Februari! Bulan pendek yang cuma punya 28 hari. Akhir bulan ini, kembali lagi di segmen monthly reads. Berhasil baca berapa buku kah di bulan Februari?
Baca: Monthly Reads - January
Di jurnal pribadi saya tulis target minimal sama dengan bulan Januari. Termasuk didalamnya mewajibkan selesai baca Awe-Inspiring Us-nya mbak Dewi Aisyah. Satu lagi The Subtle Art of Not Give a Fuck. Sayang yang disebut kedua itu masih belum berhasil diselesaikan.
Sisi baiknya, Alhamdulillah tetep memenuhi target menghabiskan baca buku 5. Semacam nggak nyangka aja. Perasaan bulan ini reading slump eh ternyata kuat habisin 5 buku.
Lanjutan dari buku Awe-Inspiring Me. Jika buku pertama lebih memotivasi untuk mengangkat prestasi diri, disini mulai lebih serius. Yang dibicarakan tentang menikah. Eits, jangan salah sangka dulu. Beda dengan kebanyakan buku motivasi yang nyuruh cepet nikah, Mbak Dewi enggak.
Baca: Menikah saat Kuliah, Yay or Nay?
Buku ini masih menyemangati para muslimah untuk tetap berprestasi, sembari menunggu (atau mencari?) jodoh. Mbak Dewi juga membuktikan bahwa udah menikah pun tetep bisa melanjutkan mimpinya, yaitu menuntut ilmu setinggi mungkin.
Baca: After Graduation Story: Study, Again?
Ulasan lengkap udah ada disini yah. Silahkan dicek aja
Rating: 5/5
Dibeliin ibu saat Boim Lebon ke Semarang. Ceritanya tentang Office Boy (OB) yang pengen buat menyejahterakan diri dan keluarga. Suatu ketika dia naik bus eh dikira pengamen, akhirnya nyanyi deh. Dari situ si OB mendapatkan pujian bahwa suaranya cukup merdu. Dia pun ngide untuk bikin band di kantornya.
Ngajakin OB lain, terbentuklah itu band. Hampir setiap hari serius latihan. Batu lompatannya saat band OB ikut kompetisi. Eh, menang! Tenar deh. Banyak orderan gitu. Gegara menang, dapet duit tuh bisa beli ini itu dan lanjut kuliah. Hehe.
Singkatnya gitu. Ditulis dengan gaya khas Boim Lebon yang ngocol. Mirip dengan Lupus gitu, deeh. Btw katanya ini based on true story loh...
Rating: 3/5
Baca karena pengen ikutan #MocoQuiz aja. Hahaha. Novel romance ini berkisah tentang Rintik. Wanita single parent yang ditinggal suami karena mendadak meninggal dunia. Berdua dengan anaknya, mereka pindah ke Paris. Di kota ini Rintik menemukan Angin. Yang kemudian menjadi pasangannya.
Tapi ternyata Angin begitu misterius. Rintik ngga pernah benar-benar mengenal Angin. Sampai akhirnya Angin pun jatuh sakit. Rintik terus menemani di sampingnya sambil mengingat kenangan bersama Angin. Yes, alurnya maju mundur gitu. Sejujurnya agak membingungkan sih. Dan kurang paham inti ceritanya apa lolol.
Rating: 3/5
Ada yang udah pernah baca buku 30 Paspor? Buku ini cukup fenomenal karena berasal dari tugas kuliah. Prof. Rhenald Kasali, dosen Pemasaran Internasional di UI memberi tugas 30 mahasiswa di kelasnya untuk keluar negeri. Tujuannya satu: biar nyasar. Menurut beliau dengan nyasar, mahasiswa akan bisa menemukan cara untuk survive.
Bahkan sebenarnya cara survive itu dimulai dari sebelum berangkat. Gimana nyiapin uang buat tiket, meyakinkan orang tua yang melarang, mengatur jadwal. Nah buku ini adalah seri perdamaian (?). Sayangnya menurut saya kontennya agak membosankan. Mungkin karena di buku pertama dan kedua itu pengalaman pertama banget yah jadi ceritanya seru.
Sedangkan di buku ini udah angkatan ke-sekian, mahasiswanya udah lebih prepare. Kurang kerasa gregetnya, perjuangannya. Hehe.
Rating:3/5
Hamdalah dapet novel ini sebagai doorprize saat ultah Gandjel Rel kemarin. Ceritanya tentang Gaby, perempuan yang mendirikan toko cokelat. Sebagai pelariannya karena....gagal nikah. Bayangin dong gagal nikah sama sahabat dari masa kecil. Belasan tahun kenal ternyata ngga menjamin jalan menuju pelaminan melenggang dengan mulus.
Baca: Meriahnya Perayaan Ultah Gandjel Rel ke-4 di Resto Pringsewu Semarang
Kemudian dia diajak menikah oleh Zee, pacarnya saat ini. Sayangnya menjelang pernikahan Zee justru akan ditempatkan di tempat nan jauh disana. Gaby merasa akan baik-baik saja, tapi nggak begitu dengan ibundanya. Nggak setelah ditinggal selingkuh oleh suaminya (papa Zee) dan kehilangan Ghea (adik Gaby) yang memutuskan meninggalkan rumah setelah menganggap keluarganya hancur berantakan.
Di tengah dilema itu, justru muncul Mirza. Sosok yang terang-terangan mendekati Gaby. Bukan salah Mirza, karena dia ngga tau Gaby akan menikah. Nah, pada akhirnya dengan siapakah Gaby duduk di bangku pelaminan? Hmmm...
Suka novel ini karena bisa diresapi hahaha. Nikah ngga sekadar menyatukan kedua sejoli aja. Ada suara orang tua, keluarga, yang mungkin butuh dipertimbangkan juga. Sungguh ribet.
Rating: 4/5
Baca: Monthly Reads - January
Di jurnal pribadi saya tulis target minimal sama dengan bulan Januari. Termasuk didalamnya mewajibkan selesai baca Awe-Inspiring Us-nya mbak Dewi Aisyah. Satu lagi The Subtle Art of Not Give a Fuck. Sayang yang disebut kedua itu masih belum berhasil diselesaikan.
Sisi baiknya, Alhamdulillah tetep memenuhi target menghabiskan baca buku 5. Semacam nggak nyangka aja. Perasaan bulan ini reading slump eh ternyata kuat habisin 5 buku.
1| Dewi Nur Aisyah - Awe-Inspiring Us (cetak)
Lanjutan dari buku Awe-Inspiring Me. Jika buku pertama lebih memotivasi untuk mengangkat prestasi diri, disini mulai lebih serius. Yang dibicarakan tentang menikah. Eits, jangan salah sangka dulu. Beda dengan kebanyakan buku motivasi yang nyuruh cepet nikah, Mbak Dewi enggak.
Baca: Menikah saat Kuliah, Yay or Nay?
Buku ini masih menyemangati para muslimah untuk tetap berprestasi, sembari menunggu (atau mencari?) jodoh. Mbak Dewi juga membuktikan bahwa udah menikah pun tetep bisa melanjutkan mimpinya, yaitu menuntut ilmu setinggi mungkin.
Baca: After Graduation Story: Study, Again?
Ulasan lengkap udah ada disini yah. Silahkan dicek aja
Rating: 5/5
2| Boim Lebon - Gue Bukan OB Lagi (cetak)
Dibeliin ibu saat Boim Lebon ke Semarang. Ceritanya tentang Office Boy (OB) yang pengen buat menyejahterakan diri dan keluarga. Suatu ketika dia naik bus eh dikira pengamen, akhirnya nyanyi deh. Dari situ si OB mendapatkan pujian bahwa suaranya cukup merdu. Dia pun ngide untuk bikin band di kantornya.
Ngajakin OB lain, terbentuklah itu band. Hampir setiap hari serius latihan. Batu lompatannya saat band OB ikut kompetisi. Eh, menang! Tenar deh. Banyak orderan gitu. Gegara menang, dapet duit tuh bisa beli ini itu dan lanjut kuliah. Hehe.
Singkatnya gitu. Ditulis dengan gaya khas Boim Lebon yang ngocol. Mirip dengan Lupus gitu, deeh. Btw katanya ini based on true story loh...
Rating: 3/5
3| Fira Basuki - Ma Chère Ville Lumière (iPusnas)
Baca karena pengen ikutan #MocoQuiz aja. Hahaha. Novel romance ini berkisah tentang Rintik. Wanita single parent yang ditinggal suami karena mendadak meninggal dunia. Berdua dengan anaknya, mereka pindah ke Paris. Di kota ini Rintik menemukan Angin. Yang kemudian menjadi pasangannya.
Tapi ternyata Angin begitu misterius. Rintik ngga pernah benar-benar mengenal Angin. Sampai akhirnya Angin pun jatuh sakit. Rintik terus menemani di sampingnya sambil mengingat kenangan bersama Angin. Yes, alurnya maju mundur gitu. Sejujurnya agak membingungkan sih. Dan kurang paham inti ceritanya apa lolol.
Rating: 3/5
4| J.S Khairen - 30 Paspor The Peacekeepers' Journey (iPusnas)
Ada yang udah pernah baca buku 30 Paspor? Buku ini cukup fenomenal karena berasal dari tugas kuliah. Prof. Rhenald Kasali, dosen Pemasaran Internasional di UI memberi tugas 30 mahasiswa di kelasnya untuk keluar negeri. Tujuannya satu: biar nyasar. Menurut beliau dengan nyasar, mahasiswa akan bisa menemukan cara untuk survive.
Bahkan sebenarnya cara survive itu dimulai dari sebelum berangkat. Gimana nyiapin uang buat tiket, meyakinkan orang tua yang melarang, mengatur jadwal. Nah buku ini adalah seri perdamaian (?). Sayangnya menurut saya kontennya agak membosankan. Mungkin karena di buku pertama dan kedua itu pengalaman pertama banget yah jadi ceritanya seru.
Sedangkan di buku ini udah angkatan ke-sekian, mahasiswanya udah lebih prepare. Kurang kerasa gregetnya, perjuangannya. Hehe.
Rating:3/5
5| Riawani Elyta - Love Catcher (cetak)
Hamdalah dapet novel ini sebagai doorprize saat ultah Gandjel Rel kemarin. Ceritanya tentang Gaby, perempuan yang mendirikan toko cokelat. Sebagai pelariannya karena....gagal nikah. Bayangin dong gagal nikah sama sahabat dari masa kecil. Belasan tahun kenal ternyata ngga menjamin jalan menuju pelaminan melenggang dengan mulus.
Baca: Meriahnya Perayaan Ultah Gandjel Rel ke-4 di Resto Pringsewu Semarang
Kemudian dia diajak menikah oleh Zee, pacarnya saat ini. Sayangnya menjelang pernikahan Zee justru akan ditempatkan di tempat nan jauh disana. Gaby merasa akan baik-baik saja, tapi nggak begitu dengan ibundanya. Nggak setelah ditinggal selingkuh oleh suaminya (papa Zee) dan kehilangan Ghea (adik Gaby) yang memutuskan meninggalkan rumah setelah menganggap keluarganya hancur berantakan.
Di tengah dilema itu, justru muncul Mirza. Sosok yang terang-terangan mendekati Gaby. Bukan salah Mirza, karena dia ngga tau Gaby akan menikah. Nah, pada akhirnya dengan siapakah Gaby duduk di bangku pelaminan? Hmmm...
Suka novel ini karena bisa diresapi hahaha. Nikah ngga sekadar menyatukan kedua sejoli aja. Ada suara orang tua, keluarga, yang mungkin butuh dipertimbangkan juga. Sungguh ribet.
Rating: 4/5
***
Sekarang baru ngeh kenapa ngerasa reading slump. Karena rating buku yang saya kasih ngga seberapa tinggi. Artinya saya ngga terlalu berkesan sama bukunya. Ngerti kan, buku yang bagus itu bisa meninggalkan "rasa" sampai beberapa lama setelah dibaca?
Kalian baca apa aja di bulan Februari?
Ada wish list buat Maret?
Boleh di-share disini siapa tau saya pengen baca juga. Hoho. Kayanya saya pengen baca Komet Minor-nya Tere Liye deh. Kepooo abis! Baru baca preview gratis aja di Google Playbook.
Ada wish list buat Maret?
Boleh di-share disini siapa tau saya pengen baca juga. Hoho. Kayanya saya pengen baca Komet Minor-nya Tere Liye deh. Kepooo abis! Baru baca preview gratis aja di Google Playbook.
Namanya perempuan, kosmetik yang dipake ada banyak macemnya. Coba kamu cek meja rias ada apa aja? Bedak, eyeshadow, pensil alis, lipstik, blush on? Biasanya kelima barang itu masuk kategori wajib punya.
Nah kali ini saya bakal nge-review blush on ceram yang aman untuk dipake sehari-hari. Namanya Sophie Paris Magic Peach Cream. Yap, sesuai dengan namanya blush on ini bentuknya cream. Dan warna akhir yang dihasilkan adalah peach. Satu tingkat lebih muda dibawah orange gitu deh. Blush on Sophie Paris ini termasuk blush on cream wajah BPOM. Jadi aman shay dipake, no abal-abal.
Teksturnya krim kental, dan berwarna peach seperti tube-nya. Lubang untuk mengeluarkan produk cukup kecil. Justru karena ini, aman mau ngeluarin seberapa banyak. Ngga takut buat berlebihan. Aromanya sendiri manis ngga menyengat.
Nah kali ini saya bakal nge-review blush on ceram yang aman untuk dipake sehari-hari. Namanya Sophie Paris Magic Peach Cream. Yap, sesuai dengan namanya blush on ini bentuknya cream. Dan warna akhir yang dihasilkan adalah peach. Satu tingkat lebih muda dibawah orange gitu deh. Blush on Sophie Paris ini termasuk blush on cream wajah BPOM. Jadi aman shay dipake, no abal-abal.
Teksturnya krim kental, dan berwarna peach seperti tube-nya. Lubang untuk mengeluarkan produk cukup kecil. Justru karena ini, aman mau ngeluarin seberapa banyak. Ngga takut buat berlebihan. Aromanya sendiri manis ngga menyengat.
Kenapa sih pilih warna peach?
Karena kiblat make up saya itu korean make up look. Para eonni korea yang saya perhatiin lebih sering pake make up dengan tone warna orange/peach/coral dibandingkan pink/merah. Warna ini menimbulkan kesan habis melakukan perawatan wajah alami. Nggak yang medhok make up banget, gitu shaayy.
Gimana cara make blush on berbentuk cream?
Gampang banget! Karena bentuknya cream, ngga perlu pake brush. Cukup bermodalkan jari tangan aja. Dibawah ini bakal saya kasih beberapa cara. Kamu bisa pilih salah satu atau menggabungkan semuanya. Sesuka hati aja!
Pertama, aplikasikan di tulang pipi
Ini standar banget yah. Cara tau dimana letak tulang pipinya, saat kamu aplikasikan blush on jangan lupa senyum. Otomatis bagian pipi terangkat kan. Disitu letak tulang pipinya. Usap perlahan blush on di tulang pipi sampai merata.
Kedua, gunakan dibawah mata
Hah? Di bawah mata? Iya. Jangan khawatir. Blush on dibawah mata bertujuan untuk menyamarkan area gelap atau kehitaman dibawah mata. Terutama buat kamu yang suka begadang tuh. Bisa banget ditutupi dengan pake blush on.
Ketiga, dibawa melintasi hidung
Ini opsional sih. Biasanya pengaplikasian kaya gini biar makin keliatan menggemaskan kayak boneka. Kata beauty influencer sih blush on kaya orang demam gituuuh.
Terakhir, bisa juga aplikasikan sedikit di bawah dagu
Tujuannya apa? Biar keliatan bersemu manis, gituuh. Hihihi
Pertama, aplikasikan di tulang pipi
Ini standar banget yah. Cara tau dimana letak tulang pipinya, saat kamu aplikasikan blush on jangan lupa senyum. Otomatis bagian pipi terangkat kan. Disitu letak tulang pipinya. Usap perlahan blush on di tulang pipi sampai merata.
Kedua, gunakan dibawah mata
Hah? Di bawah mata? Iya. Jangan khawatir. Blush on dibawah mata bertujuan untuk menyamarkan area gelap atau kehitaman dibawah mata. Terutama buat kamu yang suka begadang tuh. Bisa banget ditutupi dengan pake blush on.
Ketiga, dibawa melintasi hidung
Ini opsional sih. Biasanya pengaplikasian kaya gini biar makin keliatan menggemaskan kayak boneka. Kata beauty influencer sih blush on kaya orang demam gituuuh.
Terakhir, bisa juga aplikasikan sedikit di bawah dagu
Tujuannya apa? Biar keliatan bersemu manis, gituuh. Hihihi
Tuh hasil akhirnya. Saya pake di bagian tulang pipi aja. Cukup dengan dua kali usap, warnanya langsung keliatan. Udah kayak eonni korea belom? Hihihi.
**
Tertarik dengan Sophie Paris Magic Peach Cream? Kamu bisa dapetin di website Sophie Paris. Selain itu kamu juga bisa membuka peluang usaha online. Caranya? Dengan gabung member Sophie Paris. Gampang banget loh, daftar aja di www.sophieparis.com. Nanti bakal ada penjelasan untuk menjalankan peluang bisnis online.
Lumayan kan shay, sambil menyelam minum air. Cantiknya dapet, cuannya pun dapet. Hahaha. See you!
Saengil chukka hamnida
Saengil chukka hamnida
Saranghaneun Gandjel Rel, Saengil chukka hamnida!
Bacalah dengan nada lagu happy birthday to you. Siapa yang ulang tahun? Yes, komunitas bloger perempuan-nya Semarang: Gandjel Rel. Komunitas yang saya ikuti selama 1,5 tahunan ini ternyata udah berusia 4 tahun!
Sedikit tentang Gandjel Rel, komunitas ini terbentuk pada 22 Februari 2015. Tagline “Ngeblog Ben Rak Ngganjel” bermakna ngeblog aja, biar ngga ada yang mengganjal di pikiran. Cocok banget sama filosofi ngeblog saya nih *halah*.
Baru pertama kali ini saya ikutan ngeramein ultah gandjel rel. Ultah kedua dan ketiga ngga ikutan. Padahal ngeliat dari dokumentasi di sosmed keliatannya seru banget. Akhirnya bertekad: tahun ini harus ikutan!
Hamdalah dikasih kesempatan dan rezeki buat ikutan. Soalnya ulang tahun kali ini terbatas. Ngga semua anggota yang pengen ikut, bisa dateng. Ngga papa yaah, tahun depan kita ketemu lagi gaes insyaAllah *visioner sekali*
Dimulai dengan Blogging Challenge dan Video Challenge
Keseruan ulang tahun ini udah dari bulan Januari. Dimulai dengan pekan blog challenge yang diadakan selama 4 minggu. Tema tiap minggu ini berbeda. Tema pertama seputar kota Semarang. Kedua, zero waste dinarasikan lewat fiksi. Ketiga tentang perlindungan anak dan terakhir ada tentang ngeblog dan harapan untuk Gandjel Rel.Keempatnya menjadi tantangan buat saya karena diluar tema yang selama ini saya tulis. Terakhir, ada juga video challenge-nya. Dengan tema, “seberapa greget”. Sayang sekali yang video ini saya nggak ikutan karena anaknya ngga ada ide buat video.
It’s D-Day!
Puncaknya dilaksanakan Sabtu 23 Februari kemarin di Resto Pringsewu Semarang. Dipandu oleh mba Hartari, acara dimulai dengan sambutan oleh ketua Gandjel Rel: mba Rahmi Aziza. Mba Rahmi rada curhat nih dulu pernah ada wartawan salah alamat. Udah wawancara panjang lebar, sampe pada pertanyaan gimana cara bikin kue gandjel rel? Ngiranya Gandjel Rel ini komunitas penggemar kue Gandjel Rel. Kocaak.Baru awal acara aja, udah banyak hadiah lho. Dan saya dapet! Yeay. Coba tebak menang karena apa? Menang OOTD alias Outfit of The Day, gaes. Ngga sia-sia yah pake dress ngejreng begini.
Kemudian lanjut ke acara sharing dengan mendatangkan guest star. Siapakah dia? Gus Mul! Hayo, kenal ngga? Saya ngertinya juga baru kok setelah dikasih tau. Xixi. Doi ini redaktur Mojok.co. Nama aslinya Agus Mulyadi. Nah, kalo mojok udah familiar ya, di telinga?
Pertama tentang ide nulis. Dapet darimana sih? Kata Gus Mul simpel aja lho. Bisa dari keseharian atau kegelisahan. Iya, penulis tuh bisa dapet inspirasi dari hal sehari-hari. Misal nih ketemu tulisan di bak truk yang nyleneh. Atau ngeliat kejadian tertentu. Bisa juga dari kegelisahan, seperti kenapa Wanna One harus bubar sedangkan Super Junior masih bertahan misalnya? Haha. Gak deng. Itu sih dari saya.
Selanjutnya yang penting adalah pemilihan diksi. Menurut Gus Mul nih hal yang krusial. Maksudnya gini kalo mau nulis “lupa” biar menarik gunakan “hilang ingatan”. Yang lebih kena ke perasaan pembaca gitu. Makanya nulis pake perasaan itu....penting. Jangan lupa juga buat ciri khas tulisan kita yang bisa membedakan dari orang lain.
Kekhasan tulisan Gus Mul diakui dari penggunaan kata bahasa Jawa. Walaupun sering diprotes pembaca karena ngga semuanya paham, Gus Mul tetep kekeuh aja pake istilah Jawa. Ya kan emang ada tuh kata di bahasa Jawa yang nggak pas padanannya di Indonesia. “Terutama untuk kata misuh (ngata-ngatain)”, kata Gus Mul. Yha Gus, saya mengakui kok. Bhakkk!
Terakhir, cobalah sudut pandang yang berbeda dalam menulis.
Pertama kali ke Resto Pringsewu Semarang
Udah ngomongin tentang acaranya, penasaran dong sama venue-nya. Nah tempat acara kali ini ada di Resto Pringsewu Semarang. Familiar dengan namanya? Saya sih iya. Gimana enggak, tiap mudik lewat pantura pasti ada petunjuk arah buat ke Resto Pringsewu Group. Hoho. Ternyata ada juga di Semarang.
Resto ini berada di komplek Kota Lama. Bangunannya eks kantor pusat NV Kian Gwan milik raja gula Oei Tiong Ham. Pertama kali masuk, wuaaah kesannya vintage banget. Jadoel! Berasa kembali ke masa lalu gitu. Disini banyak spot yang tentu saja instagram-able. Hehe, kudu banget gitu ya.
Resto ini berada di komplek Kota Lama. Bangunannya eks kantor pusat NV Kian Gwan milik raja gula Oei Tiong Ham. Pertama kali masuk, wuaaah kesannya vintage banget. Jadoel! Berasa kembali ke masa lalu gitu. Disini banyak spot yang tentu saja instagram-able. Hehe, kudu banget gitu ya.
![]() |
Teras depan Pringsewu Semarang (foto: Mba Mechta) |
Asyiknya, Resto Pringsewu juga cocok buat sekadar nongkrong loh. Mereka ngadain program yang namanya Teraz Oie Tiong Ham. Konsepnya tuh kaya nongkrong sore gitu deh. Sesuai namanya, tempat nongkrongnya berada di teras bagian depan resto. Bisa dicoba mulai jam 3 sore setiap Senin-Jum’at.
***
What a day! Seneng pokoknya seharian bisa kopdaran sama Gandjel Rel. Sampai jumpa di lain kesempatan yaa GRes!
![]() |
Foto by Mbak Nyi |
Yes gengs melanjutkan obrolan setelah lulus kuliah. Topik kedua adalah: Kerja *setel Work-nya Rihanna*. Banyak yang nanya, "Mau kerja dimana?" I honestly cannot answer the question properly, yet. Aku belum tau mau kerja dimana. Pernah nggak sih merasa apa yang kamu kerjakan saat ini cukup dan kamu belum merasa mau untuk "berpindah"? Or maybe I'm just being me at my comfort zone.
Mon maap ini biar keliatan qerja bagai quda gituh ceritanya |
Awalnya aku pengen di rumah aja. Melihat gimana temen-temen yang lain ibunya dirumah, masakin makanan, ini dan itu kayaknya enak. Tapi semakin bertambah umur pemikiran kayak gitu dihempas entah kemana. I'm faced with reality. Kita hidup butuh biaya. Iya, biaya. Nggak cuma uang. Tapi bisa dibilang uang merupakan variabel cukup penting untuk bertahan hidup. Setuju, nggak?
Dan guru jaman SMA-ku dulu pun selalu menekankan. Apapun yang kamu tuju, sebisa mungkin tetep kerja. Dalam kata lain punya penghasilan tetap. Sekarang aku setuju dengan pernyataan itu.
***
Intro tiga paragraf yang ditulis berbulan-bulan lalu. Dan sekarang insyaAllah akan segera menemukan jawaban atas pertanyaan kerja dimana.
Masalah kerja ini tuh gampang-gampang susah, ya. Gampang sebenarnya karena lapangan pekerjaan begitu banyaknya. Kesempatan untuk bekerja sendiri (mau itu wirausaha ataupun pekerja lepas a.k.a freelance) maupun jadi cungpret. Eh maksudnya jadi pegawai kantoran slash karyawan slash pengabdi gajian.
Tapi ya nyatanya ada kan orang yang harus ngirim berpuluh CV dan lamaran kerja dulu, baru bisa settle down ke satu pekerjaan? Ya ada.
Sebenarnya, definisi "bekerja" itu apa, sih?
Sebelum melangkah lebih jauh *halah*, buatku penting mendefinisikan makna "bekerja" itu sendiri. Biar diri ini nggak terjebak dengan definisi yang dibuat oleh society. Misalkan lingkungan masyarakat kita cenderung menilai bekerja itu sama dengan kantoran. Bekerja itu sama dengan nerima gaji tiap bulannya. Bekerja itu sama dengan rutinitas nine to five.
Sekarang, tanyakan diri sendiri. Apakah kamu juga mau mengikuti definisi yang udah dibuat oleh orang-orang itu? Atau kamu punya definisi "bekerja" sendiri?
Boleh loh punya definisi "bekerja" adalah mengerjakan apa yang kamu suka dan kamu tau kamu bakal bertumbuh disitu. Mungkin secara materi nggak langsung terlihat menghasilkan. Tapi kamu percaya nggak sekadar materi aja yang bisa dihasilkan disitu.
Definisi "bekerja" lainnya: punya kendali penuh akan waktu. Mau bekerja jam berapa saja, bebas. Kamu nggak mau terikat harus masuk kerja jam segini dan pulang jam segini.
Enaknya ketika kamu udah punya pegangan kayak gini, kamu nggak akan bingung. Kamu nggak akan terombang-ambing dengan keinginan orang tua harus kayak gini. Atau kamu harus daftar kerja tertentu hanya karena nggak kuat akan peer pressure. Di tempat itu gajinya tinggi jadi kamu daftar situ biar harga diri naik.
Sigh. Beratnya orang dewasa. Hahaha
Antara idealisme dan realistis
Nah. Ini. Ada temen yang galau harus gimana ketika dihadapkan oleh dua pilihan. Kerja sesuai passion dan ilmu yang didapat saat kuliah tapi orang tua menganggap nggak worth it atau kerja dengan persetujuan orang tua tapi nggak sesuai passion?
Real story loh yaa ini. Dan banyak terjadi, terutama sama perempuan. Kenapa perempuan? Ya karena nyatanya masih banyak orang tua di Indonesia yang begitu me....apa ya? Terlalu posesif dengan anak perempuan.
"Anak perempuan nggak boleh kerja jauh-jauh"
"Anak perempuan kerjanya di kantor aja jangan di luar melulu"
Sedangkan sama anak laki-laki kadang agak lebih longgar. Perks of being a guy.
Back to topic, saat dihadapkan dengan hal macam itu, harus apa?
First thing first, ngomong baek-baek sih ya. Kata Pak Rhenald Kasali di buku 30 Paspor, orang tua memang sering kali jadi tantangan utama. Ya, kan? Kata aku sih iya hahaha *tertawa getir*.
Di dunia kerja nanti, kamu bakal ketemu dengan banyak orang. Kamu butuh memenangkan hati orang. Kamu butuh komunikasi tepat agar goal kerja tercapai. Dan ini orang tua? Yang udah bersama kamu dari lahir? Tinggal seatap? Masih belum bisa memenangkan hatinya? Artinya usaha kamu kurang keras. Ilmu manajemenmu kurang. Yang harus dilakukan? Kata kupon undian di jajanan ciki: coba lagi.
Jangan bosen-bosen buat berusaha meluluhkan hati orang tua. Mungkin karena ketidaktahuannya, orang tua punya pendapat berbeda. Carilah hal yang bisa menjembatani perbedaan itu agar ketemu titik terangnya. Caranya gimana? Yha kamu sendirilah yang tau. Kan itu orang tuamu. Kamu yang ngerti sendiri sifatnya kayak gimana.
Kalo emang ngga bisa dibantah, aku kudu ottoke?
Satu-satunya jalan keluar adalah....menerima dan membesarkan hati. Hehe. Namanya aja hidup. Nggak selamanya sesuai dengan apa yang kita pengenin ya, kan? Masih ada banyakkk cara untuk menikmatinya.
Bisa aja kamu kerja di tempat itu sembari menambah ilmu. Sambil mengaktifkan LinkedIn atau portal pencarian job lain. Bisa juga lirik temen kantor siapa tau cocok buat dijadiin teman hidup.
....tsah.
***
Intinya sihhh...buat temen-temen yang lagi nyari kerja: SEMANGAT! Yakin aja rejeki ngga tertukar. Kalo emang bukan rejekimu, mau dikejar sekeras apapun ngga bakal kepegang. Sebaliknya, kalo emang rejeki, tanpa dikejar pun bisa mampir.
Coba perluas lagi konsep "bekerja". Di era yang makin kenceng kemajuan teknologi dan digitalisasinya ini, banyak peluang asal bisa jeli menangkap. Perluas jaringan. Informasi. Pengetahuan. Coba follow jouska *hae minjou!* biar ngerti kerjaan itu banyaaaaak jenisnya!
Dan yang pasti as a Moslem I would like to remind you this:
Awali dengan niat karenya-Nya. Bekerjalan untuk-Nya. Iringi dengan Doa. Sabar dan takwa dalam perjalanannya, maka engkau akan memahami kasih sayang-Nya yang senantiasa menemani masa. Bekerjalan dengan iman, lalu biarkan keajaiban datang dari arah yang tidak disangka-sangka.
Oh hoo kata-kata bijak ini diambil dari buku Awe-Inspiring Us. Aku belum bisa mengukir kata se-motivasi itu lol.
Baca: Resensi Awe-Inspiring Us
Semangat yaa!
Dari aku yang pernah jualan, nulis di blog, ngebuzzer, asisten praktikum, enumerator, sampe ngajar bocah cilik.
Niat awal pengen ngobrol ringan aja ternyata tetep berujung ke pembahasan (orang) dewasa. Tentang jadi orang tua. Awalnya saya dan seorang teman cuma pengen ketemu sekadar bertukar kabar. Eh, sama main gitu lah. Udah lama ngga ketemu. Lebih dari seminggu. Lama kan? Iyain aja.
Kami ini dua orang yang klop karena suka ke tontonan berbau Korea. Ya dramanya, film, reality/variety show, sampe k-pop. Lengkaplah.
Seperti siang itu. Sambil makan siang saya buka obrolan. Temanya reality show "The Return of Superman".
Baca: Tahun Baru, Member Baru The Return of Superman
"Eh, aku baru pertama kali liat Na Eun nangis.
Park Na Eun ini anggota baru TROS. Anak perempuan blasteran Korea (ayah) - Swiss (Ibu). Sekali pandang kalian pasti langsung seneng deh. Wajahnya secantik itu. Iya, cantik loh. Bukan imut. Ditambah dengan efek sparkling yang ditambah tiap kali scene dia, plus komentator yang memuji-muji dia. Penonton semakin terbentuk opini, "Park Na Eun adalah gadis cilik yang cantik".
Di satu scene dia nangis karena....backpack kesayangannya ketinggalan di subway. Backpack ini tuh udah kayak nyawanya dia. Hampir di setiap scene Na Eun dia bawa backpack. Saat diluar maupun didalam rumah.
Nangis kan tuh dia. Ayahnya nelfon emaknya. Hanya dengan beberapa kata aja, si Na Eun udah kembali tenang. Kami bahas emaknya deh, namanya Anna. Doi punya akun instagram dan pernah ngadain Instagram Q&A. Temen saya ini terkesan dengan caranya mendidik Na Eun. Full of love dan apa yah, kalo dari kacamata orang awam kaya kami yang belum punya anak ini berasa luar biasa. Hahaha.
Baca: After Graduation Story: Study, Again?
Obrolan berlanjut ke keluarga 5 Siblings alias SeolSuDae. Seola, Sua, Daebak. Ceritanya Seola dan Sua (kembar) dateng ke psikolog. Bapaknya pengen tau perkembangan kepribadian dari si kembar ini kaya gimana. Menurut bapaknya, meskipun kembar mereka nih beda.
Seola jiwa kepemimpinannya tinggi. Sedangkan Sua keliatan sulit buat adaptasi pada suasana baru. Istilahnya Sua nih jago kandang aja. Cerewet dan berani cuma saat ada Seola disisinya. Dari gambaran itu, bapaknya si kembar khawatir dengan Sua dibanding Seola. Dia mengira Sua lebih membutuhkan bantuan psikolog.
Baca: When I (or You) Get A Chance to Be Parents
Ternyata, yang terjadi adalah....Seola juga butuh!
Malah Seola kalo ngga dibawa ke psikolog bisa jadi terabaikan "perasaannya". Kok bisa? Iya. Di depan psikolog, Seola cerita bahwa dia sering menahan marah. Sering diajarkan mengalah karena dia lebih tua, meminta maaf dulu karena dia harus lebih pengertian dibanding adiknya.
Saat psikolognya nanya, kenapa kamu mau melakukan itu semua?
Jawabannya: karena aku pengen dibilang anak baik. Good girl. Dan "doktrin" dari orang tuanya, anak baik itu harus mengalah. Ngga boleh marah. Dll. Intinya harus menahan diri.
Temen saya bilang, ada 2 kategori pujian buat anak. Pujian dengan alasan logis dan pujian semu. Pujian dengan alasan logis misalnya, "Kamu hebat karena kamu nggak menangis keras-keras dan mengganggu orang lain". Pujian semu itu ya tiba-tiba dan tanpa alasan yang bisa dimengerti anak, dipuji aja.
Nah katanya siiih bahayanya pujian semu nanti si anak ini seakan terobsesi melakukan hal buat dapet pujian. Mungkin jatohnya kaya si Seola ini. Dia pengen dibilang anak baik, maka dia pahamnya ngga boleh marah.
Padahal marah ya boleh kan. Bayangin aja kalo anak dari kecil udah dilarang mengekspresikan perasaan tertentu? Kasian waktu besar. Dia ngga kenal perasaan ngga nyaman yang bisa berupa sedih, marah, kecewa, dsb.
Trus kami berdua mikir-mikir, susah amat ya jadi orang tua? Muji salah. Ngga dipuji nanti anak merasa ngga dihargain. Hahahaha.
Kami menarik kesimpulan, jadi orang tua tuh ya harus mau belajar cara mendidik anak. Bisa baca buku, blog, nonton reality show pun bisa juga. Sesekali TROS mengundang psikolog juga. Bisa dicontek tips yang dikasih.
Namanya belajar, ngga ada batasan umur kok. Jangan mikir, "Ah jodohnya belum dateng. Nanti aja." no. Justru karena belom dateng itu, banyakin dulu belajar. Kasian lho, punya anak tapi ternyata anaknya nggak merasa bahagia. Ngga mau kan yah, pasti.
Semangat yaah yang berniat jadi orang tua. Dan yang udah jadi orang tua.
Kami ini dua orang yang klop karena suka ke tontonan berbau Korea. Ya dramanya, film, reality/variety show, sampe k-pop. Lengkaplah.
Seperti siang itu. Sambil makan siang saya buka obrolan. Temanya reality show "The Return of Superman".
Baca: Tahun Baru, Member Baru The Return of Superman
"Eh, aku baru pertama kali liat Na Eun nangis.
Park Na Eun ini anggota baru TROS. Anak perempuan blasteran Korea (ayah) - Swiss (Ibu). Sekali pandang kalian pasti langsung seneng deh. Wajahnya secantik itu. Iya, cantik loh. Bukan imut. Ditambah dengan efek sparkling yang ditambah tiap kali scene dia, plus komentator yang memuji-muji dia. Penonton semakin terbentuk opini, "Park Na Eun adalah gadis cilik yang cantik".
Di satu scene dia nangis karena....backpack kesayangannya ketinggalan di subway. Backpack ini tuh udah kayak nyawanya dia. Hampir di setiap scene Na Eun dia bawa backpack. Saat diluar maupun didalam rumah.
Nangis kan tuh dia. Ayahnya nelfon emaknya. Hanya dengan beberapa kata aja, si Na Eun udah kembali tenang. Kami bahas emaknya deh, namanya Anna. Doi punya akun instagram dan pernah ngadain Instagram Q&A. Temen saya ini terkesan dengan caranya mendidik Na Eun. Full of love dan apa yah, kalo dari kacamata orang awam kaya kami yang belum punya anak ini berasa luar biasa. Hahaha.
Baca: After Graduation Story: Study, Again?
***
Obrolan berlanjut ke keluarga 5 Siblings alias SeolSuDae. Seola, Sua, Daebak. Ceritanya Seola dan Sua (kembar) dateng ke psikolog. Bapaknya pengen tau perkembangan kepribadian dari si kembar ini kaya gimana. Menurut bapaknya, meskipun kembar mereka nih beda.
Seola jiwa kepemimpinannya tinggi. Sedangkan Sua keliatan sulit buat adaptasi pada suasana baru. Istilahnya Sua nih jago kandang aja. Cerewet dan berani cuma saat ada Seola disisinya. Dari gambaran itu, bapaknya si kembar khawatir dengan Sua dibanding Seola. Dia mengira Sua lebih membutuhkan bantuan psikolog.
Baca: When I (or You) Get A Chance to Be Parents
Ternyata, yang terjadi adalah....Seola juga butuh!
Malah Seola kalo ngga dibawa ke psikolog bisa jadi terabaikan "perasaannya". Kok bisa? Iya. Di depan psikolog, Seola cerita bahwa dia sering menahan marah. Sering diajarkan mengalah karena dia lebih tua, meminta maaf dulu karena dia harus lebih pengertian dibanding adiknya.
Saat psikolognya nanya, kenapa kamu mau melakukan itu semua?
Jawabannya: karena aku pengen dibilang anak baik. Good girl. Dan "doktrin" dari orang tuanya, anak baik itu harus mengalah. Ngga boleh marah. Dll. Intinya harus menahan diri.
***
Temen saya bilang, ada 2 kategori pujian buat anak. Pujian dengan alasan logis dan pujian semu. Pujian dengan alasan logis misalnya, "Kamu hebat karena kamu nggak menangis keras-keras dan mengganggu orang lain". Pujian semu itu ya tiba-tiba dan tanpa alasan yang bisa dimengerti anak, dipuji aja.
Nah katanya siiih bahayanya pujian semu nanti si anak ini seakan terobsesi melakukan hal buat dapet pujian. Mungkin jatohnya kaya si Seola ini. Dia pengen dibilang anak baik, maka dia pahamnya ngga boleh marah.
Padahal marah ya boleh kan. Bayangin aja kalo anak dari kecil udah dilarang mengekspresikan perasaan tertentu? Kasian waktu besar. Dia ngga kenal perasaan ngga nyaman yang bisa berupa sedih, marah, kecewa, dsb.
Trus kami berdua mikir-mikir, susah amat ya jadi orang tua? Muji salah. Ngga dipuji nanti anak merasa ngga dihargain. Hahahaha.
Kami menarik kesimpulan, jadi orang tua tuh ya harus mau belajar cara mendidik anak. Bisa baca buku, blog, nonton reality show pun bisa juga. Sesekali TROS mengundang psikolog juga. Bisa dicontek tips yang dikasih.
Namanya belajar, ngga ada batasan umur kok. Jangan mikir, "Ah jodohnya belum dateng. Nanti aja." no. Justru karena belom dateng itu, banyakin dulu belajar. Kasian lho, punya anak tapi ternyata anaknya nggak merasa bahagia. Ngga mau kan yah, pasti.
Semangat yaah yang berniat jadi orang tua. Dan yang udah jadi orang tua.
Wednesday, February 13, 2019
Awe-Inspiring Us: Sebuah Perjalanan Mengukir Cinta, Merenda Asa, Menggapai Pernikahan Mulia
Selama ini saya berpikiran. Kenapa ya artikel atau buku tentang bagaimana cara menjadi istri sholehah/idaman/disayang suami dan sejenisnya itu banyak muncul? Sedangkan tentang bagaimana menjadi suami yang baik itu jarang? Entah memang benar adanya atau saya yang ngga pernah nyari.
Biasanya yang sedang banyak waktu luang itu masa setelah lulus kuliah *mengangguk mengiyakan*. Di masa ini kita dihadapkan ke tiga hal: kerja? Lanjut sekolah? Atau menikah?
Disini mba Dewi pertama memilih membicarakan tentang bekerja dan lanjut sekolah terlebih dahulu. Kenapa? Karena sangat penting untuk seorang Muslim memaksimalkan waktu yang ada dengan berprestasi. Kedua hal ini bisa dilakukan seorang diri.
Sedangkan menikah membutuhkan partner. Pencariannya pun nggak mudah, kan? Maka di masa penantian ini mba Dewi mewanti-wanti untuk menggunakan waktu dengan bijak.
Dalam masa penantian ini, kalian bisa melakukan hal-hal dibawah:
1) Menuntut ilmu. Karena apa? Dijanjikan oleh Allah akan dinaikkan derajatnya, sebagaimana tertuang di Al-Qur'an surah Al-Mujadilah ayat 11.
2) Memaksimalkan potensi. Ikut beragam les/kursus yang bermanfaat. Kamu bercita-cita melanjutkan studi di luar negeri? Ikutlah kursus TOEFL/IELTS. Kamu suka crafting? Ikutlah kelas-kelas yang ada.
3) Menjadi bermanfaat dan mengukir prestasi. Bisa menantang diri lewat kompetisi, maupun volunteering.
4) Berkarya dan berdaya. Nah, liat di lingkungan sekitar. Kira-kira, apa sih yang dibutuhkan masyarakat? Beri ide-ide kecil yang bermanfaat.
Isi CV ta'aruf itu apa aja sih? Nih mba Dewi ngasih bocorannya. Profil umum berupa nama, tempat tanggal lahir, alamat, tempat bekerja, suku, golongan darah. Gambaran fisik, seperti tinggi badan, berat badan, warna kulit, tipe rambut, warna mata, riwayat penyakit, dsb. Latar belakang pendidikan. Gambaran karakter diri termasuk moto hidup, hobi, sifat positif dan negatif, hal yang disuka dan ngga disuka.
Lanjut dengan pengalaman kerja, daftar prestasi/penghargaan, gambaran keluarga (ayah, ibu, adik, kakak), persiapan pernikahan (finansial, visi misi, ilmu tentang pernikahan). Barulah masuk ke kriteria calon yang diinginkan. Boleh kriteria fisik yang seganteng Kang Daniel *eh gimana* pendidikan, pekerjaan, suku, apa aja yang dipengenin. Harapan seperti sumber dana nikah darimana, konsep pernikahan seperti apa, domisili ke depan, karier, target jangka pendek, tulis selengkap-lengkapnyaa!
Nah, jangan lupa masukin juga foto terbaru. Biar si lawan jenis ada gambaran tentang kamu. Yah walaupun sekarang bisa juga diliat lewat medsos sih ya. Hehe.
Perlu dicatat, nyari pasangan itu jangan kayak supermarket yang semua ada. Karena hakikatnya, pernikahan bukanlah saat kita mencari pasangan yang sempurna. Tapi saat kita mencari teman hingga ke surga. Inget gaes, ke surga loh. Nggak cuma sampe grow old together aja!
Makanya, biar ta'aruf ngga melenceng jalur. Ingat-ingat juga untuk: 1) Meluruskan niat, 2) Bersikap jujur, 3) Jangan meminang yang udah terpinang, 4) Libatkan orang tua, 5) Jangan lama-lama!, dan 6) Jaga jarak sampai halal. Lamaran tuh belom halal loh yaaa. Setelah akad terucap baru sah menjadi suami istri.
Fokus pada masalah, BUKAN pada orangnya. Mendengarkan satu sama lain, dan berlapang dada. Dan jangan sembarang mengucap Talak.
Daaan dua bab terakhir menceritakan pengalaman seputar kehamilan, persalinan, serta kehidupan sebagai orang tua sekaligus mahasiswa. Kok nggak diulas juga sih? Lhoo nanti kalian nggak kepo gaes sama isi bukunya. Hahaha.
Sebagai sesama lulusan FKM saya ngerasa malu...dan bangga. Kok gitu? Iya bangga karena mba Dewi ini lulusan FKM yang berhasil go internesyenel. Banyak memberi manfaat. Menginspirasi banyak orang. Sayang sekaleee waktu beliau ke Semarang ngga bisa ketemu. Pas banget lagi diluar kota. Semoga Allah kasih waktu untuk ketemu. Amiin.
Trus malunya kenapa? Iya malu karena saya merasa seperti butiran jas-jus. Udah ngapain aja ya, selama ini? Apakah ada yang merasakan manfaat dari diriku? Hiks.
Fokus, fokus! Buku ini dilengkapi juga dengan beberapa mitos seputar perawatan bayi. Berhubung mba Dewi basic-nya emang peneliti, data yang dipaparkan ya dari jurnal penelitian juga! Tapi jangan khawatir gaes, mudah untuk dipahami kok.
Satu hal yang paling saya inget dan mengena nih, ada pertanyaan, "Bagaimana kalo suami nggak mengijnkan untuk lanjut sekolah, apalagi diluar negeri?"
Jawabannya sungguh mudah. Ya dari sebelum nikah seharusnya udah mencantumkan ini di CV. Kalo si lawan jenis ngga menyanggupi, silahkan mundur teratur. Simpel, kan?
Dari situ saya berkesimpulan, sebelum kirim CV nih pastikan deh itu isinya selengkap dan sejelas mungkin. Jangan ada yang ditutup-tutupin. Sah-sah aja kok mengajukan syarat tertentu. Kecuali kalo kamu emang anaknya nrimo-nrimo wae, ya monggo. Kalo anaknya berpendirian teguh? Yaa lakukan tips ini biar kedepannya ngga menimbulkan konflik.
Toh pernikahan itu antara 2 insan. Keduanya punya tanggung jawab sama besar dalam mempertahankan biduk rumah tangga. Hazeqq. Kalian setuju nggak, gaes? Plis jawab iya.
Nah, di buku Awe-Inspiring Us ini mbak Dewi Nur Aisyah menuliskan semua tentang pernikahan untuk PRIA dan WANITA. Yess, untuk keduanya! I'm so excited!
Buku ini merupakan lanjutan dari Awe-Inspiring Me. Seri sebelumnya berfokus pada pengembangan diri. Seri kedua ini lebih ke pembicaraan seputar pernikahan.
Baca: January Monthly Read
Ada 5 topik yang menjadi pokok pembahasan:
1) Masa penantian
2) Jodohmu adalah dia
3) Membangun rumah tangga: sebuah jalan menuju surga
4) Another miracles
5) PhD mom and dad: sebuah catatan perjalanan
Penasaran sama isinya? Yuk baca lebih lanjut!
Masa Penantian
Sejatinya, hidup ini adalah tentang menunggu. Yang baru lulus kuliah, menunggu panggilan kerja. Yang jomblo, nunggu dipinang. Yang udah menikah, nunggu punya anak. Betul apa betul? Kalo dipikir memang kegiatan kita ini penuh dengan daftar tunggu.
Saat udah sadar bahwa hidup adalah perihal menunggu, apa yang harus kita lakukan?
Attitude kita saat menunggu, apakah diiringi ragu atau gerutu. Atau tetap bersabar meyakini rezeki dari-Nya tidak akan tertukar atau salah waktu.
Biasanya yang sedang banyak waktu luang itu masa setelah lulus kuliah *mengangguk mengiyakan*. Di masa ini kita dihadapkan ke tiga hal: kerja? Lanjut sekolah? Atau menikah?
Disini mba Dewi pertama memilih membicarakan tentang bekerja dan lanjut sekolah terlebih dahulu. Kenapa? Karena sangat penting untuk seorang Muslim memaksimalkan waktu yang ada dengan berprestasi. Kedua hal ini bisa dilakukan seorang diri.
Sedangkan menikah membutuhkan partner. Pencariannya pun nggak mudah, kan? Maka di masa penantian ini mba Dewi mewanti-wanti untuk menggunakan waktu dengan bijak.
Jadikanlah waktu luang sebagai musuh terbesar!
Dalam masa penantian ini, kalian bisa melakukan hal-hal dibawah:
1) Menuntut ilmu. Karena apa? Dijanjikan oleh Allah akan dinaikkan derajatnya, sebagaimana tertuang di Al-Qur'an surah Al-Mujadilah ayat 11.
2) Memaksimalkan potensi. Ikut beragam les/kursus yang bermanfaat. Kamu bercita-cita melanjutkan studi di luar negeri? Ikutlah kursus TOEFL/IELTS. Kamu suka crafting? Ikutlah kelas-kelas yang ada.
3) Menjadi bermanfaat dan mengukir prestasi. Bisa menantang diri lewat kompetisi, maupun volunteering.
4) Berkarya dan berdaya. Nah, liat di lingkungan sekitar. Kira-kira, apa sih yang dibutuhkan masyarakat? Beri ide-ide kecil yang bermanfaat.
Jodohmu Adalah Dia
Siapa nih yang udah mulai gencar mengirim CV untuk ta'aruf? *bukan saya, LOL* Ta'aruf dilakukan untuk meminimalisir kontak dengan lawan jenis. Maka sebaiknya dilakukan bersama mediator. Bisa keluarga dekat, guru ngaji, murabbi (pementor), atau teman dekat yang udah menikah. Dan pastinya terpercaya yah. Ngga bochooor.Isi CV ta'aruf itu apa aja sih? Nih mba Dewi ngasih bocorannya. Profil umum berupa nama, tempat tanggal lahir, alamat, tempat bekerja, suku, golongan darah. Gambaran fisik, seperti tinggi badan, berat badan, warna kulit, tipe rambut, warna mata, riwayat penyakit, dsb. Latar belakang pendidikan. Gambaran karakter diri termasuk moto hidup, hobi, sifat positif dan negatif, hal yang disuka dan ngga disuka.
Lanjut dengan pengalaman kerja, daftar prestasi/penghargaan, gambaran keluarga (ayah, ibu, adik, kakak), persiapan pernikahan (finansial, visi misi, ilmu tentang pernikahan). Barulah masuk ke kriteria calon yang diinginkan. Boleh kriteria fisik yang seganteng Kang Daniel *eh gimana* pendidikan, pekerjaan, suku, apa aja yang dipengenin. Harapan seperti sumber dana nikah darimana, konsep pernikahan seperti apa, domisili ke depan, karier, target jangka pendek, tulis selengkap-lengkapnyaa!
Nah, jangan lupa masukin juga foto terbaru. Biar si lawan jenis ada gambaran tentang kamu. Yah walaupun sekarang bisa juga diliat lewat medsos sih ya. Hehe.
Perlu dicatat, nyari pasangan itu jangan kayak supermarket yang semua ada. Karena hakikatnya, pernikahan bukanlah saat kita mencari pasangan yang sempurna. Tapi saat kita mencari teman hingga ke surga. Inget gaes, ke surga loh. Nggak cuma sampe grow old together aja!
Makanya, biar ta'aruf ngga melenceng jalur. Ingat-ingat juga untuk: 1) Meluruskan niat, 2) Bersikap jujur, 3) Jangan meminang yang udah terpinang, 4) Libatkan orang tua, 5) Jangan lama-lama!, dan 6) Jaga jarak sampai halal. Lamaran tuh belom halal loh yaaa. Setelah akad terucap baru sah menjadi suami istri.
Membangun Rumah Tangga: Sebuah Jalan Menuju Surga
Masuk ke bab ketiga, mba Dewi memberikan sedikit gambaran akan pernikahan. Puhlease gaes jangan dibayangin nikah itu lurus-lurus aja. Hepi terus. Dunia milik berdua, aihh. Ada kalanya ombak datang menerpa. Konflik berdatangan. Lalu, apa yang harus dilakukan?Fokus pada masalah, BUKAN pada orangnya. Mendengarkan satu sama lain, dan berlapang dada. Dan jangan sembarang mengucap Talak.
Rumah tangga mulia adalah mereka yang terus saling mengingatkan dalam takwa, marah atau perdebatan kecil diselesaikan sesuai dengan Al-Qur'an dan Sunah yang mulia.
Daaan dua bab terakhir menceritakan pengalaman seputar kehamilan, persalinan, serta kehidupan sebagai orang tua sekaligus mahasiswa. Kok nggak diulas juga sih? Lhoo nanti kalian nggak kepo gaes sama isi bukunya. Hahaha.
Sebagai sesama lulusan FKM saya ngerasa malu...dan bangga. Kok gitu? Iya bangga karena mba Dewi ini lulusan FKM yang berhasil go internesyenel. Banyak memberi manfaat. Menginspirasi banyak orang. Sayang sekaleee waktu beliau ke Semarang ngga bisa ketemu. Pas banget lagi diluar kota. Semoga Allah kasih waktu untuk ketemu. Amiin.
Trus malunya kenapa? Iya malu karena saya merasa seperti butiran jas-jus. Udah ngapain aja ya, selama ini? Apakah ada yang merasakan manfaat dari diriku? Hiks.
Fokus, fokus! Buku ini dilengkapi juga dengan beberapa mitos seputar perawatan bayi. Berhubung mba Dewi basic-nya emang peneliti, data yang dipaparkan ya dari jurnal penelitian juga! Tapi jangan khawatir gaes, mudah untuk dipahami kok.
Satu hal yang paling saya inget dan mengena nih, ada pertanyaan, "Bagaimana kalo suami nggak mengijnkan untuk lanjut sekolah, apalagi diluar negeri?"
Jawabannya sungguh mudah. Ya dari sebelum nikah seharusnya udah mencantumkan ini di CV. Kalo si lawan jenis ngga menyanggupi, silahkan mundur teratur. Simpel, kan?
Dari situ saya berkesimpulan, sebelum kirim CV nih pastikan deh itu isinya selengkap dan sejelas mungkin. Jangan ada yang ditutup-tutupin. Sah-sah aja kok mengajukan syarat tertentu. Kecuali kalo kamu emang anaknya nrimo-nrimo wae, ya monggo. Kalo anaknya berpendirian teguh? Yaa lakukan tips ini biar kedepannya ngga menimbulkan konflik.
***
Well, para jomblowan jomblowati saya sangat menganjurkan baca buku ini. Biar tercerahkan nikah itu apa tujuannya? Esensinya. Jangan sampe kalian (dan semoga saya juga) nikah hanya karena tuntutan lingkungan, umur, maupun orang tua.
Kamu nanya kapan saya nikah? Bentar belum ketemu yang mirip Ha Sung Woon dan sholeh nih. Kalo ada yaa bolehlah kabarin ya. Ngga harus sama kok kebangsaannya (iyain aja udah).
Sebagai penutup, ini saya kasih kutipan di akhir buku mba Dewi.
At times Allah tests us, it is not to reveal our weaknesses, but for us to discover our strengths.
Mari kita awali Februari dengan review drakor! Udah berapa purnama ngga nulis review nih. Drama Korea ini aku nominasikan ke Top 3 Korean Drama tahun 2019. Bagus banget ngga boong! Di negara asalnya aja dia mendapatkan rating dua digit. Sampe 23,8% loh. Rekor buat drama yang ditayangin di saluran kabel. Udah berhasil ngalahin Goblin. So proud!
Emang, ceritanya tentang apa sih? Aku bakal ngereview sekomplit mungkin dan akan spoiler. Jadi yang ngga mau kena bocoran, skip ae postingan ini okay.
Cerita dimulai dari kisah keluarga elite a.k.a kelas kakap. Hestek horangkayah gitu. Mereka tinggal di perumahan elite bernama SKY Castle. Mereka ini keluarga berada. Harta, tahta, wanita? Punya! Profesi yang ditunjukkan disini dokter dan profesor di perguruan tinggi.
Alkisah keluarga Profesor Park Soo Chang lagi seneng banget. Karena anak satu-satunya, Park Young Jae berhasil lolos di fakultas kedokteran Seoul National University (SNU). Sama kayak di Indonesia, masuk kedokteran dan perguruan prestise itu amat sangat bergengsi. Seakan kalo udah masuk ke jurusan dan universitas itu masa depan mereka bakal terjamin.
Lucunya, yang seneng keluarga Park Young Jae yang ngadain ((syukuran)) malah Han Suh Jin. Tetangganya. Sebenernya sih ngga murni syukuran. Lebih ke Han Suh Jin, Noh Seung Hye, dan Jin Jin Hee - para tetangga deket - kepo gimana bisa masuk ke fak. kedokteran SNU.
Ini tuh di Indonesia semacam SNMPTN kali ya. Karena special admission tanpa harus ikut Suneung (SBMPTN-nya di Korea). Kalo kamu tau, Suneung di Korea itu penting buangeeett nget nget. Dimana kalo ada penerbangan pada hari itu ditunda dulu sampe Suneungnya selesai. Semua harus hening intinya.
Pola pertetanggaan di SKY Castle ini pretentious. Penuh dengan kepura-puraan. Di depan keliatan baik, saling memuji satu sama lain, di belakang saling menggunjing. Niat Han Suh Jin dkk buat ngepoin ibunya Park Young Jae ngga berhasil. Tapi mereka tetep kekeuh buat mendekati ibunya Park Young Jae.
***
Karena udah berhasil menghantarkan anaknya masuk SNU, ibunya Park Young Jae diberi hadiah wisata kapal pesiar oleh suaminya. Young Jae juga memutuskan untuk traveling keliling Eropa.
Disinilah mulai muncul konfliknya. Ibunya Young Jae pulang lebih cepet dari yang diperkirakan. Tetangganya heran kan tuh, kenapa emang? Dan keesokan harinya ibunya Young Jae ditemukan bunuh diri, di pinggir danau, saat bersalju, menggunakan senapan angin yang biasa dipake untuk suaminya berburu (my heart broken cuyyy nonton scene ini masyaAllah huhuhu).
Selang beberapa waktu kemudian, datanglah penggantinya keluarga Park Soo Chang. Mereka menempati rumah bekas dia. Keluarga Profesor Hwang dan Lee Sue Lim.
Akhirnya keempat keluarga ini ditambah satu coach yang jadi pemeran utamanya. Iya, emak-emak cuy pemerannya. Drama ini menggambarkan perbedaan cara mendidik anak antar keluarga. Ambisi orang tua yang pengen anaknya jadi "terbaik".
Lebih detailnya tentang keluarga ini aku jabarin.
Pasangan dokter dan anak dari bankir. Profesor Kang ini keturunan dokter. Ibunya punya ambisi buat bikin third generation doctor. Kek anak turunannya wajib dokter gitu. Mereka punya anak dua. Kang Ye Suh dan Kang Ye Bin. Anak pertamanya, Ye Suh ini yang jadi korban ke-ambisius-an dari neneknya. Dari kelas 4 SD kerjaannya belajar, belajar, dan belajar. Semua demi masuk fak. kedokteran SNU. Anaknya egois, ngga punya temen, yang ada di otaknya ya belajar. Anak kesayangan Han Suh Jin karena dianggap menurut.
Beda dengan Yeh Bin, adiknya. Yeh Bin justru biasa-biasa aja. Malah cenderung ngga pinter. Karena itu Suh Jin jarang menganggap Yeh Bin ada. Kasian, ya?
Han Suh Jin ini ternyata bohong tentang dia anak bankir. Bahkan dia bohong tentang namanya. Nama aslinya Kwak Mi Hyang, anak dari penjual jeroan daging di pasar. Karena kebohongannya inilah, mertuanya menuntut dia harus berhasil memasukkan Ye Suh ke fak. kedokteran SNU.
Ini keluarga paling gemasss lucu banget pokoknya. Profesor Woo ini sidekick-nya Profesor Kang Joon Sang. Jin Jin-nya sidekick Han Suh Jin. Sebenarnya si Jin Jin ini baik, cuma dia nggak punya arah aja hidupnya hahaha. Sukanya ngikutin orang lain. Omongannya blak-blakan.
Anaknya satu, Woo Soo Han. Seumuran dan temenan sama Yeh Bin. Sama juga, dia tipe yang susah buat belajar.
Keluarga ini punya anak tiga, Cha Se Ri, Cha Suh Joon dan Cha Ki Joon (dua terakhir ini kembar). Profesor Cha bangga banget sama Se Ri yang berhasil masuk Harvard. Padahal....itu semua bohong. Se Ri terpaksa bohong demi membahagiakan ayahnya. Karena kalo dia ngga bisa masuk Harvard ngga dianggap anak.
Sedangkan Suh Joon dan Ki Joon didoktrin tentang piramid. Mereka harus bisa mencapai puncak piramid demi mendapatkan power. Profesor Cha satu-satunya orang tua yang mampu buat ngajarin anak-anaknya. Bahkan punya study room sendiri.
Tapi Seung Hye, ibunya merasa kasian sama anak-anaknya. Terlihat tersiksa.
Keluarga yang paling adem. Punya anak satu namanya Hwang Woo Joo. Peraih peringkat dua di sekolah tanpa ikut les tambahan apapun. Woo Joo ini anak profesor Hwang dari istri sebelumnya. Jadi statusnya dia adalah anak tiri Lee Sue Lim.
Sue Lim sendiri penulis. Dari sini kisah dibalik konflik SKY Castle terjadi. Kenapa? Karena Lee Sue Lim penasaran apa yang terjadi dengan penghuni rumah sebelumnya (keluarga Park Soo Chang). Setelah tahu latar belakangnya, dia berusaha untuk menuliskannya ke dalam novel.
Center dari segala keruwetan di SKY Castle. Siapakah dia? Nah di Korea, sekolah aja tuh nggak cukup buat seorang siswa. Dibutuhkan private lesson / private academy untuk bisa bersaing ke universitas bergengsi. Coach Kim ini top class coordi (coordinator). Semua anak bimbingannya dijamin masuk fak. kedokteran SNU.
Termasuk Park Young Jae tadi hasil didikan dari Coach Kim. Tapi ternyata dia punya cara-cara yang bikin uuh merinding bener dah. Segala cara dihalalkan untuk bisa membuat anak didiknya masuk fak. kedokteran SNU. Dan biaya untuk menggunakan jasanya ini mihil bingit. Sampe ke angka ribuan dolar / jutaan won.
Duh panjang amat hahaha. Ceritanya berlanjut dengan Ye Suh berhasil dipilih Coach Kim untuk dikasih private lesson. Kok dipilih? Iya. Coach Kim memilih mana anak yang mau diambil buat digembleng habis-habisan.
Termasuk juga orang tuanya setuju dengan semua persyaratan yang diajukan. Wagelaseeh. Pernah nggak kepikiran kalo belajar itu butuh suhu ruangan berapa derajat celcius? Lampunya seberapa terang? Kayak gitu diatur sama Coach Kim.
Ibu dari anak didiknya pun diwajibkan jadi ibu rumah tangga. Ngga boleh kerja. Harus fokus ngurusin kebutuhan anaknya, dan nggak boleh buat si anak stress.
Perseteruan di SKY Castle terjadi akibat Lee Sue Lim yang mengenali bahwa Han Suh Jin itu Kwak Mi Hyang. Disamping itu dia khawatir dengan Ye Suh yang dididik Coach Kim. Sue Lim khawatir keluarga Han Suh Jin bakal berakhir menyedihkan kayak keluarga Park Soo Chang.
Menurutnya, Coach Kim punya andil dalam rusaknya keluarga Park Soo Chang. Di sepanjang perjalanan cerita drama ini, penonton ditunjukkan gimana Coach Kim menggembleng Ye Suh. Persaingan ketat antara Ye Suh dan Hye Na. Daaan masih banyak lagi. Ruwet? Banget.
Dari drama ini nunjukin kompetitifnya sistem pendidikan di Korea. Kata kritikus sih, semacam black comedy. Kemudian penonton juga ditunjukkan ini loh, ngga ada keluarga yang sempurna. Keempatnya punya masalah masing-masing. Cara penyelesaiannya pun berbeda-beda.
Keluarga Kang Joon Sang dan Han Suh Jin
Beda dengan Yeh Bin, adiknya. Yeh Bin justru biasa-biasa aja. Malah cenderung ngga pinter. Karena itu Suh Jin jarang menganggap Yeh Bin ada. Kasian, ya?
Han Suh Jin ini ternyata bohong tentang dia anak bankir. Bahkan dia bohong tentang namanya. Nama aslinya Kwak Mi Hyang, anak dari penjual jeroan daging di pasar. Karena kebohongannya inilah, mertuanya menuntut dia harus berhasil memasukkan Ye Suh ke fak. kedokteran SNU.
Keluarga Woo Yang Wo dan Jin Jin
Ini keluarga paling gemasss lucu banget pokoknya. Profesor Woo ini sidekick-nya Profesor Kang Joon Sang. Jin Jin-nya sidekick Han Suh Jin. Sebenarnya si Jin Jin ini baik, cuma dia nggak punya arah aja hidupnya hahaha. Sukanya ngikutin orang lain. Omongannya blak-blakan.
Anaknya satu, Woo Soo Han. Seumuran dan temenan sama Yeh Bin. Sama juga, dia tipe yang susah buat belajar.
Keluarga Profesor Cha Min Hyuk dan Noh Seung Hye
Keluarga ini punya anak tiga, Cha Se Ri, Cha Suh Joon dan Cha Ki Joon (dua terakhir ini kembar). Profesor Cha bangga banget sama Se Ri yang berhasil masuk Harvard. Padahal....itu semua bohong. Se Ri terpaksa bohong demi membahagiakan ayahnya. Karena kalo dia ngga bisa masuk Harvard ngga dianggap anak.
Sedangkan Suh Joon dan Ki Joon didoktrin tentang piramid. Mereka harus bisa mencapai puncak piramid demi mendapatkan power. Profesor Cha satu-satunya orang tua yang mampu buat ngajarin anak-anaknya. Bahkan punya study room sendiri.
Tapi Seung Hye, ibunya merasa kasian sama anak-anaknya. Terlihat tersiksa.
Keluarga Profesor Hwang Chi Young dan Lee Sue Lim
Sue Lim sendiri penulis. Dari sini kisah dibalik konflik SKY Castle terjadi. Kenapa? Karena Lee Sue Lim penasaran apa yang terjadi dengan penghuni rumah sebelumnya (keluarga Park Soo Chang). Setelah tahu latar belakangnya, dia berusaha untuk menuliskannya ke dalam novel.
Coach Kim Joon Young
Termasuk Park Young Jae tadi hasil didikan dari Coach Kim. Tapi ternyata dia punya cara-cara yang bikin uuh merinding bener dah. Segala cara dihalalkan untuk bisa membuat anak didiknya masuk fak. kedokteran SNU. Dan biaya untuk menggunakan jasanya ini mihil bingit. Sampe ke angka ribuan dolar / jutaan won.
***
Duh panjang amat hahaha. Ceritanya berlanjut dengan Ye Suh berhasil dipilih Coach Kim untuk dikasih private lesson. Kok dipilih? Iya. Coach Kim memilih mana anak yang mau diambil buat digembleng habis-habisan.
Termasuk juga orang tuanya setuju dengan semua persyaratan yang diajukan. Wagelaseeh. Pernah nggak kepikiran kalo belajar itu butuh suhu ruangan berapa derajat celcius? Lampunya seberapa terang? Kayak gitu diatur sama Coach Kim.
Ibu dari anak didiknya pun diwajibkan jadi ibu rumah tangga. Ngga boleh kerja. Harus fokus ngurusin kebutuhan anaknya, dan nggak boleh buat si anak stress.
Perseteruan di SKY Castle terjadi akibat Lee Sue Lim yang mengenali bahwa Han Suh Jin itu Kwak Mi Hyang. Disamping itu dia khawatir dengan Ye Suh yang dididik Coach Kim. Sue Lim khawatir keluarga Han Suh Jin bakal berakhir menyedihkan kayak keluarga Park Soo Chang.
Menurutnya, Coach Kim punya andil dalam rusaknya keluarga Park Soo Chang. Di sepanjang perjalanan cerita drama ini, penonton ditunjukkan gimana Coach Kim menggembleng Ye Suh. Persaingan ketat antara Ye Suh dan Hye Na. Daaan masih banyak lagi. Ruwet? Banget.
Kalo kamu bukan penyuka drama yang banyak konflik dan ribet pasti ngga suka. Karena di tiap episode adaaa aja konfliknya.
Dan paling legend dong OST-nya. "We all lie... Tell you the truth". Penonton setia SKY Castle paham setiap lagu ini dimainkan akan terjadi tragedi. Hiks.
***
Pada akhirnya keluarga yang mau berkomunikasi dengan baik, memperjuangkan satu sama lain, dan bekerja sama bisa memperbaiki sedikit demi sedikit. Masalah yang ada saat dihadapi bersama justru dapat mempererat hubungan anggota keluarga.
Laafff this drama! Kamu udah nonton, belum?
Subscribe to:
Posts (Atom)