Menikah saat Kuliah, Yay or Nay?
"Bu, gimana rasanya kuliah di peminatan?"
Saya bertanya pada ibu LJ (lintas jalur) di hari-hari awal perkuliahan. Saat itu tahun 2014 dimana saya masih berstatus mahasiswa baru. Beliau menjawab perkuliahannya cukup enak, sedangkan mahasiswa yang sekelas sama beliau dianggapnya lucu. Kok bisa? Ya lucu karena banyak mahasiswi yang curhat galau ke beliau tentang pernikahan. Saya ketawa kecil sambil menimpali, "Emang umur-umur segitu udah cocok ya bu bahas nikah..".
Baca: Baper Pengen Nikah Muda?
Dan, benar. Bertahun kemudian, saya pun merasakannya. Dari awal tahun ini trending topic di kampus saya khususnya angkatan 2014 tentang menikah. Sebabnya, ada salah seorang teman satu angkatan yang bulan ini akan melangsungkan pernikahan. Bisa jadi karena ini yang pertama dari angkatan saya (setau saya siih..) jadilah banyak yang menaruh perhatian.
Sebenarnya di usia 20+ (nggak mau disebutin + nya berapa LOL) pembahasan menikah bukan barang baru lagi. Teman SD saya ada tuh yang udah punya anak 1. Hihihi. Tapi dia nggak kuliah sih jadi orang mungkin menanggapinya biasa aja.
Di poin "kuliah" ini mungkin ya letak menariknya. Menikah saat kuliah. Sebagian mahasiswa menganggap bahwa kuliah nggak beda jauh dengan sekolah, karena pada dasarnya kita menuntut ilmu di lembaga formal. Alhasil stereotype ini seakan mengharuskan mahasiswa untuk lulus dulu baru kemudian menikah.
Duh, ini bikin saya inget lagi. Tentang pertanyaan yang pernah dilemparkan oleh pementor saya.
"Jika ada katakanlah laki-laki yang nggak kurang apapun datang melamar saat ini, mau diterima atau nggak? Dan apa alasannya?
Ada beberapa teman yang menjawab ya, ada pula yang nggak. Saya sendiri nggak terlalu ingat jawab apa, tapi kayaknya ya. Alias terima. Kenapa?
Menurut saya pada dasarnya tiap orang akan mendapat kesempatan untuk menikah. Hanya waktu dan momentumnya saja yang berbeda. Lagipula menikah juga salah satu hal baik yang sering dibilang lebih baik disegerakan.
Menikah saat kuliah boleh dan sah-sah aja jika:
1) Orang tua merestui
Poin utama banget khaan karena kuliah masih dibiayai orang tua. Dan inget ridho Allah terletak di ridho orang tua juga
2) Sudah siap
Ukuran siap tiap orang beda-beda. Dan sebetulnya yang bisa menilai ya pada diri masing-masing. Nggak perlu membandingkan. Just ask yourself.
3) Bukan karena paksaan atau tuntutan lainnya
Maksudnya...bukan karena sekedar bosen dicap jomblo aja. Atau karena bosen ditanyain "Kapan nikah?". Hihihi. Menikah nggak se-sederhana melepas status aja.
4) Visi dan misi sejalan
Tujuannya menikah buat apa? Nanti keluarga yang mau dibangun seperti apa? I think this is very important. Yha kalau memang takdirnya nanti bakal menghabiskan sisa hidup bareng-bareng. Kalau dari awal visi misinya aja beda, gimana menjalaninya?
5) Bisa membagi waktu dan prioritas
Jelas, status mahasiswa masih ada kewajiban yang harus dipenuhi.
Poin terakhir ini buat yang menikah saat kuliah nggak bisa enggak dilakukan. Ingat, kuliah itu tanggung jawab besar. Apalagi kuliah di perguruan tinggi negeri (PTN) dimana ada uang rakyat yang mensubsidi. Nggak etis rasanya kalau nggak berusaha semaksimal mungkin untuk lulus. Hehe.
Menikah saat kuliah ada positifnya, pasti. Mulai dari lawan jenis yang jadi lebih menghargai karena udah ada pasangan halal. Terhindar dari baper masa kini "cuma" karena ngelihat kemesraan pasangan nggak halal a.k.a pacaran. Sampai wisuda pun nggak usah khawatir nyari pendamping LOL oke retjeh. Tapi bener. Tanyakanlah pada kakak-kakak yang udah sidang~
Orang yang memutuskan untuk menikah di saat kuliah, it means dia punya nilai lebih dibandingkan yang cuma beraninya pacaran. Orang pacaran nggak ada komitmen. Orang menikah? Komitmennya udah pasti.
"Bu, gimana rasanya kuliah di peminatan?"
Saya bertanya pada ibu LJ (lintas jalur) di hari-hari awal perkuliahan. Saat itu tahun 2014 dimana saya masih berstatus mahasiswa baru. Beliau menjawab perkuliahannya cukup enak, sedangkan mahasiswa yang sekelas sama beliau dianggapnya lucu. Kok bisa? Ya lucu karena banyak mahasiswi yang curhat galau ke beliau tentang pernikahan. Saya ketawa kecil sambil menimpali, "Emang umur-umur segitu udah cocok ya bu bahas nikah..".
Baca: Baper Pengen Nikah Muda?
Dan, benar. Bertahun kemudian, saya pun merasakannya. Dari awal tahun ini trending topic di kampus saya khususnya angkatan 2014 tentang menikah. Sebabnya, ada salah seorang teman satu angkatan yang bulan ini akan melangsungkan pernikahan. Bisa jadi karena ini yang pertama dari angkatan saya (setau saya siih..) jadilah banyak yang menaruh perhatian.
Sebenarnya di usia 20+ (nggak mau disebutin + nya berapa LOL) pembahasan menikah bukan barang baru lagi. Teman SD saya ada tuh yang udah punya anak 1. Hihihi. Tapi dia nggak kuliah sih jadi orang mungkin menanggapinya biasa aja.
Di poin "kuliah" ini mungkin ya letak menariknya. Menikah saat kuliah. Sebagian mahasiswa menganggap bahwa kuliah nggak beda jauh dengan sekolah, karena pada dasarnya kita menuntut ilmu di lembaga formal. Alhasil stereotype ini seakan mengharuskan mahasiswa untuk lulus dulu baru kemudian menikah.
***
Duh, ini bikin saya inget lagi. Tentang pertanyaan yang pernah dilemparkan oleh pementor saya.
"Jika ada katakanlah laki-laki yang nggak kurang apapun datang melamar saat ini, mau diterima atau nggak? Dan apa alasannya?
Ada beberapa teman yang menjawab ya, ada pula yang nggak. Saya sendiri nggak terlalu ingat jawab apa, tapi kayaknya ya. Alias terima. Kenapa?
Menurut saya pada dasarnya tiap orang akan mendapat kesempatan untuk menikah. Hanya waktu dan momentumnya saja yang berbeda. Lagipula menikah juga salah satu hal baik yang sering dibilang lebih baik disegerakan.
Menikah saat kuliah boleh dan sah-sah aja jika:
1) Orang tua merestui
Poin utama banget khaan karena kuliah masih dibiayai orang tua. Dan inget ridho Allah terletak di ridho orang tua juga
2) Sudah siap
Ukuran siap tiap orang beda-beda. Dan sebetulnya yang bisa menilai ya pada diri masing-masing. Nggak perlu membandingkan. Just ask yourself.
3) Bukan karena paksaan atau tuntutan lainnya
Maksudnya...bukan karena sekedar bosen dicap jomblo aja. Atau karena bosen ditanyain "Kapan nikah?". Hihihi. Menikah nggak se-sederhana melepas status aja.
4) Visi dan misi sejalan
Tujuannya menikah buat apa? Nanti keluarga yang mau dibangun seperti apa? I think this is very important. Yha kalau memang takdirnya nanti bakal menghabiskan sisa hidup bareng-bareng. Kalau dari awal visi misinya aja beda, gimana menjalaninya?
5) Bisa membagi waktu dan prioritas
Jelas, status mahasiswa masih ada kewajiban yang harus dipenuhi.
Poin terakhir ini buat yang menikah saat kuliah nggak bisa enggak dilakukan. Ingat, kuliah itu tanggung jawab besar. Apalagi kuliah di perguruan tinggi negeri (PTN) dimana ada uang rakyat yang mensubsidi. Nggak etis rasanya kalau nggak berusaha semaksimal mungkin untuk lulus. Hehe.
Menikah saat kuliah ada positifnya, pasti. Mulai dari lawan jenis yang jadi lebih menghargai karena udah ada pasangan halal. Terhindar dari baper masa kini "cuma" karena ngelihat kemesraan pasangan nggak halal a.k.a pacaran. Sampai wisuda pun nggak usah khawatir nyari pendamping LOL oke retjeh. Tapi bener. Tanyakanlah pada kakak-kakak yang udah sidang~
Orang yang memutuskan untuk menikah di saat kuliah, it means dia punya nilai lebih dibandingkan yang cuma beraninya pacaran. Orang pacaran nggak ada komitmen. Orang menikah? Komitmennya udah pasti.
***
Negatifnya? Ada juga lah. Tapi menurut saya nggak ada apa-apanya dibanding positifnya. Contoh mungkin untuk beberapa beasiswa jenjang S1 ada yang mensyaratkan untuk tidak menikah saat kuliah. Jadi nggak bisa apply disitu. Materi banget ya kesannya? Trus hmm mungkin harus melakukan kompromi-kompromi lagi tentang mimpi-mimpi yang udah dicanangkan.
Bukan menghapus ya. Mengkompromi. Harapannya tentu pasangan bisa mendukung mimpi-mimpi kita agar tercapai. Betul?
Jadi buat saya menikah saat kuliah kalau 5 hal yang saya sebutkan diatas terpenuhi (+ udah ada calonnya) is a YAY.
Btw saat ini saya masih jomblo ya dan belum ada yang melamar *ehem* jadi ini sepenuhnya dari sudut pandang seorang mahasiswi jomblo semester 6.
Kalau kamu, gimana?
Saat kuliah aku bilang no. Skr setelah merit kubilang yes. :)
ReplyDeleteKok bisa gituu hihi
Delete