Hello. Menutup Agustus ini saya merasa butuh untuk merekap aktivitas apa aja yang udah dilakuin. Kebanyakan sih perihal pekerjaan. Setelah menjalani hampir setengah tahun menjadi pegawai, wow rasanya nano-nano sekali. Ada masa dimana saya merasa beruntung bisa bekerja di bidang yang dipelajari saat kuliah. Ada masanya pula nonton youtube dan pengen kerja di start-up aja. Keliatannya seru. Lucu, ya? Iya saya tau saya emang lucu *paansi*



Baca: Bulan Ketiga dan Cerita dari Jakarta

So, Agustus ini ngapain aja? Hmm. Setengah dari bulan ini dihabiskan di Semarang. Masa magang belom selesai. Ini pun ada kemungkinan bakal balik Semarang lagi. Seneng karena bisa kerja deket rumah.

Aseli lho se-happy itu. Kaya ngga ada effort buat bangun pagi, cari makan, mikir mau makan apa, mikir di kosan mau ngapain. Paling penting: kasurnya empuk dan lebar! Hahaha. Super nyaman. Masalahnya saya justru takut dengan kenyamanan. Takut lupa bahwa diluar sana banyak yang berjuang untuk mendapatkan kehidupan layak. Azeq, udah kaya orang bener belom?

Baca: After Graduation Story: Kerja Dimana?

Berangkat dari tempat kerja yang usianya belum genap setahun, kemudian ngerasain kerja di kantor yang lebih senior. Dari situ banyak belajar juga. Mana yang baik dan mana yang kurang. Kata senior saya sih, "Ingat dan ambil pelajaran dari yang baik. Sedangkan yang kurang baik, simpan buat diri sendiri. Jangan sampai dilakukan saat kerja"

Yes, bener banget. Mau dimanapun dan seberapa profesional pun lini pekerjaan, pasti ada positif negatifnya. Tinggal diri ini aja mau memilah seperti apa.

Setengah bulan berikutnya saya balik ke Solo. Dan yang pertama kali dilakukan adalah...didapuk menjadi pengibar bendera (lagi!).

Diitung-itung ini udah ketiga kalinya ambil bagian di tim pengibar bendera. Pertama banget saat Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei. Kedua tepat waktu puasa. Duih, mendidih rasanya. Hahaha. Mana sambutan menteri yang dibacakan itu mayan panjang. Dalam rangka Hari Kelahiran Pancasila 1 Juni. Terakhir perayaan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia ke-74.

Dua momen yang terakhir disebut mengharuskan kami mengenakan baju tradisional. Trus pake apa? Kebaya. Yang gampang dicari aja. Muehehe. Lain kali mau nyoba kostum yang lain ah. Ada upacara lagi tanggal berapa ya, gaes? *lah

Oiya, di kantor kedatengan orang baru. ((Impor)) dari Jakarta. Alhamdulillah dapet tambahan lakik! Hahaha. Biar bervariasi gitu loh. Sebelumnya seruangan itu belasan orang isinya perempuan semua. Kebayang aja lah betapa berisiknya kami :))

Semoga betah di kantor ya mz.

Dari keuangan: SAYA AKHIRNYA MEMUTUSKAN UNTUK BELAJAR INVESTASI! Hoorayyy. Manse!

Baca: Tips Mengatur Gaji Biar Kantong Nggak Jebol

Pilihan jatuh pada ST-005. Sedikit penjelasan ya. Sukuk Tabungan (ST) adalah surat hutang yang dikeluarkan oleh negara. Jadi negara ini yang ngutang dan investornya rakyatnya sendiri. Buat apa? Pembangunan Indonesia.

Kenapa pilih ST? Karena yang saya pahami dia ini udah ada fatwa syariah dari Majelis Ulama Indonesia (MUI). Yak, ngga ada salahnya kan berhati-hati juga dalam berinvestasi. Awalnya pengen nanya-nanya dulu sih sama orang.

Tapi....orang yang mau ditanya ini saya nggak kenal banget. Sungkan gitu. Akhirnya yaudah, coba aja dulu. Jumlahnya nggak besar kok. Saya ngikutin apa kata Mas Aakar founder Jouska aja. Belajar. Yang diliat bukan nominalnya. Lebih ke membangun kebiasaan investasi. Biar ngga bakar duit aja di skincare atau check out Shopee mulu. Hahaha!

Baca: Skincare Rutin Kulit Berminyak dan Berjerawat

Dari hubungan asmara (?) LOL udah kaya ramalan aja dah. Hmm gimana ya ini hmm. Saya tuh nyadar senyadar-nyadarnya umur segini lagi banyak menarik perhatian. Bentar, bukan GR ya. Emang kenyataannya gitu kok. Coba kalian yang umur awal 20an. Pasti ngerasa juga deh adaaa aja yang mendekat.

Trus, trus?

Masih jalan ditempat aja sih. Sekadar haha hihi ngga jelas. Ada rasa pengen diskusi serius tapi kok, khawatir juga dikira ngebet nikah. Padahal saya pengen tau gimana sih pandangan lakik itu tentang pernikahan. Nggak melulu dari sudut pandang perempuan.

Baca: After Graduation Story: Bicara Tentang Pernikahan

Tapi ya itu, udah overthink duluan kalo nanti lawan jenis kabur karena menganggap saya terlalu serius. Idih, curhat. Hahaha.

Ya begitulah. Agustus ini merasa ada kemajuan di beberapa segi kehidupan. September nanti masih berusaha dong menjalani hidup sebaik mungkin. Whatever it is, mari kita niatkan hidup ini sebagai ibadah!
Gaes akhirnya aku berhasil menamatkan drama Korea gaes! Se-happy itu bisa menikmati hiburan ini lagi. Yass, banyak banget drama Korea baru tiap tahun. Dan pilihanku jatuh pada Search: WWW. Alasannya kok kayaknya menarique? Beneran dong. Emang pilihanku ngga pernah salah. Eaeaea.


Pernah membayangkan gimana rasanya kerja di perusahaan IT? Seberapa berat targetnya? Di saat yang sama kehidupan percintaanmu nggak berjalan mulus?

Love life, work life, life as a whole. Semua digambarkan di drama Korea Search: WWW.

Dipikir-pikir ternyata di drama ini nggak ada pemeran utama pria. Sesuai dengan poster promosinya, pemeran utamanya adalah ketiga wanita ini. Sama-sama bekerja di industri IT, mendefinisikan wanita karir yang sesungguhnya, sekaligus wanita normal yang butuh ((kasih sayang)) dari lelaki.

Kiri ke kanan: Song Ga Gyeong - Bae Ta Mi - Cha Hyeon
Bae Ta Mi (Im Soo Jung) dan Song Ga Gyeong (Jeon Hye-Jin). Hubungan senior-junior menjadi hubungan kerja. Dimulai dari perintisan web portal “Unicon” oleh mereka berdua hingga akhirnya besar dan diakuisisi oleh KU Group. Ga Gyeong menikah dengan Jin Woo (Ji Seung Hyun), anak terakhir Chairwoman Jang (Ye Soo Jung) – pemilik KU.

Pernikahan mereka berdua merupakan marriage of convenience. Menikah karena bisnis. Demi menyelamatkan bisnis orang tua Ga Gyeong yang kolaps. Sebagai “tumbal”-nya, banyak keputusan Unicon dilakukan untuk kepentingan KU Group. Salah satunya menghapus real time keyword. Semacam trending topic yang hot dibicarakan.

Satu kejadian besar yaitu saat KU Group memihak salah satu kandidat presiden. Makanya ketika kandidat A terjerat skandal dan menjadi pembicaraan publik, Unicon dengan sengaja menghapus keyword tentang kandidat A agar ngga keluar artikel terkait. Alasannya sih mereka melindungi hak asasi kandidat A.

Tapi ini dirasa ngga masuk akal, alhasil disemprit lah oleh pemerintah. Pihak Unicon dipanggil untuk menghadiri sidang, dengan tuduhan fabricated alias manipulasi. Bae Ta Mi sebagai karyawan Unicon diminta untuk menjadi saksi. Padahal yang bertanggung jawab sebenarnya Song Ga Gyeong. Ta Mi pun nggak mau jadi kambing hitam. Di persidangan, dia menyerang anggota parlemen. Namanya pun menjadi trending topic. Masuk ke jajaran real time keyword.

Karena tingkahnya, Ta Mi dipecat dari Unicon. Dari sini dia mendapat tawaran dari Barro, web portal kompetitor Unicon. Barro dan Unicon selalu bersaing untuk menjadi top 1. Lebih tepatnya sih Barro yang berusaha menjegal Unicon. Selama ini Unicon selalu menjadi nomor 1 dan Barro hanya di urutan kedua.

Saat Ta Mi masuk Barro, Cha Hyeon/Scarlett (Lee Da Hee) menolak. Akhirnya Ta Mi menjanjikan jika dalam waktu 6 bulan Barro ngga berhasil meraih titel top 1, dia bakal keluar. Dari situ Scarlett menerima. Ta Mi pun ditunjuk Brian (Kwon Hae Hyo), CEO Barro untuk membentuk TF (Task Force) team. Tim ini ditujukan untuk membuat Barro menjadi nomor 1. Ta Mi mengajak A Ra (Oh Ah Yeon) dan Choi Bong Gi (Woo Ji Hyun) dari Unicon untuk bergabung. Sedangkan dari Barro ada Scarlett, Jennie (Ha Seung Ri), dan Alex (Song Ji Ho).

Kehidupan ala start-up di Barro


Meskipun sesama bergerak di bidang IT, kultur perusahaan Unicon dan Barro ini beda. Jika di Unicon terkesan kaku dan formal, di Barro sebaliknya. Ruangan demi ruangan didesain dengan apik, jauh dari kesan “kantor”. Setiap karyawan bebas pake gaya fashion apapun. Plus, mereka dipanggil dengan nama bahasa Inggris. Seperti Cha Hyeon yang dipanggil Scarlett. Min Ho Jung CEO Barro dipanggil Brian. It sounds fuuun!

Penonton ditunjukkan betapa serunya kerja di Barro. Sekaligus menekankan meskipun keliatan fun, mereka tetep kerja.

Ada banyak term yang familiar bagi kalian yang emang kerja di bidang IT maupun internet. Page view, click bait, real time keyword, homepage.

Konsep Barro dan Unicon ini mirip kayak Google. Web portal pencarian yang juga menyediakan banyak fitur. Barro misalnya, ada fitur game, buku, dll.

Nah ternyata untuk mendesain homepage halaman web portal itu nggak gampang lho. Perusahaan harus menempatkan diri di user. Apa kebutuhannya. Kecenderungan pencariannya. Minatnya. Gimana sulitnya mempersuasi bidang yang dianggap kurang menguntungkan.

Saya suka banget dengan penggambarannya. Sedikit banyak ngerti, oh gini loh kerja di industri IT tuh. Mereka harus bisa berpikir ke depan. Apa yang di masa depan kira-kira yang user nggak tertarik lagi? Dan kemana interest mereka shifting? Gambling pun saat mengambil keputusan. CEO yang keliatannya nggak banyak kerja secara teknis, keputusan strategisnya bisa mempengaruhi kehidupan banyak karyawan dibawahnya.

Sisi humanis seorang CEO digambarkan saat CEO Brian memutuskan untuk mengundurkan diri karena kena skandal. Meskipun Ta Mi dan Scarlett meyakinkan bahwa Brian nggak perlu resign, dia kekeuh. Kata dia, mungkin permohonan maaf ke publik cukup untuk business area. Tapi ketika berkaitan dengan image perusahaan, dia harus resign. Kenapa? Untuk meyakinkan publik bahwa image Barro itu baik. Yang salah adalah Brian sebagai CEO. Uwuw, so thoughtful.

Saya pun saat baca berita pejabat publik yang mengundurkan diri itu sempet mikir juga. "Lho, bukannya itu malah lari dari tanggung jawab, ya?". Salah satu alasannya ternyata ya menyelamatkan nama baik instansi diatas dirinya sendiri. Bhaiq.

Love line yang rumit


Nah, ini juga seruuu! Agak mellow sih sebenernya. Cuma ya itu, buat saya pribadi bikin mikir. Disini ada 3 wanita.

Pertama Cha Hyeon. Dia pacaran sama temen sekantor. Ngga taunya si pacar cheating di belakang dia. Lucunya si pacar ini mantannya Ta Mi jaman kuliah dulu. Cha Hyeon menggambarkan perempuan strong dan ngga mau keliatan lemah. Begitu tau si pacar cheating, dia menghajar habis-habisan. Beneran dihajar ampe masuk rumah sakit cuy. Maklum, mantan atlit taekwondo.

Cha Hyeon ini wanita yang nggak mau diem aja ketika ada ketidakadilan. Laff Scarlett. Nah bagian lucunya, Scarlett suka nonton drama opera soap alias sinetron abis! 

Diceritain, dia kesangkut sama si aktor gegara sotoy dan bikin aktornya terluka. Seol Ji Hwan, rookie actor yang namanya ngga pernah kedengeran. Akhirnya Scarlett entah kenapa ngaku sebagai manajernya Seol Ji Hwan. Semua demi Seol Ji Hwan bisa lebih di-acknowledge kemampuannya. Baik oleh publik maupun rekan kerja kaya sutradara, director, dkk. Akhirnya mereka berdua pun jatuh cinta.

Drama banget ya, dari fans-idol jadi couple. IS DAT EVEN REAL? *melirik Ha Sung Woon LOL*

Kedua ada Song Ga Gyeong. Seperti yang udah ditulis diatas, dia tuh ngga menikah karena cinta. Akhirnya dia punya simpenan, suaminya pun punya simpenan. They are not a normal couple. 
Semuanya berubah ketika Ga Gyeong meminta untuk cerai. Alasannya biar bisa keluar dari kungkungan Chairwoman Jang. Jin Woo pun menyanggupi. Bilang kalo at least ini hal terakhir yang bisa dilakukan selama 10 tahun pernikahan.

Coba bayangkan 10 tahun pernikahan tanpa cinta, what will you do? Tinggal pun nggak serumah. Bener-bener nikah karena formalitas dan bisnis semata. Daku turut bersedih atas apa yang menimpa Ga Gyeong :(

Nggak taunya menjelang perceraian, Jin Woo justru jatuh cinta sama Ga Gyeong. Lucu emang. Cara jatuh cintanya pun nggak eksplisit bilang “I Love You”. Saya bilang sih lebih ke act of kindness. Dia mau menuruti segala permintaannya Ga Gyeong. Bahkan ketika Ga Gyeong minta maaf karena bakalan ngeribetin dia saat cerai, apa kata Jin Woo? I will forgive you even if you kill me. WHAT? WHAT? Tolong ini writernya siapa ya menciptakan pick up line yang begitu dramatis? HAHAHA

Terakhir dan paling complicated adalah Bae Ta Mi.

Bagian terbaperrrr di drama ini ya hubungan Bae Ta Mi dengan Park Morgan alias Mas Ki Yong. ((mas)) hahaha. Jang Ki Young sungguh bucin disini.



Di tengah kepenatan kerjanya, Ta Mi ngegame di semacam tempat maen. Ketemu dengan Park Morgan. Lucu sih. Berawal dari obrolan ngalor ngidul eh berakhir dengan one night stand.....pikir Ta Mi. ternyata buat Morgan engga. He likes Ta Mi from the first sight. 

Akhirnya ya dikejar lah tuh Ta Mi. Seorang wanita 38 tahun, dikejar pria 28 tahun. Iri gak, you? Iri pasti.

Ta Mi nggak mau cuma main-main yang pacaran aja. Uniknya, Ta Mi ini nggak punya keinginan untuk menikah. Konsep “love” untuk Ta Mi: living together is yes, but marriage is no. Berbanding terbalik dengan Morgan yang justru mengharapkan untuk menikah dan punya keluarga bahagia. Wajar dia punya keinginan kayak gitu. Dari kecil Morgan “dibuang” ke panti asuhan oleh ibunya.

Yang membesarkan dia orang tua yang mengadopsi. Dari awal hubungan Ta Mi dan Morgan, perbedaan prinsip ini yang menjadi sumber masalah. Ribet juga sih, udah ngerti keduanya punya tujuan beda dalam pacaran. Tapi tetep dilanjutkan. Kata Morgan, “we can still in love”. 


Tapi ya namanya Ta Mi, dia complicated banget. Saya bisa relate sama ke-complicated-annya Ta Mi. because.... love is never makes sense. Hahaha.

Ta Mi bilang, gimana hubungan ini bisa berjalan? Akhirnya nanti salah satu dari kita bakal ada yang tesakiti. Entah Morgan yang ngga bisa mewujudkan impiannya untuk menikah, atau Ta Mi yang terpaksa menikah demi bisa melanjutkan hubungan sama Morgan.

It’s waaay toooo complicated.

Mungkin ini banyak dirasain juga sama orang Korea disana. Mereka menganggap menikah itu mengganggu kebebasan. Jadi punya tanggung jawab ke orang lain. They think as long as they’re happy, marriage is already out of their league.
Menyoroti soal ini dari sisi saya pribadi sih, gimana yaa.... Ya salah saja kalo ngga mau menikah. Soalnya prinsip saya juga menikah itu kan ibadah. Untuk melanjutkan keturunan. Dan ada perintahnya di kitab suci.

But again, pada dasarnya di Korea bukan penganut agama yang religius. Saya ngga serta merta mementahkan pendapat mereka. Tapi saya cuma pengen bilang if you’re also have the same value with me, this drama can be dangerous brainwashing hehehe. Berlaku hanya jika kamu seorang overthinker yang dikit-dikit dipikirin kaya saya.

Iya kalo mikirnya kejauhan kaya saya. Kalo cuma mikir buat hiburan aja sih ngga papa. Bisa memperkaya pikiran malahan. Ada lho, orang yang ngga minat menikah. Ada lho, orang yang menganggap itu normal.

Bahkan Ta Mi juga bilang, normal nggak normal itu standarnya manusia yang buat. Huwaw setiap percakapan Ta Mi dan Morgan selalu menohok deh pokoknya. Syukaa!


So?


Saya sih suka banget nget nget sama drama ini. Feel-nya dapet. Jalan ceritanya bagus. Endingnya? Ngga bisa dibilang happy, tapi masuk akal. Maaf akupun bukan pemuja happy ending. I’d rather choose a make sense ending hahaha *lirik jahat ke Goblin yang endingnya so meh*.

Jadi gimana, setelah baca review saya tertarik buat nonton nggak?
Berangkat pagi – pulang sore. Status pekerja kantoran membuat aktivitas saya bertambah. Pagi hari jalan kaki ke kantor, berpapasan dengan kendaraan bermotor. Masih pagi, eh udah kena polusi udara. Siangnya saat cari makan mau ngga mau keluar kantor. Berhubung lokasi di pinggir jalan raya, resiko terkena polusi dari truk dan bus yang lewat pun makin besar.

Pulang dari kantor wajib hukumnya double cleansing. Ya dong, gimana coba perpaduan antara make up dan kotoran yang menumpuk? Bakalan mengundang jerawat jika nggak dibersihkan dengan paripurna!

Makanya rutinitas skincare saya harus diperhatikan. Basic skincare seperti cleansing, moisturizing, toning dan protecting udah jadi makanan sehari-hari. Tambahannya tiap minggu adalah: maskeran!


Di tengah ngehits-nya sheet mask, saya termasuk yang nggak kena hype-nya. Buat saya sheet mask terlalu lengket dan kurang nyaman dipake. Faktor kulit berminyak mempengaruhi sepertinya. Padahal maskeran tuh salah satu kegiatan me time favorit saya loh.

Tiap ngerasa muka agak kotor, pasang masker di wajah. Sehabis perjalanan jauh, bersihin muka, maskeran. Enaaa. Fyi, ada waktu terbaik buat pake masker itu sore atau malam. Kenapa? Karena gengs, kondisi kulit di kedua waktu itu lebih gampang untuk diserap pori-pori. Alhasil, kulit jadi lembut. Selain itu, setelah maskeran lebih baik menghindari sinar matahari. Bahaya! Sore atau malam kan matahari udah redup, gituu. Saya pribadi enaknya malem, sekalian habis maskeran lanjut ke skincare dan tidur deh.

Biasanya saya maskeran 2-3 kali seminggu. Selang seling antara clay mask dan masker yang bentuknya gel.

Kenapa clay mask yang notabene bakal mengering saat dipake? Karena jenis kulit berminyak, alhasil gampang berjerawat. Dan clay mask ini menurut pengalaman pribadi bisa mengurangi minyak di wajah, juga membantu mengeringkan jerawat. Terutama yang pas meradangnya. Nah kalo lagi ngga ada jerawat meradang, sebelum pake clay mask, scrub wajah dulu. Biar makin nampol shay hasilnya.

Nah kali ini saya bakal ngereview masker yang udah lama saya pake. 2 tahun ada kali. Sesuka itu sampe ngeracunin temen saya waktu sempet tinggal di Brebes untuk penelitian.


Produknya adalah Himalaya Herbals Purifying Neem Mask. Awal belinya karena dia gampang banget didapet. Di supermarket deket rumah stoknya bejibun. Harganya pun amat sangat terjangkau. Waktu itu masih mahasiswa yah, beli skincare aja ngirit-ngirit dari uang jajan. Seratus perak yang keluar pun berharga. Udah pasti pilih yang ramah di kantong.


Himalaya Purifying Neem Mask ini merk asal India. Himalaya tuh udah terkenal pake bahan natural dari alam. Untuk Himalaya Herbals Purifying Neem Mask sendiri diklaim bisa mengurangi minyak, bersihin pori-pori yang kesumbat (clogged) dan paling penting nih: merawat kulit berjerawat. Bahan utama yang dipake ada nimba, kunyit, dan fuller’s earth. Kombinasi dari ketiganya ini bisa bikin kulit terasa lebih lembut. Begituuu..

Lebih lanjut tentang komposisinya:

Aqua, Kaolin, Melia Azadirachta Leaf Extract, Propylene Glycol, Bentonite, Fuller’s Earth, Curcuma Longa Root Extract, Perfume, Sodium Metyhlpapraben, Imidazolidinyl Urea, DMDM Hydantoin, Xanthan Gum, Disodium EDTA, Sodium Propylparaben, Citric Acid, Sodium Lauryl Sulfate.

Cara pemakaiannya gampang. Olehkan aja di wajah dan leher yang bersih. Udah cuci muka yah sebelumnya.

Bare face
Biarkan mengering selama 10-15 menit. Bersihkan, dan bilas.

Pengaplikasian masker di wajah
Untuk yang pertama kali nyoba saya ingetin ini clay mask. Artinya dia bakalan bikin muka kenceng. Kayak ketarik gitu. Of course, reaksi dari tiap jenis kulit beda-beda ya. Cara taunya? Ya dicoba sendiri. Hihihi.

Sensasi ketarik ini wajar. Karena kandungan Neem-nya punya sifat anti bakteri. No worry.

Tekstur Himalaya Purifying Neem Mask

Tekstur maskernya kental berwarna hijau keabu-abuan. Dan dia aromanya cukup kuat. Dulu awal-awal kaget. Sekarang udah kebiasa. Trus jangan dipake deket mata ya sesuai instruksinya. Dan cukup menggunakan dalam rentang waktu yang disarankan.

After feel pake masker ini? Enak banget!!! Serius se-enak itu. Kerasa kotoran tuh keangkat. Muka langsung jadi licin. Setelah pake ini langsung dilanjut face mist atau hydrating toner ya. Biar muka ngga kering.


Kulit muka juga beneran cerah sesaat. Kayaknya sih ke-glowing-an muka saya ini juga ada andil dari Himalaya Purifying Neem Mask :P saya rutin pake masker ini, dalam seminggu bisa 1-2 kali. Coba deh!

Nggak cuma buat masker aja. Kadang waktu ada jerawat saya totolin aja di jerawatnya heu heu sampe mengering maskernya. Cuma di area yang berjerawat aja. Selain itu bisa dipake di area hidung. Ceritanya buat ngangkat komedo gitu.


Padahal asal aja loh ini. Ternyata emang kandungan Fuller’s earth-nya bisa membantu angkat komedo. Area hidung kerasa bersihan. Ngerti ngga sih feel muka bersih itu menyenangkan? Kenyal kaya bapao hawanya pengen nyubit aja.


Himalaya Purifying Neem Mask tersedia dalam 2 ukuran. 50 ml dan 100 ml. Saya sih biasa beli yang 100 ml. Toh harganya masih amat sangat terjangkau di kantong.

Keamanan produknya gimana?

Tenang beb. Dia udah ada izin edar dari Badan POM. Trus dia no animal testing. Yeay, seneng kaan. Ethical brand I luv. Keterangan lainnya yang disertakan yaitu PAO. Hayo, udah ngerti apa itu Product After Opening, kan? Batas waktu produk digunakan setelah dibuka. Yaitu 6 bulan.

Pengalaman saya sih dalam waktu 6 bulan itu bisa habis. Produk ini saya buka bulan Januari tanggal 29. Jatuh di 6 bulan pada 29 Juli. Udah tinggal segini aja. Malahan udah restock lagi. Entahlah ini repurchase yang keberapa. Hihi.

Beli dimana?

Nah ini pertanyaan mudah. Himalaya Purifying Neem Mask ini bisa didapatkan secara offline di minimarket terdekat kayak Alfamart. Atau online di toko resmi di Shopee serta Tokopedia. Keduanya bisa diakses di bit.ly/HimalayaHerbalsShopee atau di bit.ly/HimalayaHerbalsTokopedia.

Nah, tunggu apalagi? Kuy lah cobain maskernya. Siap me time weekend ini? ;) #HimalayaHerbals #HimalayaNeem #AlamiKehidupanmu #GoWithNature #Alfamart @Himalayaherbalsindo
Waw perlu 6 bulan setelah postingan after graduation story yang kedua. Untuk topik ini agak berat buat saya. Ada banyak pertimbangan sebelum melangkah kesana. Mulai darimana, ya?


Mungkin dari awal alasan kenapa saya mikir banget tentang pernikahan ini. Nggak lain dan nggak bukan karena kondisi keluarga. I cannot say my family is a happy family. Banyak konflik yang terjadi. Iya, setiap keluarga punya masalahnya masing-masing.

Baca: When I (or You) Get A Chance To Be Parents

But in my case I have a family that I would never tell the world about it. And it also makes me doubt and think a lot how I want to get married, what kind of a man will be, where do I have to position myself later when we became partner. Etc, Etc.

Benar kata orang, ketika dihadapkan pada sesuatu yang buruk dan diluar dugaan, maka dengan sendirinya akan ada banyak pertimbangan yang harus dipikirkan. List of "what if" bertambah panjang. Jeleknya: kebanyakan mikir. Bagusnya: nggak gegabah dalam mengambil keputusan.

*** 

Dari situ saya belajar bahwa milih pasangan itu nggak bisa sembarangan. Butuh pertimbangan A sampai Z. meski kata kakak saya sih utamain agamanya. 

“Lah situ kan belom nikah” - ceritanya ngeyel. Dan disamber dengan “Ya kan pengalaman temen-temenku”. OK dude.

Kenapa saya memutuskan nulis ini sekarang yhaa...mungkin memang udah saatnya? Pertama sih ngeliat banyak temen yang udah punya pasangan. Entah itu pacar ataupun suami. Seakan-akan memamerkan kepada dunia "Hai, aku sudah tidak jomblo lagi. Aku sudah menyempurnakan separuh agamaku. Kamu, kapan?"  

Kapan, ya?

Ngomongin soal target nikah sih saya pernah nulis taun ini. Pertimbangannya karena saya lulus tahun 2018. Trus ngerasain kerja dulu deh gimana, selama setahun. Baru setelah menemukan ritme “I Live Alone” merasa udah pantes nikah.

Baca: Baper Pengen Nikah Muda?

Kenyataannya?? Yha tentu saja tidak semudah itu, Ferguso.

Kata pepatah makin banyak tahu makin takut untuk maju memang benar adanya. (Ehm coba siapa yang ngomong ini ya? Entahlah). Setelah ngerti dikit, dikiiit banget persiapan nikah ini. Mungkin ada beberapa hal krusial yang harus saya ingat.

1) Sekufu

Sekufu itu luas banget ya. Intinya sih yang nggak njegleg banget dengan kehidupan saya. Gap antara saya dan dia yang entah siapa itu ngga terlalu jauh. 

Buat saya, sekufu itu wajib hukumnya di: agama. Ngga bisa ditawar. Agama ini bukan hanya di KTP aja. Secara praktiknya ya harus jalanin juga. Nggak, saya nggak muluk-muluk pengen yang “keliatan” kaya Muzammil Hasballah. Lah ngaca dong kelakuan sekarang kaya gimana? Saya amat sangat sadar akan kualitas diri sendiri.

Baca: Catatan Penting dari Muzammil Hasballah untuk Penghafal Al-Qur'an

Cukup yang bisa menuntun. Bukan saya yang nuntun. Yang ada malah diblangsakin dong yha kan jangan ya. Mau dibawa kemana coba keluarga kami nantinya?

Baca: Jangan Lupakan Keluargamu

Kemudian sekufu dalam keingintahuan. It will be nice if pasangan saya nanti punya rasa keingintahuan akan ilmu yang besar. Bukan kepo tentang kehidupan orang lain. Soalnya saya suka banget diskusi random. Bisa dari kpop sampai kenapa banyak orang Korut melarikan diri ke Korsel? Kenapa rakyat +62 gampang banget ngehujat orang di internet? Dan masih banyak kenapa lainnya.

Rasanya tuh kayak setiap hari bakal ada yang bisa diobrolin. Ngga kehabisan bahan omongan meski hal remeh temeh sekalipun. Even small talks can grow us closer and stick each other hehe.  

2) Se-visi dan se-misi

Kamu nikah yang dicari apa, sih? Boleh saya jawab: ketenangan. Saya nggak merasa dengan menikah berarti kita memiliki pasangan kita. Bukankah apa yang ada di diri kita ini sekarang pinjaman? Even our body. We have NOTHING. Akan ada masanya semua ini diminta untuk dikembalikan.

Lalu ketenangan macam apa? Hm, mungkin ini subjektif ya. Saya udah merasa nggak aman dengan pandangan mata laki-laki. Saya udah merasa nggak aman ketika di-catcall dengan lawan jenis. Walaupun itu anak kecil. Sedih ngga sih anak usia SD se-adik saya itu udah bisa catcalling? Panggilan iseng minta nomer hp itu, selama bikin nggak nyaman bisa dikategorikan dalam catcalling, bukan?

Ya intinya apa ya, pengen aja oh udah tenang. Ada nih yang bakal mendampingi saya. Di saat susah maupun sedih. Ada nih yang bakal selalu nge-support kita. Ngga ngejudge. Mau mendengarkan apa isi hati kita. It’s precious, you know.

PENGENNYA SIH YA GITU. Tapi kan niat orang nikah beda-beda ya. Mungkin ini udah saatnya juga saya memikirkan: emang visi misi nikah apa? Perlu? Ya perlu lah. Organisasi kampus untuk setahun aja perlu visi misi. Apalagi nikah yang harapannya sekali aja seumur hidup. Masa ngga jelas konsepnya mau dibawa kemana?

3) We are partner

No, I didn’t ask for equality. Pada dasarnya memang porsi laki-laki dan perempuan udah berbeda. What I mean with partner is: ngga ada yang merasa “lebih”. Lebih banyak pendapatannya, lebih pintar, lebih berkuasa, lebih ini dan lebih itu lainnya. 

Ya kita itu partner. Saling melengkapi satu sama lain. Bukan menunjukkan siapa yang “lebih”. Mungkin emang ada yang dominan, bukan berarti melakukan pemaksaan. We’re going to talk heart to heart. Ngga ngotot satu sama lain. Be reasonable. Aduh kemudian saya baper LOLOLOLLLL anaknya gampang baperan. 

The best partner sih yang bisa diajak terbuka dalam hal apapun. Perasaan, perhatian, keuangan. Ada yang mengganjal ya diutarakan. Bukan didiamkan dan justru membuat bom waktu. That's a NO NO.

***

Actually there's a lot I can say about marriage. Ketakutan macam apa, keraguan yang bikin maju mundur. Perkara boleh nggak perempuan yang "meminta" untuk dinikahi. 

Semakin merasa berumur, merasa harus banget menilai kualitas lawan jenis dengan baik. Nggak bisa perkara aku suka sama kamu ayo kita nikah hmm not as easy as that, gurl.

Oh tetiba saya merasa ini ditujukan untuk suami masa depan. Halo, kamu dimana?