love
Love is an open door~
(bacanya bernada)  


Kata lagu salah satu film animasi. Rasanya banyak banget deh karya bertemakan cinta. Lagu, film, buku, drama, dan lainnya. 

Beranjak dewasa pemahamanku akan cinta semakin meluas. Bukan lagi hanya hubungan dua insan yang berbeda. Bentuknya bisa beragam: cinta lingkungan, cinta tanah air, sampai cinta ke hidup itu sendiri. Di postingan kali ini aku sebutin hal-hal yang aku cintai. Pede banget kayaknya ya udah sampai ke tahap cinta. 

Beneran sih, karena tanpanya hidupku tuh ada yang kureng. Dan sering diserang rasa rindu. Hahaha ((ngetik apa sih yaAllah geli sendiri). 

Kasta tertinggi: Love is BTOB


Bukan business to business yak, bukan. BTOB kepanjangan dari Born to Beat. Salah satu boy band, boy group, idol, apalah itu namanya yang berasal dari Korea Selatan. Kecintaan ini belum lama. Baru sekitar 2 tahun? Dan sayangnya masih belum dipertemukan. Hiks.


Apa sih yang membuat kecintaan?
Paling utama dari betapa seriusnya mereka dalam bermusik. Membernya totalitas dan gak ada tuh lipsing lipsing. Malah mereka bingung dan awkward kalo disuruh lipsing. Lebih dari itu, karir bermusiknya nggak berhenti di stage sebagai idol.

Seo Eunkwang dan Lee Chang Sub lanjut sebagai aktor musikal. Which means, mereka wajib bisa nyanyi dengan teknik yang berbeda dengan panggung pada umumnya.
Lee Chang Sub mendirikan akademi musik untuk mewadahi bakat anak-anak.
Lim Hyun Sik dan Lee Min Hyuk nulis ratusan lagu baik untuk grupnya maupun grup lain.
Peniel dan Sungjae merambah ke dunia peran.

Komplit semuanya mau eksplorasi banyak hal. Bahkan Lim Hyun Sik saking seriusnya belajar musik sampai kuliah S2. Salah satu yang juga memberiku motivasi: aku harus meniru hal yang baik dari idolku enih :'))

Diluar itu, sebagai manusia pun aku rasa mereka menunjukkan sisi terbaiknya. Terutama leader Seo Eunkwang yang ramah, mudah mengakui kesalahan, nggak jaim. Huhu so in love. 

Trus bukti kecintaanku apa?


YHAAA memberikan nafkah kepada para oppa inilah. LOL. Membeli albumnya, merchandise-nya, support vote. Nge-hype karyanya. Mau nyamperin pun dijabanin. Sayang malah kena scam :P meski begitu ternyata rasa cinta itu masih ada.

Semogaa dengan besarnya rasa cinta ini bisa menuntunku untuk bertemu mereka semua full team <3

Love is Book (s)


Branding aku dan buku ini udah melekat erat. Sampai temenku kalau tanya rekomendasi buku, ke aku. Ngelihat konten perbukuan, share ke aku :))


Aku masih inget jelas kapan pertama kali jatuh cinta sama buku dan kegiatan membaca. Waktu aku SD, buku Serenade Biru Dinda-nya Asma Nadia. Novel pertemanan anak orang kaya dan anak orang miskin ini begitu membekas di aku. 

Di tahun-tahun berikutnya, dari zaman sekolah sampai kuliah aku rajin untuk ke perpustakaan. Buat apalagi kalau bukan pinjem buku gratis?

Sampai di usia sekarang aku masih suka baca buku. Di laptopku ada stiker tiada teman paling setia selain buku. Dan apa anggapan orang?
"Masih ada ya yang baca buku?"
"Masih ada ya yang ke perpustakaan?"

ADAA! Akulah orangnya. Dari buku, aku bisa dapet banyak hal. Terutama hiburan, berhubung bacaanku mayoritas fiksi. Jangan salah loh, buku fiksi pun ada ilmu yang kudapatkan. Misalnya belakangan aku menyelesaikan buku tentang imigran. Aku jadi tau kendala yang sering mereka hadapi: rasisme, visa, asuransi kesehatan, dilema tinggal di negara orang.

Hal ini bikin aku lebih simpatik dan empati. Memang ditengah kesibukan ini aku nggak setiap hari baca. Kadang cuma di akhir pekan atau libur. Kadang sehari cuma 30 menit. Yang pasti, sampai sekarang aku masih rutin untuk baca dan beli buku.


Jadi, kecintaannya sama beli atau baca nih?

Now I can proudly say: BACA. Beneran loh. Sebulan kemarin aku nggak beli buku sama sekali. 
Aku aktif update perbukuan meski cuma di instagram story. Punya akun khusus bebukuan. Kurang kecintaan apalagi, coba?

Love is Blue


Kalau tadi udah berupa orang dan beda, kali ini berupa hal abstrak. Warna biru! Warna langit! Nggak pernah berubah dari dulu sampai sekarang.

Lucunya, grup BTOB itu identik dengan warna biru :)) kampus yang insyaAllah akan aku jadikan tempat menimba ilmu 17 bulan kedepan juga identitas biru. Gak terhitung banyaknya benda warna biru yang aku punya: mukena, laptop, tumblr, notes. 

Dalam membeli barang aku pasti cari dulu utamanya yang warna biru. Nggak ada warna biru? Baru beralih ke warna lain.

Buatku, warna biru itu menenangkan. Ramah di pandangan mata. Mudah ditemukan, tinggal menengadah keatas dan, voila! Warna biru memayungi. Kecuali kalau berada di dalam ruangan yah.

Feed instagram pun biru~

Warna birunya langit menandakan betapa bersihnya lingkungan. Semakin berwarna abu, semakin tercemar.
Warna birunya laut memberikan ketenangan. 
Intinya: I love everything about blue. Kecuali feeling blue :P ((yang tau-tau ajah)).

***

Sebenarnya masih banyaaak hal-hal yang aku cintai. Tapiii sementara 3 ini dulu yah. Hahaha. Ada nggak kecintaan yang sama kayak kecintaanmu?
Here comes another time of reflection. Months have passed, and with only days left before the New Year, I find myself closer to thirty than twenty. Can we call this the "late twenties"? Ugh, that doesn't sound great.


While everyone around me seems to have found their soulmate, partner, or whatever we call it, I’m still in the same place. Alone, but hopefully not lonely. I’m not quite sure what this post is supposed to be. Maybe it’s just that the weather is putting me in a reflective mood.

From the very beginning of my career, I’ve been looking for a life partner. I’ve tried my hand at flirting (literally) with people I thought might click with me. There were coworkers, strangers I met online (quite brave, huh?), but mostly, it all revolved around my field of work — including this year.

After spending a long time focusing on myself, I decided to challenge myself again and get close to someone. This time, it was someone who had been friendly enough for an introvert like me. Since he showed some green flags, I was straightforward in confirming whether or not he was already taken. And it turned out...he is. LOL.

I don’t feel insecure or anything, but I was disappointed in myself for thinking too far ahead and interpreting his kind gestures as interest. Once again, I’m reminded not to fall in love too quickly.

Am I giving up on my search for love? I don’t know. Maybe I’ll return to focusing on other goals for now. Perhaps my love story won’t be as smooth as my career or academic journey. Maybe deep down, I still don’t feel ready to take on the role of someone’s wife. Whatever the reason, I want to believe that this is the best story God has written for me.

And for those who ask me "When?" or tease me about marriage, please stop. It’s uncomfortable when you don’t know my struggles. Just ask me about something else. How about a Korean oppa, maybe?

Ditulis karena sehari sebelum postingan ini terbit ada seseorang bertambah umur. Dan aku mengurungkan niat untuk mengucapkan karena ini adalah unrequited love. Gak ngerti sih love apa tidak tapi aku kalo lihat dia dagdigdug tuh gimana ya (tolong jangan eneg).


Finally for the first time in life aku mau coba berbagi tentang hubunganku dengan...manusia? Relationship as human being not just couple. Termasuk family relationship.

Tahun ini aku menginjak 24 tahun. Kalo dikasih. Umur yang menurut society-nya Bu Tejo (HAHA) udah saatnya menikah. Realitasnya ya aku masih sendiri *brb nyanyi sudah terlalu lama sendiri*

Baca: Life at Twenty Something

Udah 17 bulan termasuk kategori wanita bekerja. Dalam rentang waktu tersebut apakah tidak ada yang mendekat? Ya ada sih baik mendekati maupun didekati. But all I want is commitment. Yha. Aku merasa hidupku tidak membutuhkan another drama. Entah kenapa aku selalu menganggap aku ngga beruntung dalam hubungan manusiawi dibanding karir, misalnya. Atau akademik. 

Tentulah aku berusaha mencari apa sih akar permasalahannya? (sepertinya hidupku banyak mencari jawaban). Dan setelah berpikir panjang, coba aku uraikan disini.

1) I DREAM OF PERFECTION. Mengaku tidak pemilih, menerima apa adanya tapi didalam hati berkata lain. 

Bukan jenis tajir melintir rupawan macam Lee Jong Suk. Sepertinya aku masih menilai dari fisik. Yes shallow I know. Bukan good looking fabeless no. Minimal lebih tinggi dariku. Rapi. Bersih. Nilai plus kalau bersihnya kayak Hwang Min Hyun (bagaimanakah aku harus menjelaskan dia? intinya rapi rapi rapi bersih bersih bersih pecinta vacuum cleaner).

My ideal type (currently, gak tau nanti ganti lagi apa gak huh) adalah Do Kyung Wan. Hm sudah 3 nama korea keluar hanya dari beberapa parafgraf ya. Coba cari "Return of Superman" di youtube dan tonton scene-nya Do Kyung Wan. Singkatnya he's a romantic, silly yet mature as a husband and dad.

Baca: When I (or You) Get A Chance To Be Parents

2) ...WHILE I TEND TO BE DEFENSIVE. Aku masih mempunya insecurities (banyak I guess) and trauma inside me.

My dad married two women. And so we live together at same house. Dan patriarki abis. Tipe yang perempuan harus nurut sama laki. Laki selalu benar. Jika ada salah kembali ke poin sebelumnya. That's scary. He's also lack of emphaty as human being in general? Yha intinya salah satu alasan nggak betah dirumah dan bersyukur ngekos ya ini. Our relationship far from daughter-father. It's more like stranger who live in the same house. Our affection point is ZERO.

Berangkat dari apa yang aku alami, sedikit banyak mempengaruhi cara bersikap kepada lawan jenis. Kadang aku penasaran aku terlihat seperti apa dari luar? Do I look okay? Easy doing? Troubled? Mo nanya siapaaa tapinya kan.

Maka ketika ada yang dekat nggak bisa membuka diri sepenuhnya. I'm all alert. 

3) Harusnya ini jadi pertimbangan pertama: AGAMANYA. Memang relijiusitas (???) nggak menjamin orang itu baik ya ya ngerti. Di hadapanku adalah contohnya. Tapi ya emang ada kok ternyata lakik yang agamanya bagus dan AKHLAKnya bagus juga. Pengen yang sholatnya jamaah di masjid. Tepat waktu. 

Aku sadar benar cinta itu bisa hilang kapan aja. Kan, Allah pembolak-balik hati toh? Maka aku berharap ada pemuda yang masih mencintai Allah. Yang menikah karena Allah. Yang menggenapkan separuh agamanya karena paham akan esensi menikah itu apa. Yang meniatkan akan memperlakukan istrinya sebaik mungkin. Because I am fully aware ketika seorang suami itu sholeh maka tugas istri ya taat kepada dia.

Nah aku nggak mau taat ke orang yang akhlaknya nol besar. Aku merasa akan rugi dunia akhirat taat ke orang yang bahkan nggak bisa menuntun ke jalan yang benar. 

And I know pada dasarnya semua itu dimulai dari komunikasi. Yet I lack that skill. Masih susah mengekspresikan perasaan, terutama ketika jenis perasaan itu bukan yang menyenangkan. Seperti sedih, marah, kecewa. Yang sering aku lakukan justru menutupinya dan malah "lari" dari perasaan tersebut.

Difficult right? Well, that's me. In short yes I want to get married. To someone yang basic agamanya kuat, mau belajar bareng (bisa diajak diskusi panjang lebar, A ke Z balik lagi ke A), can act both friend and lover. Are you the one?



:))

Menikah saat Kuliah, Yay or Nay?



"Bu, gimana rasanya kuliah di peminatan?"
Saya bertanya pada ibu LJ (lintas jalur) di hari-hari awal perkuliahan. Saat itu tahun 2014 dimana saya masih berstatus mahasiswa baru. Beliau menjawab perkuliahannya cukup enak, sedangkan mahasiswa yang sekelas sama beliau dianggapnya lucu. Kok bisa? Ya lucu karena banyak mahasiswi yang curhat galau ke beliau tentang pernikahan. Saya ketawa kecil sambil menimpali, "Emang umur-umur segitu udah cocok ya bu bahas nikah..".


Deskripsi
Judul: Past, Present, and Repeat
Bahasa: Bahasa Indonesia
Pengarang: Aqessa Aninda (@fairywoodpaperink)
Jumlah bab: 16 chapter
Genre: Romance, Fantasy

Prolog
"It's Funny How Music Could Be A Time Machine"

Setiap orang pasti punya keinginan untuk merubah keputusannya agar punya masa depan yang lebih baik. Bagi Lasha, mungkin belajar lebih giat untuk masuk sekolah yang diincarnya, lebih banyak romantic experience agar tidak stuck di satu orang, dan... Tidak bertemu dengan Angga. Once she got the chance, Lasha ingin memperbaiki jalan hidupnya. But sometimes The Universe already make our destiny before we begin to plan.

Dalam rangka perbaikan jalan hidup, pertandingan futsal, klub perkusi, drama keluarga, social media, gig-gig band indie di malam Minggu, Lasha melihat Angga dari jauh, jalan hidupnya pun berubah tanpa Lasha.

Rate
5/5

Thought on

As I said before, I currently reading the second book of this trilogi. (Baca: Review Trilogi yang ketiga). Dan akhirnya saya berhasil menyelesaikannya, yayyy! Maju, mundur, maju. Jalan alur ceritanya begitu. Cerita ini memiliki dua tokoh utama sebagai pasangan, Lasha dan Raeshangga. Di alur maju, Lasha ceritanya galau maksimal habis putus sama Raeshangga setelah 6 tahun pacaran. 6 tahun loh! Bukan waktu yang singkat untuk menjalin hubungan. Pantes sih Lasha galau gitu. Pas galau-galaunya, Raeshangga yang emang otaknya rada-rada ini ga tau kenapa tiap sore jam pulang kantor bisa berdiri diem menatap Lasha di halte. Gituuuu....terus setiap hari. Lasha bingung kan ini orang kenapa coba? Diem aja gak nyapa sama sekali. One day, si Rae nyapa dengan sapaan yang bikin malu banget. "Larashati Shanaz mantan pacarku...." kemudian apa lupa, wkwkwk. Lasha malu banget lah, pura-pura ga kenal.

Alur mundurnya dimulai waktu Lasha naik mobil dan berniat buat dengerin lagu dari iPodnya. Mendadak dia ngelihat playlist lagu jaman dulu pacaran sama Rae. Padahal seingetnya itu nggak pernah ada playlistnya. Makanya di judul babnya Strange Playlist. Karena terlalu konsentrasi di playlist itu, dia ketabrak mobil. Di dunia nyata, Lasha koma. Waktu koma, Lasha alur mundurnya mulai berjalan. Lasha ketemu sama kucingnya yang udah mati dalam bentuk manusia. Bingung dia, ini nyata apa enggak? Si kucing yang namanya Peperina bilang ini nyata. Sekarang waktunya Lasha SMP sesuai dengan playlist yang dimainin. Dia kayak ngulang masa lalu tapi gak berurutan. Akan ada time jump sesuai dengan playlist nya.

Lasha nggak percaya. Berarti dia bisa ngulang dong biar nggak ketemu Rae? Peperina jawab iya. The next is obvious. Lasha milih buat ngulang masa remajanya biar nggak ketemu Rae, biar di masa depan dia nggak patah hati karena Rae. But, is it really works? Actually, no. Meskipun di jaman sekolah dia nggak ketemu dan kenal Rae, di jaman kuliah dia ketemu. Well, memang kita nggak pernah tahu apa yang direncanakan semesta.

Peperina si kucing jadi-jadian ini tuh kayak penasihat cinta gitu buat Lasha. Dia kasih wejangan-wejangan waktu Lasha bingung dan galau. Sementara Lasha berusaha memutar waktu di komanya, di dunia nyata Raeshangga nungguin Lasha setiap hari. Deu, kurang sosweet apa coba? Padahal pacar bukan, istri apalagi. Cuma mantan, cuy :)) Mantan yang diharapkan balikan tapi, hahaha. Di akhir perjalanan memutar waktunya Lasha, doi dikasih 2 pilihan. Mau ngerubah masa lalunya dengan yang baru aja dia bikin lagi atau stay yang sama. Apa pilihan Lasha????? BACA AJA SENDIRI HEHEHEHEHE.

Lagi-lagi, novel ini bicara juga soal menikah. Bhak. Bhak. Bhak. Diceritain lengkap banget gimana "galau"nya perempuan kalo dilamar. Padahal ya dilamar sama orang udah dikenal, lama. Teteup ada rasa was-was ini itu. Jadi kepikiran deh saya, bakal kayak gitu nggak ya? HAHAHAHA lah calonnya aja belum ada #okesip

Cerita ini juga menghibur koplaknya Raeshangga sama galaknya si Lasha. Yang paling berkesan mereka itu pacaran kemana tebak? Ke Musem PKI yang ada Lubang Buaya itu! Kurang anti mainstream apa coba? :)) Nggak cuma menghibur, seriusnya juga dapet. Apalagi waktu ngomongin tentang nikah gitu kayak asdfghjkl ternyata nikah itu banyak yang harus dipikirin, gak cuma asal suka aja LOLOLOL. Gara-gara ini juga sih saya jadi banyak baca tentang nikah-nikah gitu di blognya mbak ast (yah nyebut-nyebut nama orang. Orangnya aja ga tau kalo disebut HAHA).

Alur maju lagi nanti terjadi waktu Lasha bangun. I won't tell you this because you better read it yourself hihihi :)


Kalo mau baca, siap-siap baper ya. Xixixixi.
Selamat membaca!
Woohoo! Hello! Lama tak jumpa, eh udah Maret aja. Seperti biasa, setiap kali saya selesai menonton drama, dan bila saya merasa cukup menarik untuk direview, saya sempatkan waktu untuk mereview


Nah, sebelumnya for your information Cheese in The Trap ini awalnya dari webtoon, seperti halnya Orange Marmalade. Di awal melihat poster drama ini, saya nggak terlalu tertarik. Entah kenapa mungkin karena efek emang suka nonton, jadi ya ditonton aja deh.

Hong Seol (Kim Go Eun) adalah mahasiswa manajemen bisnis di Yonyi University. Suatu saat, di waktu pesta penyambutan mahasiswa baru gitu, dia ketemu sama Yoo Jung (Park Hae Jin). Hong Soel ini orangnya pinter, tapi kurang mampu. Sedangkan Yoo Jung bisa dibilang perfect lah mulai dari otak encer, sampe kenyataan bahwa dia adalah anak dari CEO perusahaan ternama. 

Di pesta tersebut, Hong Seol nggak sengaja merhatiin Yoo Jung. Yoo Jung ini sedang di"tempel"in sama cewek gitu. Daaan...secara nggak sengaja si cewek ini numpahin minum ke Yoo Jung. Namun, Seol merasa itu adalah perbuatan Yoo Jung yang disengaja. Biar ceweknya pergi, nggak gangguin dia lagi. Disitulah secara nggak sengaja Seol menampakkan muka sinis kayak "sengaja banget sih lo". Sayangnya, Yoo Jung nangkep pandangan si Seol.

Kemudian mulai saat itulah berbagai kejadian nggak menyenangkan dialami Seol. Seol menduga ini semua karena Yoo Jung bales dendam. Kinda weird, right? Iya. Di awal cerita bakalan bingung maksudnya gimana. Tapi, kisah selanjutnya bagus. Tiba-tiba aja Yoo Jung menyatakan perasaan ke Seol. Seol yang pada dasarnya nggak enakan nerima-nerima aja. Kan bingung ya dia. 

Nah di sini mulai deh konfliknya. Yoo Jung itu kayak berkepribadian ganda. Kadang baik, kadang "ambekan". Ngeri deh pokoknya. Awalnya saya ngira Yoo Jung itu punya kelainan yang dia nggak sadar. Dan ternyata dugaan saya benar. Yoo Jung itu biasa buat "menahan" amarahnya. Jadi ketika dia marah, dia bakal diem. Diem nggak ngomong apa-apa. Di balik diemnya itu, dia bales dendam dengan cara yang bener-bener menyakiti hati orang lain.

Karena kelakuannya inilah, tercipta sosok Baek In Ho (Seo Kang Jun). Baek In Ho sendiri punya kembaran namanya Baek In Ha. Mereka ini orang terdekat Yoo Jung, di masa lalu. Cheese in The Trap selain memunculkan cinta segitiga Yoo Jung-Seol-Baek In Ho, juga misteri Yoo Jung itu seperti apa kepribadiannya dan masa lalunya. Ternyata masa lalunya cukup rumit. Dan cuma dengan Seol dia bisa mulai terbuka, menceritakan itu semua. 

Biar nggak spoiler, tonton aja deh. Saya sendiri selama nonton terkena second lead syndrome. Hihi. Baek In Ho super cute dipasangin sama Seol. Like relationship goal. Tapi sayangnya mereka nggak punya that kind of relationship :P 

Yang bikin saya suka itu, latar belakang ceritanya yang memang mahasiswa. Ada satu scene dimana Seol itu dapet tugas kelompok. Malangnya, di kelompok itu seakan-akan dia yang kerja sendiri. Well, emang kenyataannya gitu sih. Sudah jatuh tertimpa tangga, ketahuan sama dosennya. Padahal dosennya sudah mewanti-wanti sebelumnya kalo mereka mau kerja individual, jangan sampe kelihatan. Alhasil Seol got his first D ever! Dia protes. Seol menuntut kalo ini nggak fair, karena dia udah kerja keras.

Dosennya pun bilang kalo this project doesn't teach you about business management only but also the importance of working with other people. How you interract with other people. How you learn not to be an individualism. Ini benar-benar saya rasakan di bangku perkuliahan. This. Is. Based. On. Reality. :")

Ending dari cerita ini menurut saya cukup memuaskan. Is it cliffhanger? Terserah penonton mau menginterpretasikan seperti apa. Walaupun kalo di banyak artikel ditulisin kalo netizen, penonton, bahkan penulis webtoon aslinya pun kecewa sama endingnya, menurut saya cukup memuaskan. Untuk CITT saya beri 8/10. Nah, untuk yang belum nonton silahkan nonton. Tapi jangan lupa, nontonnya di weekend aja. Sayang waktunya, dibuang-buang. #Ahzek

Cukup sampai disini ya, dan ini terakhir quotes yang saya suka dari CITT

“Back then I didn’t know what it was to give up on a dream. What that meant… what it feels like when you think of a dream you’d forgotten” Baek In Ho - Cheese in The Trap
Let’s talk about love. Let’s talk about me. Let’s talk about you. *nyanyi* yes I’m back with a topic about love. Cinta sebagaimana dideskripsikan menurut kbbi adalah suka sekali. Hem kebanyakan sih yang di kbbi ini cinta dihubungkan dengan suatu perasaan antara lelaki dan wanita. Bagaimana dengan saya?

The 19 years old me probably know nothing much about love. Masa-masa sekolah dulu, tipikal anak sekolahan yang setiap harinya direcoki sinetron dan bergaul dengan anak sekolah negeri yang pergaulannya lumayan bebas, tentu saja saya mengartikan cinta dengan hal yang sama seperti di atas. Masih sempit sekali. Setiap saya melihat lawan jenis yang gantengnya diatas rata-rata, atau perilakunya lebih dari yang lain, langsung deh insting saya mengatakan cinta. Malu sekali rasanya bila mengingat itu semua.

Karena definisi cinta yang saya tahu itu, saya juga sempat merasakan dinamika patah hati ala anak ABG. Yang kemudian mengisi hari-hari patah hati dengan menangis, mendengarkan lagu galau (+cheesy) ew I can’t even stand to told you more.

Seperti pepatah yang saya baca, “To be old and wise, one must be young and stupid first”. Seiring berjalannya waktu dengan usaha saya memperbaiki pergaulan, menambah wawasan dari hal-hal yang berguna, menghapus akun-akun galau yang kurang bermanfaat, saya mendapatkan pencerahan.

Cinta adalah suatu perasaan yang diberikan oleh Allah kepada setiap manusia. Cinta sendiri menurut saya dibagi menjadi dua, cinta kepada makhluk dan cinta kepada Sang Pencipta. Berbicara mengenai cinta yang pertama, cinta kepada makhluk. Ingat bahwa makhluk di dunia ini bukan hanya manusia. Makhluk yang Allah ciptakan selain manusia ada hewan, tumbuhan, makhluk gaib, serta mikroorganisme. Cinta kepada makhluk hidup seperti hewan, tumbuhan ditunjukkan dengan menjaganya, tidak merusaknya, dan tidak memandang remeh. Artinya, sebagai manusia sudah berkewajiban menjaga keberadaan makhluk-makhluk tersebut. Cinta kepada manusia pun ada petunjuknya. Cintailah seseorang karena Allah. Bukan karena apa yang kamu inginkan dari dia.

Cinta kepada manusia ini sering disalah artikan kepada nafsu. Cinta itu menjaga, sedangkan nafsu tergesa-gesa – itu kata bunda Asma Nadia. Cinta kepada manusia hendaklah hanya disandarkan kepada Allah SWT. Dalam mencintai manusia, cintailah mereka yang ada pada dirinya membuatmu bertambah cinta kepada Allah. Itulah seindah-indahnya cinta.


Cinta kepada Sang Pencipta, Allah SWT. Menjadi hal yang..unik? Ya, cinta yang kita tidak pernah “melihat” wujudnya, namun kita bisa merasakannya. Allah SWT mencintai kita dengan nikmat, dengan ujian yang menambah iman kita. Alangkah indah orang yang cinta kepada Allah SWT kemudian menomorsatukannya. Saat mendengar Allah memanggilnya lewat suara azan, ia segera bergegas. Tidak ada yang namanya menunda. Ketika ia sedang sibuk, hatinya bahkan bibirnya senantiasa menyebut nama-Nya. Sudah sepatutnya setiap muslim memiliki cinta yang seperti ini. Karena dengan mencintai Allah, insyaAllah Allah pun akan mencintai kita lebih dari yang kita bayangkan.
Pernah jatuh cinta?
Pernah ditolak?
Bagaimana bila cinta itu merupakan cinta pertamamu dan kamu ditolak - setelah dia memberimu harapan -?

That's what happens on Ni'am. Ni'am Zamzami. Ketua BEM yang bisa jadi suami idamanmu karena sudah melewati masa LKMM Madya *lho hahaha. Yak Ni'am Zamzami ini kakak dari Nawaila (Luka yang Kau Tinggal Senja Tadi). Cerita Ni'am bisa dibilang jauh beda dari Nawaila, maksudnya cerita cintanya. Penuh lika-liku. Dan tidak berakhir bahagia. Well, meskipun bahagia juga belum ada ukurannya. Di sini ending yang terjadi tidak bisa dikatakan happy

Nah, tokoh disini ada Thaim (kakaknya Mufaisha - Rembulan di Pinggang Bukit), Euis a.k.a Dinar, Lathifah. Menurut saya mereka menjadi tokoh utama. Ni'am belum pernah sekali pun jatuh cinta. Sekali waktu, dia bertemu dengan Euis. Awalnya Ni'am tidak menggubris adanya Eius, bahkan cenderung mengabaikan. Hingga pada titik tertentu, apa yang Euis lakukan justru menarik perhatian Ni'am. Layaknya prajurit yang terlambat mengangkat tamengnya, Ni'am mau tidak mau justru jatuh cinta pada Euis. Padahal, Euis hanya menjadikan Ni'am pelarian dari Thaim yang akan menikah dengan Intan, adiknya sendiri.

Euis selalu merasa dunia tidak pernah berpihak padanya. 
Dunia hanya membuatnya sengsara.
Tuhan tidak pernah mengabulkan doanya.
Ia selalu teraniaya.
Orang lain selalu membuatnya celaka.
Namun ternyata dia salah besar. Dia tidak pernah tahu yang sebenarnya terjadi. Dia hanya menerima mentah-mentah informasi apa yang ia dapatkan, tanpa melakukan kroscek atau dalam Islam disebut tabayyun. Lalu bagaimana kelanjutan kisah cinta Ni'am?

Ni'am harus melepaskan Euis, cinta pertamanya.
Di saat pertama kali hatinya berdesir untuk seorang wanita.
Di saat pertama kali mengenal rasa cemburu.
Juga menjadi pertama kali sakit hati, karena crazy little thing called love.

Di cerita ini, Kak Susan mengajarkan untuk ikhlas. Untuk mencintai karena Allah. Jika biasanya wanita yang harus mengalah, di sini pria lah yang mengalah. Paling suka dengan line "Aku mencintaimu karena aku melihat Allah pada dirimu." di part berapa deh lupa pokoknya itu dalem. Iyalah mencintai karena Allah, maka orang atau barang yang dicintai tersebut hanyalah alat untuk mencapai tujuan utama yaitu Allah.

Dan sekarang saya tahu kenapa judulnya Malaikat pun Cemburu. Malaikat akan cemburu dengan manusia yang ikhlas ketika mendapat nikmat, dan ikhlas ketika mendapat musibah. Sejujurnya ini cocok sih dengan kondisi saya akhir-akhir ini. Ikhlas itu bukan sesuatu yang mudah untuk dilakukan. Bisa jadi di mulut berkata ikhlas, tapi dalam hati? Siapa yang tahu kalau benar-benar ikhlas?
Karena itulah yuk coba ikhlas, dalam apa saja yang kita lakukan. As usual, cerita ini mengandung banyak nilai Islami. Ada juga puisi yang sejujurnya saya sendiri masih belum terlalu memahaminya. Hm..judul per-part nya juga bagus. Yang saya suka Hujan di Bulan September. Apa coba maksudnya? Hujan di bulan September itu berarti dua hal. Kabar gembira setelah musim panas berkepanjangan sehingga bumi pun basah. Dan kabar buruk karena bisa saja bumi mengalami anomali, secara september kan bukan musim penghujan.

Segini aja deh reviewnya. Yang mau baca yuk cus ke sini sebelum dihapus. Hihi. Biasalah penulis berkualitas nggak cuma berkarya di wattpad aja tapi ada bentuk cetaknya juga! See ya next time!
Review is backkk!


Yay, ngebut nonton 2 episode terakhir demi bisa menulis (lagi). Silly, eh?. YongPal? Hm pertama kali denger bikin penasaran. Biasanya judul drama korea tuh pada bahasa Korea lalu diterjemahkan. Kok ini enggak ya? Itu yang membuat saya bertanya-tanya. Karena rasa ingin tahu *halah* maka browsing lah saya dan menemukan bahwa yang main adalah JuWon! Yuhuy! Suka banget sama actinya di Tomorrow Cantabile dan Bridal Mask. Di Good Doctor apalagi, two thumbs up won't be enough. Kalo di Tomorrow Cantabile atau Bridal Mask dia perannya macho-bad boy tapi bikin melting kalo disini cukup kalem. Yha nggak bisa dibilang kalem banget juga sih. 

Jadi Yong Pal ini semacam nickname buat orang yang jenius, entahlah apa harus jenius di bidang kedokteran ato gimana saya nggak tau. Si jenius ini hanya orang tertentu yang tahu, jadi kayak hidden pearl gitu euh bahasa apaan coba itu. Juwon disini nama aslinya Kim Tae Hyun. Dia adalah dokter yang menerima house call. 

Apa itu house call? 


Disini maknanya dia dokter bayaran yang mendatangi pasiennya. Nah yang bikin beda, pasiennya adalah gangster. Gangster kan hobi banget sama kekerasan gitu, sering juga diuber polisis. Kalo para gangster ini terluka dan dibawa ke rumah sakit, otomatis identitas mereka terungkap dan polisi jadi gampang nangkep. Biar hal ini nggak terjadi, dipanggillah Yong Pal ini buat ngobatin luka gangster tanpa harus ke rumah sakit. Keren banget laa pokoknya waktu acting operasi bedah di tempat yang nggak seharusnya. Mejanya dari meja besi biasa. Trus dilapisinya taplak. Iya, taplak sama plastik kayak buat nutupin dagangan gitu deh...

Kenapa Tae Hyun ngelakuin gitu? Karena dia dililit utang buat bayar pengobatan adeknya. Liat interaksi dia sama adiknya disini duh brother-able banget. Lalu dia ketemu sama Han Yeo Jin. Han Yeo Jin ini anak orang tajir ato bahasa koreanya chaebol. Gimana ya jelasinnya? Complicated banget. Keadaannya Yeo Jin itu "dipaksa" tidur selama 3 tahun sama kakaknya sendiri. Dan Tae Hyun lah orang yang membangunkan tidur panjangnya itu. Sngkat cerita, typical korean drama lah nggak bisa jauh-jauh dari romance, mereka jatuh cinta. 

Jalan percintaan mereka pun nggak mudah. Karena itu tadi, ada power fight antar orang kaya ((orang kaya)) pengusaha bisnis gitu. Dan pembalasan dendam yang itu nggak berhenti-berhenti. Bagus sebenernya ceritanya. Cuma 6 episode awal itu kayak agak dilama-lamain. Sedangkan 2 episode akhir itu juga. Jadi kayak apa ya? Intermezzonya kebanyakan. Nah yang bikin gak ngerti ini endingnya. Gak puas banget...kalo saya. Jadi mendekati ending genrenya malah jadi melodrama bener sih kata kdramastars.com endingnya jadi melo ngetz.

Actingnya Juwon disini ngingetin sama di Good Doctor, mungkin karena dia disini juga perannya dokter. Saya pribadi lebih suka Juwon antagonis. Kenapa? Karena ekspresinya itu kalo melas kasian banget kayak butuh pukpuk. Ohiya di drama ini entah kenapa pipinya Juwon terlihat chubby banget kayak bakpao. Apalagi lumayan banyak tuh scene yang ngeshoot mukanya Juwon penuh. Wah, makin keliatan bakpaonya. 

Kim Tae Hee...cantik. Ah beneran deh itu cantik banget kayaknya lawan maen Juwon tercantik dibanding sebelum-sebelumnya deh. Chemistry mereka berdua menurut saya kurang dapet. Entah kenapa kalo nonton mereka berasa Kim Tae Hee ini nuna-nuna sama brondongnya wkwk. Paling pas itu Juwon waktu sama Sol Nae Il di Tomorrow Cantabile. Yha kenapa jadi membandingkan gini sih...

Overall, drama ini bagus tapi bagusnya cukup oh..iya..bagus gitu doang menurut saya. Yang bikin melongo itu kamar tidurnya Han Yeo Jin di Hanshin Hospital. Gilz pengen liat langsung deh kayak gimana jadinya.. Kalo di rate, saya cukup kasih 7.5/10 walaupuuun..di Korea sana ratingnya tertinggi di antara drama yang lain. Oke deh, cukup gitu aja. Selanjutnya mungkin akan mereview Twenty Again yay! Tunggu aja ya, see you!


“If you can't walk to the throne, you can sit on the throne.” - Yong Pal
Yes you read it right. Drama berjudul Oh My Ghost(ess) ini menarik perhatian saya. 


Seperti biasa saya cerita dulu gimana bisa ngikutin drama ini. Dari judulnya! Iya saya suka dari judulnya. Dan emang jackpot sih menurut saya kalo judul drama bisa bikin penasaran orang yang baca. Jadi saya download deh itu drama tanpa tau siapa yang maen. 

Kemudian saya cari tau ternyata yang maen Park Bo Young, Jo Jong Suk, Kim Seul Gi, dan... Im Ji Hwan. Saya sebelumnya pernah nonton Park Bo Young di Hot Young Blood dia acting jadi gangster. Di drama ini dia jadi 2 kepribadian. Pemalu dan gak tau malu. Itu kata saya. 

Jo Jong Suk saya sukaaa banget liat dia waktu di The King 2 Hearts. Kalo Kim Seul Gi nonton di Flower Boy Next Door yang itu wajahnya bikin ngakak banget HAHAHA wajar sih emang dia gag-woman (komedian). Terakhir ada Im Ji Hwan saya nggak pernah nonton dia dimanapun sebelumnya kecuali variety show Running Man hehe.

Cerita berawal dari Park Bo Young sebagai Na Bong Sun. Bong Sun ini orangnya minderan, sering minta maaf walaupun dia nggak salah. Kelebihan dia yang sayangnya dia anggap kelemahan dan memalukan yaitu bisa liat hantu. Yup, hantu. Dia kerja di restoran dimana pemiliknya adalah Chef Kang Sun Woo alias Jo Jong Suk. 

Nah suatu hari Kim Seul Gi sebagai Shin Soo Ae yang udah jadi hantu ketemu sama Bong Sun. Dia langsung mengambil alih badannya Bong Sun. Soo Ae ini di ceritanya udah 3 tahun meninggal tapi nggak naek-naek. Naek-naek ke puncak gunung kalee...naek ke atas lah ya ke dunia akhirat gitu. Dia ngira kalo ini disebabkan karena dia virgin ghost. Untuk dia bisa naek, dia harus mendapatkan man of vitality wkwk demi apa ini bahasa subtitle inggris. Masih mending lah daripada dibahasakan kayaknya lebih gak enak lagi.

Si man of vitality-nya tidak lain dan tidak bukan adalah Chef. Langsung lah si hantu ini masuk ke tubuhnya Bong Sun. Gara-gara dia, Bong Sun yang pendiem jadi cerewet tingkat maksimal. Actingnya Park Bo Young disini bagus banget wkwk bikin ngakak sama kata-katanya yang terlalu frontal dan suaranya itu lho cempreng-cempreng imut. Ekspresi nya apalagi. Kecil-kecil cabe rawit kalo liat dia acting mah. Secara..badannya kan kecil mungil gitu.

Waktu Bong Sun tau kalo dia dirasuki sama hantu, dia takut. Dan kemudian ilang. Nggak mau lagi dirasuki. Kemudian dia berubah pikiran setelah berpikir kalo mungkin dengan cara ini dia bisa deket sama Chef. Akhirnya kerjasamalah mereka. Bong Sun minjemin badannya ke hantu biar si hantu release her grudge and goes to heaven dan si hantu ngerasukin Bong Sun biar bisa deket sama Chef.

Udah gitu aja? NO. 

Di perjalanan cerita, si hantu ini secara nggak sengaja nemuin kenapa kok dia bisa mati. Selama ini dia taunya kalo dia mati bunuh diri. Well, itu cukup mengherankan mengingat semasa hidupnya dia merasa bahagia dan banyak tertawa. Ternyata dia dibunuh! Dibunuh! Dan pembunuhnya adalah.....the calm Officer Choi. Di balik tampang malaikatnya ternyata Officer Choi udah bunuh banyak orang. Huft. Walaupun bukan sepenuhnya salah Officer Choi, karena didalam tubuhnya ada evil spirit. Jadi yang mengendalikan Officer Choi untuk melakukan hal-hal jahat tidak lain dan tidak bukan adalah si evil spirit itu. 

Apalagi ya? Hm..pemeran pendukung disini juga cocok banget gak kayak "ih ini apaan sih gak nyambung banget" atau "pemeran pendukungnya gak bisa nyatu dengan pemeran utama" gak. Pemeran pendukung disini ada para koki di dapurnya Chef. Mereka lucu-lucu banget, cowok tapi bawel. Berantemnya dan percakapannya juga ala cowok gitu. Trus ada Suhbingo ini dukun yang membantu Soon Ae buat cari tau penyebab kematiannya. Temen curhatnya Soon Ae. Karena dia satu-satunya yang bisa nge"lihat" Soon Ae selaen Bong Sun. Ada temennya Chef juga, PD Lee, Dan yang paling rusuh actingnya mamahnya Chef. Gak kuat sama cara ngomongnya diikuti ekspresi matanya. Itu ekspresif banget! :"D

Kayanya segitu aja deh ya. Kalo buat kasih rate hmmm 9.5/10. Oke deh yang belum nonton silahkan nonton, yang udah nonton boleh berpendapat tentang drama ini. Sekarang lagi nonton: Hidden Identity (ini udah tamat tapi belum sempet nonton), Yong Pal, dan Scholar Walks at Night. See ya!

“If only people knew when death was coming and could bid their farewells, how nice would that be? But all we can do is to live each day preciously.” - Oh My Ghost(ess)
Kembali lagi dengan review wattpad. Tarik nafas dulu..authornya sama seperti Rembulan di Pinggang Bukit, kak Susan. Saya harus peringatkan kalau mau baca karya-karya beliau harus siap mental buat nggak jatuh hati sama tokoh utamanya. Bener deh! Sejak Diary Jingga kalo ga salah, trus Tsani & Athaya, Ranjang yang Ternoda, sampe ini yang juga masih berlanjut saya jatuh cinta semua sama tokohnya. Tapi paling cinta sama Juma dan Harris huhuhu tolongin saya bangunkan saya dari alam mimpi.... :"D

Kalo yang RdPB ceritanya asik~ konfliknya nggak mengerikan dan misterius, kali ini misterius. Ngeri! Bikin bergidik! Tapi sekaligus bikin jatuh cinta teteup lah sama Harris. Eh belom tau ya? Tokoh utamanya itu Nawaila, dia anaknya Mandala di cerita Ranjang yang Ternoda. Nah sedangkan tokoh laki-lakinya (bukan pria, karena baru lulus SMA ceritanya hahaha) namanya Nizzam Harris. Dikisahkan... Nawai sama Harris ini pacaran. Pacarannya tuh beda sama yang lain. Pacaran islami kali? Ga pernah ngedate gitu. Dan Harris ini entah kenapa jadi ice man kalo sana Nawai. Tiap baca part nya Harris ngomong itu kalo ngomong super irit tapi bener-bener singkat padat jelas. Gak deng, doi suka pake bahasa kiasan yang kadang gak jelas. Ya bukan gak jelas juga, tapi harus mikir keras. Hehehe

Sedangkan Nawai adalah jurnalis majalah di sekolahnya yang Te O Pe Be Ge Te. Karena ketahuan pacaran, Nawai di masukin ke pondok pesantren dan Harris dikembalikan juga ke asalnya, ponpes. Nggak taunya, ponpes yang dituju Nawai itu adalah ponpes yang sama dengan Harris. Parahnya lagi, Harris adalah anak dari pemilik ponpes itu. Nah, di ponpes ini cerita keduanya berlanjut.

Di ponpes ini juga aura-aura horor nan misterius mulai ada. Ada peristiwa pengeboman pondok pesantren, Nawaila dikuntit, Mandala dibunuh, apalagi ya? NGERI lah pokoknya kalo bayangin semuanya terjadi sama Nawaila. Sampe akhirnya Nawaila sama Harris nikah. Iya, nikah. Nikah muda? Iya karena syarat nikah kan nggak ada tuh udah kerja ato udah lulus kuliah ^^ Bukan kode ya hahaha.

Hm trus apa ya? Banyak sih yang bisa diceritakan sebenernya tapi nanti nggak cukup 1 post malah cerita ulang kali ya? Di sini masih sama seperti sebelumnya, nilai keagamannya banyak. Salah satunya yang cocok sama aku sendiri tentang menjadi penulis. Menjadi jurnalis. Kak Susan bilang disini bahwa menjadi penulis harus rendah hati. Nggak boleh sombong. Coba lihat Imam Al-Bukhori. Berapa hadist yang telah beliau hafalkan? Jutaan! Tapi beliau nggak memasukkan semuanya di Riyadhus Sholihin bukan? Sekitar 6000-an dari jutaan itu. Lalu buku kecil Al-Ma'tsurat. Memang itu kecil. Udah berapa juta orang yang baca dan menghafalkannya? Nah maka dari itu jangan sombong ketika sudah menulis ini dan itu. Memangnya udah berapa juta orang yang baca? :') Esensi menulis itu juga bukan apa yang kita tulis. "Menulis itu bukan tentang apa aja yang udah ditulis, tapi apa yang dibangkitkan dari sebuah tulisan." 

Kata-kata quote-able bertebaran disini. Menyentuh. Ketika akhirnya Nawaila menikah dengan Harris sedangkan keluarganya sendiri tidak mendukung. Lingkungan sekitarnya yang terkena fitnah jadi siksaan. Disitu saya sebagai perempuan merasakan OMGasdfghjkl jadi gitu rasanya perempuan. Berat. Keren lah pokoknya empat jempol saya aja nggak cukup buat novel ini. Kalo mau baca, bisa klik disini ya! Harus banget baca pokoknya hihihi :D Segitu aja deh biar lebih kerasa baca sendiri hehehe. Annyeong!
“Kadang ada sebuah masa di mana senja tidak lagi berwarna jingga, tapi merah menyala atau berkabut. Seperti itulah jawabannya,” 
I was a novel addicted. Eh no, I am. Not I was. Saya suka sekali membaca novel walaupun jarang membelinya. The main reason is my parents would buy me Islamic books to increase my knowledge rather than a mere novel. For me, novel wasn't that "mere". Memang, ada beberapa genre novel (dan mungkin isinya) yang hanya berisi kisah cinta picisan. But this is not. Saya kenal wattpad mungkin sudah 3 tahun? 4 tahun? Kurang lebih segitu. Saya suka wattpad karena....gratis. Who doesn't love free stuff? HEHE. Walaupun begitu, ini adalah pertama kalinya saya mereview novel dari wattpad. Blame the author for this awesome work of her! 

Meet the author, Susan Arisanti. Well, I don't really know who is she. Yang saya tahu adalah all her works are awesome! Daebak! Jjang! Disaat wattpad dibanjiri novel sex yang ditutupi oleh kata cinta, beliau berani menulis hal yang berbeda. Kenapa saya hanya mereview Rembulan di Pinggang Bukit? Because it filled with youth spirit. Berhubung saya merasa masih muda, jadi cukup nyambung dan nyaman dibaca lah ya. Hehe. 

Berkisah tentang sepasang anak manusia yang bersahabat dari kecil dan kemudian saling jatuh cinta. Tapi apa yang mereka lakukan dengan cinta itu? Mereka menyembunyikannya. Tidak seperti remaja kebanyakan sekarang yang justru mengumbar apa yang mereka sebut "cinta" dengan terang-terangan. Mereka berdua menjaga perasaan itu hanya untuk diri sendiri. Dan selanjutnya menyerahkan kepada Allah SWT Sang Pemilik Hati.

Mufaisha dan Juma, nama mereka. Sepanjang membaca novel ini, banyak sekali quotes-quotes yang saya dapatkan. Walaupun genre utamanya (menurut saya) romance, tetapi disini banyak sekali diselipkan hal-hal keislaman. Dimana hal ini bisa menebarkan kebaikan dan mengajak kepada yang benar tanpa harus menggurui. Saya selalu kagum dengan penulis, saya selalu berpikir secerdas apakah untuk menjadi penulis? Untuk menjadi penulis tentulah tidak hanya menulis fiksi. Ada (mungkin) banyak fakta yang diselipkan yang diracik sedemikian rupa hingga menjadi bacaan fiksi yang menarik untuk dibaca.

Di novel ini, Mufaisha si jenius banyak mempertanyakan hal-hal tentang Islam, tentang alam semesta, tentang ilmu pengetahuan. Sedangkan Juma memberikan contoh bagaimana seharusnya seorang lelaki menghormati perempuan. Ah, apa ya kata-kata yang tepat? Saya tidak pandai berkata-kata tapi saya sangat merekomendasikan pada generasi muda untuk membaca ini. Mengapa? Agar mereka yang mulai merasakan virus merah jambu mengerti bagaimana untuk mengelolanya hingga tidak menjerumuskan ke jurang dosa.

Walaupun sudah ditulis hingga Epilog 2, sampai sekarang bahkan saya masih penasaran ending bagaimanakah yang akan disuguhkan oleh penulis. Wajar rasanya bila saya mengharapkan happy ending bukan? Bahkan ada pepatah "if it's not happy, than it's not an ending". Hahaha tetapi saya bukanlah pembaca yang menuntut. Saya ingin memberikan apresiasi kepada setiap apa yang penulis berikan. Semoga saja, epilog terakhir memuaskan dan bisa menambah iman saya juga. 
“Cinta adalah sebuah penyakit karena berpisah, isyarat dan astrolabium rahasia-rahasia Ilahi. Pada-Nya tempat berpulang setumpuk asa, juga cinta yang hakiki.” - Rembulan di Pinggang Bukit