Wednesday, September 11, 2019

Office Worker vs Freelancer, Which One is Better? (1)

Kata buku "Millennials Kill Everything"-nya Yuswohady dkk, generasi milenial adalah orang yang paling nggak loyal di dunia kerja. They love challenge, and if something feels not right they wouldn't hesitate to leave it. Hal ini pun jadi ancaman untuk HRD perusahaan. Gimana caranya bikin milenial bisa loyal?


Me as millennials (oh well did I? I think I am on Z Generation lol let's stop here) pun berpikir. Meski udah kemungkinan besar bakal settled di pekerjaan satu ini, hati kecil saya masih bertanya-tanya. Eaa. Apakah ini udah jalan yang bener? Apakah aku udah rela bakal menghabiskan sebagian besar waktu dengan bekerja di lini ini? Berbagai pertanyaan mengerubungi kepala. Dan belum menemukan jawabannya.

Baca: Lyfe Update(s) on August

Daripada berpikir kejauhan mending nulis yang lain aja. Sedikit perbandingan gimana sih rasanya menjadi pekerja kantoran, dibandingkan menjadi freelancer alias pekerja lepas?

Saya pribadi merasa beruntung pernah ngerasain kerja freelance sebelum dapet kerja tetap. Jeda antara lulus sidang dan wisuda yang cukup jauh membuat saya mengisi waktu dengan freelance. Dengan apa? Mudahnya sih "social media influencer" atau "buzzer" atau "endorser" you name it lah.

Inti pekerjaannya adalah mempromosikan "sesuatu" lewat platform media sosial yang saya miliki. Sesuatu ini nggak hanya produk, bisa event, jasa, hingga suatu program dari instansi tertentu yang butuh di blow up ke banyak orang.

Gimana bisa ngedapetinnya?

Susah-susah gampang sih. Pertama tentu saja harus punya sosial media dengan jumlah pengikut tertentu. Kemudian paling mudah bergabung ke beberapa grup/komunitas yang emang fokus ke job untuk influencer. Nyari dimana? Google sist, sekarang apa sih yang ngga nemu di Google yekan. Paling gampang lagi ketika emang udah punya networking ke orang-orang yang sering menghubungkan antara influencer dan klien. Biasanya disebut PIC (Person in Charge). Atau KOL (Key of Leader).

Pengalaman saya jika untuk pekerjaan pertama yang kamu kerjain itu bagus, besar kemungkinannya kamu bakal ditawarin dengan pekerjaan-pekerjaan selanjutnya. Nah gambaran singkat definisi kerja "freelance" kayak gini ya yang pernah saya alami.

Kemudian, saya tetiba aja udah punya pekerjaan tetap. Abdi negara pula. Yang ngikutin blog ini tau ya. Kadar keseriusan saya ngikuti ujian CPNS itu yaahh dibawah rata-rata lah. Tapi ya itu. Namanya rezeki kan ngga ada yang tau. Yang kurang serius kayak saya justru terpilih. Bisa jadi ini jalannya untuk saya dipaksa mulai serius dalam mengerjakan sesuatu.

Baca: Pengalaman Mengikut Tes CPNS bagian 1 dan bagian 2

Terhitung dari Maret berarti udah 6 bulan kerja. Cannot say completely juga. Karena ada masa magang, pelatihan dasar (yang itu off work sama sekali). Bersihnya mungkin sekitar 4 bulan kerja.

Baca: Pengalaman Mengikuti Latsar CPNS bagian 1, bagian 2 dan bagian 3

Apa yang dirasakan bedanya jadi office worker dibanding freelancer?

First thing first: SALARY


Yak. Sengaja menyebut ini pertama kali. Nggak bisa dipungkiri penghasilan/gaji menjadi hal pertama yang terbersit ketika denger kata kerja. Berapa sih, gajinya? Diatas/dibawah UMR? Cukupkah buat kebutuhan bulanan?

Baca: Tips Mengatur Gaji Biar Kantong Nggak Jebol!

Menjadi pekerja kantoran, jelas gaji udah dijamin. Di tanggal 1 tiap bulannya PASTI ada yang masuk ke rekening sesuai dengan pangkat golongan masing-masing. Nanti belum ditambah tunjangan, uang makan dll. Enak, ya? Di segi ini bisa bilang: Iya. Karena semuanya serba pasti. Siapa sih yang nggak suka kepastian? *EA*

Beda dengan freelancer. Gajinya bergantung pada seberapa keras dia mencari kerja tersebut. Semakin giat ya semakin banyak kerja. Artinya semakin banyak uang masuk.

TAPI...nah tapi nih. Sepanjang pengalaman saya, kerja freelancer kayak gini tuh dibayarnya di belakang. Saya ngerjain dulu sesuai brief klien, barulah setelah cocok dibayar. Ini untuk kerja individu. Gimana kalo kelompok? Ya harus nunggu dulu sampe bener semua.

Biasanya sih saya yha karena masih piyik dan ngga se-serius para influencer di luar sana ya. Pendapatan ada di kisaran ratusan ribu. Buat beli skincare lah cukup. Paling rame pernah sampe kisaran jutaan.

Itu pun nunggunya HARUS sabar. Kayaknya bakal nulis ini lain kali hahaha. Intinya sih bekerja menjadi freelancer ya harus tahan banting dengan ke-tidak pasti-an kapan dibayar. Jarang ada klien yang langsung menetapkan tanggal 1 Oktober bayaran ya. No. Biasanya: maksimal 3 minggu ya. Atau maksimal pertengahan Oktober ya. Ngga ngetok tanggal.

Which mean menjadi freelancer ya harus pintar-pintar mengatur keuangan. Biar bisa bertahan hidup :)

Second: WORK TIME


Jujur: saya masih berusaha menyesuaikan ritme kerja saat ini. Masuk kantor pukul 07.30. Bubaran pukul 16.00. Khusus hari Jum'at pukul 15.30. Overwork? Tentu saja ada. Bisa pulang malam. Atau justru akhir pekan. Bulan kemarin akhir pekan saya penuh dengan jadwal kerja. Hahaha.

Tapi ya emang mayoritas di jam kantor aja sih. Enak ga? Tergantung. Kalo kamu orang yang suka fleksibilitas pasti bosen. Bosen, banget. Ngga bisa tidur siang *ini curcol apa begimana dahhh*

Enaknya ya ketika tenggo. Lepas sudah itu pekerjaan. Bisa rebahan. Karena rebahan adalah kenikmatan. Setuju?

Bagaimana dengan freelancer?

BEBASSS BEB MAU KERJA JAM BERAPA AJA. Untuk beberapa orang ini menyenangkan. Bisa juga menjadi boomerang kalo lebih pilih rebahan daripada ngerjain deadline. Lagi-lagi rebahan disebut.

Iya, ada enaknya. Misal lagi mood kerja tengah malem ya hayuk. Bangun tidur masih muka bantal eh kok pengen kerja, ya tinggal buka aja alat tempur yang dibutuhkan. Sejam udah bosen? Rebahan dulu... Sefleksibel itu. Sesuka hati mau gimana.

Dulu sih saya untuk job kayak review produk misalnya. Fotonya di siang/pagi yang pencahayaan bagus. Kemudian nulisnya menjelang tengah malem. Di saat orang-orang tidur. Sepi. Cuma kedengeran suara angin. Disitu lah ide mengalir bebas. Asyik? Bangetlaaa.

Third: YOUR FASHION YOUR RULE


Sebuah pengakuan lagi. Sejak kerja kantoran saya merasa kekurangan baju HUHUHU. Sound stupid maybe. Kenyataannya tuh entah ya mungkin karena baru pertama ini ato gimana. Nggak rela aja pake baju itu lagi itu lagi. Idih padahal ngga ada yang merhatiin LOL ada deng. Beneran ada banget. Soalnya ada rekan kerja saya yang dikomentarin, "Kamu tuh punya baju berapa sih kok kaya baru terus?"

Kan saya menatap gamang lemari baju LOL. Padahal ya isi lemari baju tuh udah bertambah banget. Bayangin deh lemari di kosan penuh. Pada saat bersamaan, lemari di rumah pun penuh. Duh.

Jadi self-conscius banget lah dengan pakaian. Ngga bisa banget make baju sesukanya. Ada seragam untuk hari Senin dan Rabu (walopun belum dapet yyy). Selasa batik. Kamis jum'at bebas. Nah masalahnya adalaaah....saya tuh kadang "ditaruh" di ruang pelayanan. Sedangkan saat melayani konsumen ya harus tampil rapi dong. Makanya ngga bisa terlalu bebas berpakaian. Harus sesuai dengan norma yang berlaku *halah apasi baku amat*. Yha intinya ngga bisa sesuka hati.

Kalo freelancer? Yhaaa bebasss bos. Mau pake piyama tidur monggo. Mau seragaman necis ya boleh. Ngga ada yang peduli. Palingan waktu dateng ke event aja mikirinnya yekan. Eh ya kalo setiap hari ikut event harus nyetok baju banyak juga sih LOL.

Sebenernya balik lagi ya ke diri sendiri. Cuma ya saat kerja kantoran nggak bisa se-bodo amat itu ketika berpakaian. Ada berpasang mata yang ngeliat. Dan juga mulut yang siap ngomentari. Mending mending dikomentarin. Ngomongnya di depan. Nah kalo jadi bahan omongan di belakang? Wassalaaam...

(berlanjut ke bagian 2!)

2 comments

  1. Setiap pekerjaan pasti ada suka dan dukanya ya mbak. Tapi saya kayaknya nggak cocok deh kalau full time freelancer, soalnya saya bisa stres kalau tanggal tagihan/cicilan sudah dekat tapi uangnya belum ada, ckckck.

    Ditunggu part 2 nya ^^

    ReplyDelete
  2. Hai kakak pengabdi negara! Siap grak :)

    Hehe.

    "Keputusan yang aku ambil ini udah bener belum sih? Sebenernya aku bahagia ga sih? Apa tujuan hidupku? Apa aku mau kaya gini sampe tua?"

    Boom! Pertanyaan yang mumet di kepala ketika memikirkan pekerjaan sebagai PNS saat lowongan CPNS dibuka dan orangtua nyuruh-nyuruh daftar :"

    Yha padahal daftar juga engga, tapi udah kepikiran duluan. Dasar aku.

    Dan yang seperti sudah kakak tulis, perbandingan freelancer sama office worker. Ga bisa semerta-merta dibandingin karena beda bangett. Yang jelas mana yang lebih baik tergantung personalnya. Ada yang memang butuh work hour karena lebih nyaman....ya why not?

    Ada yg maunya hidup seenaknya sendiri (kaya aku huhu), ya engga salah juga kan?

    Asal......ga ganggu orang lain hehe xD

    Anyway, semangat kerjanya kak! Semoga masyarakat sayang sama kakak :*

    ReplyDelete

Halo! Terimakasih sudah membaca. Setiap komentar masuk akan dimoderasi. Untuk komentar dengan anonim tidak akan saya balas, ya. Yuk biasakan menjadi diri sendiri di dunia maya!