato. Dimainkan kapanpun dan dimanapun itu agak kurang sopan ya berhubung suaranya cukup keras. Bisa mengganggu orang disekitarnya.

Tapi bagi orang kreatif ada aja cara untuk "pansos" buat dapetin konten diluar mainin Lato-Lato seperti 2 contoh diatas. Balik lagi ke kita, mau menanggapi bagaimana? :))
Saat ini kita hidup di zaman yang nggak bisa terpisahkan dari media sosial. Dari Instagram, Facebook, Twitter sampai TikTok. Ngaku deh, pasti punya salah satu diantaranya kan?

Dan ada satu fenomena terkait media sosial. Yaitu viral! 

Viral Boleh, Asalkan...

"Kontenku harus viral!"
Ga mau FOMO harus tau apa yang lagi viral detik ini. Kata Viral sudah masuk ke KBBI versi daring. Viral diartikan sebagai bersifat menyebar luas dan cepat seperti virus.

Salah fokus dibagian ((seperti virus)) 🤣

Aku jadi inget fenomena viralnya Citayam Fashion Week dan para ((tokoh)) didalamnya. Ada wawancara dengan orang sesirkel dengan B. Lalu dia mengaku punya keinginan untuk viral. Kenapa? Biar endorsan ngalir. Udah tau belum arahnya kemana?

Yak. Bergelut dengan media sosial, aku tahu paham bahwa salah satu indikator "sukses" yang paling keliatan tuh angka. Angka subscribers, like, follow, engagement. Semakin tinggi engagement, maka semakin banyak orang terpapar. Disinilah kesempatan brand/agensi masuk untuk nampang menawarkan produknya. Logikanya semakin tinggi angka, semakin banyak orang terpapar dan nama brand semakin dikenal.

Disitu selling point-nya. Endorse-an masuk. Cuan mengalir. Yep, UUD. Ujung-ujungnya duit. Nggak bisa dipungkiri. Menurutku trik seperti itu nggak salah kok. Justru kalau dilakukan dengan benar malah bisa mendatangkan banyak manfaat. Content creator dapet uang untuk menghidupi diri sendiri, penikmat konten dapet konten yang berkualitas.

Nah, masalahnya adalah nggak semua konten itu baik. Oke, parameter baik ini relatif ya. Seenggaknya penonton itu dapet "sesuatu" dari waktu yang mereka habiskan untuk menonton/membaca kontennya. Karena pada kenyataannya konten yang viral saat ini kebanyakan "kopong". Mengutip kata kak Mutiarini di novelnya The Privileged Ones: masyarakat Indonesia keluar dari jebakan sinetron, masuk kedalam konten nggak mendidik. Nggak mengalami kemajuan dong? :")

Untukku pribadi, viral itu boleh banget lho. Asalkan...

1. Bukan konten bohong

Ini prinsip dasar banget sih. Didalam Islam aja bercanda nggak boleh bohong. Apalagi ini, konten yang audience-nya banyak dan kalau viral bisa mencapai jutaan orang nonton. Nggak banget deh bohong, atau jaman sekarang: prank.

Udah denger kan konten prank artis terkait KDRT itu? Udahlah bohong, nggak berempati pula dengan korban KDRT beneran. Huhu. Jangan bohong yah bikin konten.

2. No flexing

Big no no no. Flexing secara bebas diartikan sebagai pamer ke khalayak umum. Pamer mobil. Pamer rumah. Pamer suami *eh bukan gitu ya.

Tolong dibedain kasih informasi sama flexing ya. Beauty influencer yang bikin konten perbandingan foundation seharga 5juta vs 500ribu itu bukan flexing. Kalo judulnya jadi "Borong 10000 foundation seharga 5juta" nah itu masuk flexing. Sayangnya konten kayak gini tuh banyak yang nonton.

Padahal udah ada kan tuh youtuber yang hobi flexing eh gataunya hasil pencucian uang. Udahlah simpan saja kekayaanmu untuk diri sendiri DAN sedekahkan tanpa perlu diumbar ke banyak orang. Selain bisa membahayakan diri sendiri (diincar pencuri), diincar juga sama ninuninu pajak :P

3. Memalukan diri sendiri/mencelakakan orang lain

Konten bertajuk challenge ini juga banyak yah. Boleh banget ikut challenge baca, bebikinan sesuatu atau yang lain. Tapiii...big no sih untuk yang sampai memalukan diri sendiri atau mencelakakan orang lain. Misal: makan 1000 cabe super pedes HUHU itu NGAPAIN :( 

Atau challenge pake lipstik 1000 lapis :( kata Maudy Ayunda mah: UNTUK APAAAA? Itu belum yang ekstrem ya. Yang ekstrem ada macem makan sepatu kulit digoreng :" plis be normal. And reasonable. Masuk akal aja. 

Yaudah gitu aja sih. Viral boleh asalkan...ya itu tadi!
Sejak kenal internet di jaman SMP, saya aktif banget di berbagai sosial media. Friendster? Punya, rajin banget update! Dulu masih pake komputer dan modem. Gantian sama kakak. Berlanjut ke Facebook, punya juga. Facebook yang sekarang ini masih sama dengan pertama kali bikin. Kemudian ada Plurk, Ask.fm, Path, MSN, Yahoo Messenger, Twitter, apalagi yah banyak banget. Bahkan saat jamannya Twitter saya begitu addict sampai si kakak nyebut saya "Hizbut Twitter". Sigh.


Bisa dibilang saya adalah social (media) butterfly. Sempet ngobrol sama temen dari luar Jawa, loh ternyata dia temennya temen facebook saya. Ada lagi waktu ada anak pindahan di SMA saya dari Banjarmasin, saya minta twitternya. Lah kami udah follow-followan dong ternyata. Gimana tuh? Hahaha. I literally meet everyone in social media.

Baca: Media Sosial Masa Kini

Kemudian akhir-akhir ini topik neng Aw yang mau ngejual instagramnya. Katanya, "Instagram itu toxic!". "Aku harus detox sosial media!". Bahkan saya baca ada aktris yang terang-terangan menonaktifkan akun instagramnya. Saya pun juga termasuk orang yang pernah uninstall instagram selama kurang lebih seminggu. So, what's wrong?

We're too attached on social media. Emang rasanya enak banget ya mantengin sosmed tuh. Scroll feed, nontonin story, kok kayanya ngga habis-habis. Padahal main instagram itu, kata Wirda Mansur "Kita merasa melakukan sesuatu padahal sebenernya nggak ngapa-ngapain". Iya nggak ngapa-ngapain kalo cuma jadi penonton aja.

Baca: Be Calm, Be Strong, Be Grateful - Buku Kedua dari Wirda Mansur

Biar kita nggak terlalu ketagihan ber-sosmed ria, coba deh terapkan ini sebelum memutuskan bikin akun.
  • Mau digunakan untuk apa akunnya?
Apakah cuma buat tau kabar temen-temen aja? Atau untuk jualan? Untuk endorse produk tertentu? We have to set our own purpose. Biar saat kita kebawa arus, kita balik lagi di awal komitmen penggunaan sosial media.
  • Mau diisi konten apa?
Selfie sebagai album foto nanti buat dicetak? Konten Islami untuk mengingatkan orang lain?
  • Alokasi waktu sehari berapa jam?
THIS IS VERY IMPORTANT, EVERYONE. Apalagi kalo kalian termasuk orang yang masih punya banyak waktu kayak saya. Harus ngeset kapan buka sosial media. Atau sebaliknya. Ngeset kapan sih harus jauh dari gadget? Ada tuh gerakan 1821. Pukul 18.00 - 21.00 tanpa gadget.

***
Setelah punya sosial media pun, masih ada "rules" tak tertulis yang wajib diikuti.
  • Why so serious? 
Chill, everyone. Nggak usah terlalu serius maknanya di sosial media adu otot. Adu argumen. Lempar-lempar komen. Please, if you really have to discuss an issue, then make a discussion event. Adain lah di working space, kafe, atau tempat apa aja. Ketemu langsung. Akan sangat lebih baik dan elegan daripada balas-balasan komen nggak selesai-selesai alias debat kusir.
  • Not everything you see on social media is REAL
Pernah liat postingan "I woke up like this?" apakah kalian percaya itu beneran kondisi baru bangun? Hahaha. Nggak semua yang diperlihatkan di media sosial itu hal yang sebenarnya. In fact, pengguna sosial media lebih suka memilih menunjukkan sisi baik mereka daripada sisi buruk.

Wajar, pengen "diliat" banyak orang. Kamu kalo mau "diliat" calon mertua aja pasti berusaha tampil sebaik mungkin, kan?

Nah, yang ada di sosial media itu paling berapa persen sih dari keseharian mereka? Saya pribadi paling cuma 30%, nggak sampe 50% yang saya upload di sosmed itu benar-benar keseharian saya. Kadang pengen juga kan ngeshare ini itu tapi dipikir-pikir ya ngapain kalo semua itu TENTANG SAYA? There's a lot good thing to share than always talking about me, ourself, I. 

Maka JANGAN pernah iri sama orang lain cuma gara-gara 1 postingan. JANGAN menganggap kenal baik dengan orang lain hanya karena ngikutin semua sosial medianya. Kita nggak akan pernah tau cerita keseluruhan tentang orang hanya dari sosial medianya.

Kalo versinya Umar bin Khattab, kamu bisa baru bisa ngomong kamu "kenal baik" dengan orang itu jika:

1) Pernah bermalam bersama dia (nggak heran anak KKN itu pada cinlok ya karena emang itu aslinya mereka yang diperlihatkan selama 42 hari hahaha)
2) Pernah melakukan perjalanan dengan dia (that's why traveling feel better when we're with the one we love, right?)
3) Pernah bermuamalah alias kerjasama dengan dia. Bisa jual beli, hutang piutang, dan kerjasama lainnya. Menurut saya pribadi orang bakal keliatan aslinya saat dia MINJEM barang, uang, atau apalah itu. Trust me.

Intinya, jadikanlah sosial media itu 2 hal. Ladang penghasilanmu di dunia dan tabunganmu di akhirat. Maka kamu nggak akan pernah rugi main sosial media. OK?

#BPN30DAYCHALLENGE2018
DAY 1 / DAY 2 / DAY 3 / DAY 4
Belakangan ini buat kalian yang ngikutin selebgram atau influencer pasti ngerti deh topik yang lagi hot. Apa itu?


Kalian tau Gitasav nggak? Plis tau ya kan saya udah beberapa kali masukin dia di postingan blog *maksa*. Singkatnya doi ini ya, influencer juga. Sekarang udah wira wiri di TV (Net.TV lebih tepatnya). Suatu hari doi nge-posting komentar dari salah satu akun instagram yang isinya nggak sopan banget. Sampe ada nyuruh jual diri dan semacamnya.

Baca: 3 Channel Youtube Wajib Tonton dan Subscribe!

Gitasav ini punya prinsip kalau komentar melecehkan nggak boleh didiamkan. Karena semakin didiamkan, akan semakin menjadi. Dia membuka lah akun itu. Sebut aja namanya T. Usut punya usut si T ini adalah akun palsu dan menggunakan VPN yang nggak bisa dilacak. Tambah lagi kan alasan buat nggak mendiamkan. Karena si T ini bukan orang "biasa" yang asal komen aja. Tapi emang akun itu sengaja dibuat untuk melakukan hal-hal nggak terpuji. Terbukti dari IP Address-nya yang nggak terlacak.

Kemudian empunya foto profil asli sebut aja H dia nggak terima endebrei dan masalah pun membesar. Ditambah lagi salah satu influencer ikut mem-blow up isu ini. Tambahlah itu panas. Menurut Gitasav si influencer D yang ikut-ikutan ini nggak berhak buat ikut campur karena, lagi. Ini masalahnya Gitasav. Dan si influencer D cuma melihat dari sisi H.

Dan sekarang saya ngga tau kelanjutannya gimana karena udah dari kemarin uninstall instagram. Hahaha ini topik lain lagi ya.
Yang ngikutin Gitasav dari dulu mungkin tau bahwa dia udah lama banget ngangkat issue per-komen-an di dunia maya. Dimana sayangnya, banyak banget komentar "nggak penting", nggak nyambung sama konten yang menjurus body shaming, dan komentar nggak senonoh.

***

Dulu yang namanya melecehkan (seringnya) dilakukan secara langsung. Entah dari cat-calling. Itu tuh "suit suit" khas abang nggak jelas. Sampe paling parah berani pegang bagian tubuh. Sekarang sexual harrassment nggak hanya terjadi di dunia nyata. Di dunia maya yang notabene nggak bertatapan langsung pun....terjadi.

"Ya itu kan resiko punya followers banyak!"
Sayangnya, nggak juga. Ada tuh temen saya yang followers-nya cuma ribuan dapet komentar senada kayak Gitasav. Padahal dia juga nggak pernah posting "mengundang". Pun dia berhijab. Gimana, hayo?

Saya nggak bisa bayangin aja dapet komentar kayak gitu. Lha dapet komentar normal dari cowok nggak dikenal aja gimana, gitu. Apalagi komentar yang melecehkan. I feel so sad. Apa sih susahnya untuk menghargai perempuan? Toh setiap individu dilahirkan oleh seorang ibu, yang PASTI perempuan kan. Apa iya tega memberikan perkataan yang buruk gitu ke ibu sendiri? Mustahil.

"Ya makanya nggak usah pake media sosial!"
Haduh apalagi ini maksudnya. Di jaman kayak gini kegunaan media sosial banyak banget. Masa iya disuruh menutup diri dari teknologi? Coy, sosial media ini bisa dipake buat berdakwah, buat mencari penghasilan, menebar kebaikan, dan masih buanyak lagi yang lainnya.

Baca: Benefit of Being Famous

"Nggak usah deh pasang foto di media sosial".
Excuse ini juga sering digunakan sama beberapa pihak. Padahal ada lho, akun yang khusus buat nyari perempuan bercadar untuk dijadikan bahan fantasi. Sedih? Iya. Marah? Iya. Sebegitu susahnya jadi perempuan ini. Apapun komentar (buruk)-nya, perempuan-nya yang disalahkan. Jarang banget laki-laki nggak sopan yang disalahkan. WHY?

***

Dear, laki-laki yang ada diluar sana. Hormatilah perempuan, siapapun itu. Sebagaimana kamu menghormati ibumu. Jika kamu ingin menasihati kami atas apa yang terlihat di media sosial, gunakanlah direct message. Atau sejenisnya yang bersifat personal. Bukan lewat komentar yang dibaca banyak orang.

Berusahalah untuk merangkai kata nggak hanya menggombal, tapi belajarlah mencari diksi yang sopan dan nggak melecehkan perempuan. 

Jika ada perempuan yang memasang foto dirinya di media sosial, pastilah sudah dipertimbangkan matang-matang. Dan menggoda lelaki itu bukan tujuannya. Bisa saja memang tuntutan peran dia yang mengharuskan untuk memperlihatkan wajah.

***

Dear, perempuan. Jagalah kehormatanmu. Pertimbangkan secara matang sebelum mengunggah ini itu di media sosial. Jaga pula pandanganmu. 

Sejujurnya saya juga pernah lihat komentar teman perempuan di salah satu akun influencer lelaki yang lumayan good looking. Iya sih kalian pasti kagum dengan dia. Tapi bisalah tulis komentar yang appropriate. Bukan komentar vulgar yang bikin nggak nyaman.

Untuk menghindari adanya sexual harrassment dibutuhkan peran antara laki-laki maupun perempuan. Cukup saling menghormati dan menghargai. Yuk, dimulai dari diri sendiri.
Lagi dan lagi, pemerintah melakukan hal yang menimbulkan pertanyaan netijen budiman. Melalui Kominfo, platform blogging Tumblr diblokir. Ini bukan pertama kalinya kebijakan Kominfo menuai polemik. Masih terngiang di ingatan, Kominfo sempat memblokir website yang dianggap menyebarkan paham radikalisme. Lucunya, website-website ini justru menyuarakan persatuan NKRI. Ada apa sebenarnya?


Alasan Kominfo menutup Tumblr karena ada laporan bahwa konten Tumblr mengandung unsur porno. Padahal, jika kita perhatikan baik-baik, sepertinya hampir semua situs media sosial ada hal semacam ini. Sebut aja Instagram, Youtube, Facebook, Twitter. Kalo mau dengan sengaja nyari konten porno, pasti ada.

Bahkan di Instagram pernah nggak sengaja keluar di explore gambar tak senonoh. Huhu. Biasanya explore ini berhubungan sama following kita yang menyukai postingan semacam itu. Huh, who's dare to do that? 😥

Saya sebagai pengguna Tumblr dari zaman ngefans sama One Direction sampe sekarang berubah haluan jadi The Jannah Seeker merasa kurang setuju dengan pemblokiran ini. Begini, konten porno itu ibarat penyakit yang menyerang tubuh. Untuk bisa sembuh, pastilah kita berusaha mengobati bagian yang kena penyakit. Bukan mengubur hidup-hidup tubuh tersebut kan? OK I'm so bad dalam permisalan huft.

Nah, seharusnya Kominfo memblokir akun Tumblr yang menyediakan konten porno. Bukan Tumblr-nya. Jujur loh, sejak saya berhijrah a.k.a berusaha ke jalan yang lebih baik saya mengikuti akun-akun yang tulisannya luar biasa. Menegur tanpa membuat orang ciut. Malahan berulang kali saya repost menjadi status Facebook saking menurut saya orang perlu membaca tulisan ini. Dan akun inspiratif kayak gini tuh buanyakkkk pake banget! Dari penulis Indonesia ada, dari luar juga nggak sedikit.  Bahkan nggak jarang dari yang awalnya berupa tulisan lepas di Tumblr bisa dibukukan. "Cuma" dari hobi menulis aja di Tumblr! Again, it depends on the user.

Garis bawahi user alias pengguna ini ya. Sebagai alternatif menangkal keberadaan konten porno, ada baiknya memberikan edukasi ke pengguna internet. Ingat, mencegah lebih baik daripada mengobati. Kominfo bisa membuat lebih banyak lagi penyuluhan, sosialisasi, apapun itu namanya yang bertujuan mengedukasi pengguna. Terutama anak usia dini yang sekarang udah dibekali gadget oleh orang tuanya. I said lebih banyak karena saya pernah ikut acara Kominfo yang isinya bertujuan untuk menggunakan internet secara positif.

Kita nggak bisa terus-terusan memblokir ini itu padahal manfaatnya ada dan nyata. Dan kita sebagai bagian dari masyarakat pun juga punya tanggung jawab. Mulai dari keluarga sendiri, adik misalnya. Dari awal diwanti-wanti agar nggak terjerumus buat buka konten porno. Tentu dengan pendekatan sesuai usianya.

Dampingi saat menggunakan gadget. Saya nggak menentang penggunaan gadget bagi anak-anak. Malah saya mndukung. It's a part of technology we shouldn't avoid. Seperti kata Eyang Habibie, untuk jadi bangsa yang maju kuasailah teknologi tanpa mengesampingkan iman kepada Allah. Then success will definitely be ours.

I hope Kominfo will unblock Tumblr as soon as possible and find another solution to prevent bad content. Kalopun Kominfo masih keukeuh ngeblok Tumblr karena nggak patuh, dear Tumblr ikutin aja regulasi di Indonesia selama itu nggak merugikan dan positif. Biar penulis insporatif Indonesia nggak kehilangan wadah. Rasanya tuh beda baca di blog dan baca di Tumblr. Well, yah meskipun sama-sama menghasilkan tulisan. Tetep aja feel-nya waktu baca tuh beda. And once it unblocked I will share to you guys what account I followed so that you can get inspired, too!

Lagi, entah keberapa kalinya denger kabar seleb yang bunuh diri. Tahun kapan gitu personil Linkin Park. Saat itu respon saya nggak gimana-gimana. Habisnya jujur aja emang nggak terlalu ngerti itu siapa. Nah yang ini pun juga nggak tau banget gitu. Cuma, saya ngerti dikit-dikitlah tentang reputasi boyband-nya di Korea sana. Yup, pasti udah tahu ya siapa yang saya maksud. Personil dari Shinee, boyband yang cukup legend. Terlahir dari SM Entertainment which is one of Big 3 agency di Korea. Bukan agensi baru, dan bukan juga agensi yang terhitung kecil.

Baca: Idol Korea dan Body Goals

Dari kacamata orang biasa yang hanya memperhitungkan materi, dia nggak ada kekurangan apapun jua.
Ganteng ✔
Tajir ✔
Terkenal ✔
Jarang kena skandal ✔
Secara nalar, kurang apalagi coba?

Berita ini bikin saya mikir, mikir, dan mikir lagi. Kenapa ya, orang bisa memutuskan untuk bunuh diri? 

Dari situ, seng-iseng saya bikin polling kecil-kecilan di instagram. Sederhana aja pertanyaannya. Pertama, kalian pernah nggak sih merasa depresi? Dari 56 vote yang masuk, cuma 7 yang jawab nggak pernah. Respect buat kalian, sungguh! 


Pertanyaan kedua yang saya lempar, pernah ada pikiran mengakhiri hidup dengan bunuh diri? Dan...dari 50 orang yang vote, 10 diantaranya menjawab PERNAH. Oh wow! Dari survei abal-abal semacam ini aja 1/5 pernah ada pikiran untuk bunuh diri. I was quite...surprised.

Gimana dengan saya sendiri? Jawaban dari pertanyaan pertama: of course pernah. Dan jawaban dari pertanyaan kedua pun juga sama: pernah. Nggak bohong. Saya pertama kali mendeteksi bahwa saya depresi dari kelas berapa dan alasannya apa sampe sekarang masih teringat betul. Pikiran untuk bunuh diri? Kok bisa? Well, I also had my reason for that.

***

Tapi kok sekarang masih bisa "bertahan"? Selain emang alasan bunuh diri itu bukan hal yang bisa diterima di sisi agama, sebenernya ada loh beberapa cara untuk mencegah benar-benar melakukan bunuh diri. Sekedar pikiran untuk kesana pun. Semoga aja kalian yang mungkin pernah kepikiran bisa merasa tercerahkan dengan apa yang saya tulis.

Pertama banget, you have to understand yourself. Yes, kamu harus benar-benar memahami identitasmu. Bukan sekedar siapa kamu, dimana kamu dilahirkan, oleh keluarga yang seperti apa. Nggak cuma kayak gitu. Buatlah poin kekurangan dan kelebihan baik physically and mentally. Percayalah, untuk memahami siapa kamu sebenarnya nggak semudah membalik telapak tangan.  Butuh waktu, tentu. Sabar aja dan jangan bosan-bosan buat explore. Banyak hal yang bisa dikulik dari dirimu sendiri.

Kenapa sih, kita harus tau tentang diri sendiri? Dengan mengerti, memahami diri sendiri kita nggak bakal gampang untuk merasa insecure. Nggak gampang "kena" omongan orang. Nggak gampang merasa down apabila ada hal-hal diluar sana yang "lebih" daripada apa yang kita punya. Because we already accepted who we are. Kita tahu siapa kita sebenarnya. Orang lain nggak perlu tahu, cukuplah kita.

Kedua, tahu tujuan hidup. Nah ini kayak berat banget gitu ya? Hidup itu ibarat sebuah perjalanan. A journey that will come to an end, someday. Di perjalanan kita nggak bisa nih asal jalan aja. Kemana kita akan berhenti kalau kita nggak ngerti destinasi akhir kita sebenarnya dimana?
Adanya tujuan hidup juga bisa membuat kita kuat untuk bertahan di jalan yang udah kita pilih. Nggak peduli orang nyalahin kamu. Nggak peduli kanan kirinya ada hambatan. Nggak peduli untuk ngelewatinya harus dengan berdarah-darah. Cuy, ini tujuan hidup kamu yang diberikan sama Allah. Yang menjalani adalah kamu, bukan orang lain. Yang nantinya dimintai pertanggung jawaban pun dirimu sendiri, bukan orang lain. Find your destination. Tentuin dari sekarang. Biar nggak hidup kayak buih yang gampang diombang-ambingkan.

Ketiga, have beliefs. Ini saya ngutip dari buku Rules of Life-nya Richard Templar. Sebagai manusia kita wajib punya suatu kepercayaan yang dipegang teguh. Karena saya muslim, saya bakal mengatakan dengan beragama kita bisa memperkuat batin kita. Ada Tuhan yang bisa kita percayai keberadaannya. Yang bisa menjadi tempat kembali untuk kita.

Akan ada saatnya kamu merasa bahwa hidup ini terlalu rumit. Dan kamu butuh sandaran yang bisa dipercaya. Hal-hal kayak gini, jujur aja nggak bisa didapatkan dari sekedar percaya sama manusia. We need "someone" that we know much higher than us. Tempat kita berlabuh di kala beban berat menerpa.

Baca: Be Calm, Be Strong, Be Grateful

And have your own peace. Maksudnya disini kamu harus tau suasana macam apa sih yang bisa buat kamu berpikir jernih. Saya ambil contoh setelah baca buku Teman Tapi Menikah-nya Ayudia. Buat dia kedamaian bisa didapatkan di Bali. Maka dia melahirkan pun bela-belain di Bali.

Ada juga Nadya Hutagalung yang sepanjang saya tahu dia selalu menyempatkan diri untuk ke Nepal. Nggak lain dan nggak bukan karena dia merasa ambience disana itu tenang.

Bukan berarti saya menyarankan untuk harus ke tempat yang jauh. Kadang cukup menyendiri di bangku taman sambil mengamati orang lalu-lalang pun cukup bikin tenang. Tiap orang punya cara sendiri, dan tugasmu lah untuk mencari atau justru menciptakannya.

***
So that's all I can say. Life is indeed hard. But, never give up! There's always a reason to live. Fighting!
http://www.leadership-choices.com
We didn't do anything wrong, but somehow, we lost. Kata CEO Nokia Stephen Elop saat pengakuisisian  oleh Microsoft. Sedih gak sih mendengarnya? Saya sih miris dan kasihan. Siapa yang nggak kenal Nokia? Merk sejuta umat. Nokia punya model HP dan fitur yang bermacam. Hampir semua orang (dulunya) punya Nokia dalam genggamannya.

Saat Android muncul, Nokia mulai tergoyahkan posisinya. Di saat merk lain "mencicipi" Android, Nokia tetap bertahan dengan tidak akan menggunakan Android. Sampai akhirnya Nokia "mengalah" dan mengadopsi Android juga. Tapi apa daya, sudah terlambat. Nokia kalah jauh dari kompetitornya.


Yak akhirnya ikutan juga nulis hestek NikahMuda. Udah tau kan ya pastinya kira-kira seminggu lalu lah. Siapa sih? Alvin dan Larissa. Buat yang belom tau, Alvin itu anak tertuanya Ustad Arifin Ilham. Sedangkan Larissa adalah seorang Tionghoa yang memutuskan masuk Islam. Larissa ini yang membimbing untuk bersyahadat ya Alvin. Nah, usia Alvin saat ini 17 tahun dan Larissa 19 tahun. CMIIW ya.