Sunday, September 20, 2020

Day 6: Single and Happy #30DaysWritingChallenge

Wow baru hari keenam sudah stuck. Topik ini ternyata cukup buat mikir ya. Padahal saat (harusnya) relate dengan status single saat ini. Butuh nanya ke circle terdekat, "Menurut kalian topik single and happy harus bahas apa, ya?"


Meningkatkan kapasitas diri menjadi jawabannya. Makasih ya Ade untuk idenya! Sebagai perempuan, hidupnya seringkali dihubungkan dengan orang terdekatnya. 

Saat masih single, dia dikenal dengan anaknya Pak/Bu X.

Saat menikah, dikenal sebagai istrinya Pak Y.

Saat udah punya anak, dikenal sebagai Ibunya Z.

Sebab itu perempuan saya rasa rentan dengan krisis identitas. Saat hal ini terjadi rasa percaya diri bisa menurun. Bahkan bisa sampai tahap menganggap diri sendiri nggak berharga. Huhu, kok sedih.

Maka dari itu selagi "masih ada waktu" untuk fokus ke diri sendiri, do it. Bukan untuk siapa-siapa, bukan demi mendapatkan jodoh terbaik aja, tapi demi menjadikan diri bahagia.

Baca: Mencari Teman (Hidup)

First thing first, penting untuk mengenali diri sendiri. Dengan mengenali, perempuan bisa mengendalikan emosi, hubungan dengan orang lain, dan mengontrol hidupnya sendiri. Sebenarnya berlaku juga sih untuk laki. Cuma jarang ya laki yang mengekspresikan "ketakutan"-nya akan krisis identitas. Sepertinya lebih banyak perempuan yang ngomongin hal ini.

Kenali diri sendiri mulai darimana? Yang keliatan aja dulu: secara fisik. Berapa tinggi badan, berat badan, ciri fisik ada tahi lalat? Lalu buat list kelebihan dan kekurangan. 

Pernah ngisi biodata di binder jaman SD dulu, nggak? Mirip tuh kayak gitu. Dengan versi unedited alias jujur dan seterbuka mungkin. Tulislah apa adanya. Yang selama ini orang ngga tau tentang kamu. Just write, jangan menghakimi diri sendiri. Semakin detail, semakin baik. Tandanya kita memang kenal diri sendiri.

Pada tahap yang paling ((tinggi)) bahkan kita bisa menuliskan: ketika meninggal nanti pengen dikenang sebagai orang seperti apa, sih?

Baca: Dimanakah Posisimu Saat Ini?

Misal pengen dikenal sebagai MUA ternama. So you know your goals, then you start it. Step by step. Ketika ada hambatan, misalnya ditentang orang terdekat, ngga akan goyah. You know you have a reason to do so. 

Setelah mengenali diri, comes second step: live your life. Jangan membatasi diri pada apapun selama masih dalam koridor syariat (ini saya) dan nggak merugikan orang lain (harusnya semua juga berprinsip gini). Mau mengejar pendidikan tinggi, wirausaha, jalan-jalan, nulis, do it. Seperti tagline sepatu: just do it.

Bahkan meskipun kita baru mencoba ya gapapa coba aja selagi bisa. Toh kesempatan nggak dateng dua kali lho. Remember the mantra: do it for yourself. For your own good.

***

Apakah kedua hal tersebut lantas menjamin para single akan selalu happy?

So far pendapatku pribadi nggak selalu happy. Tapi bisa memberikan joy dalam hidup ini. Nggak merasa nelangsa meskipun orang di sekitar mulai berpasangan. Being single doesn't mean you have no company at all. Masih ada keluarga dan teman yang menyayangi kita.

Baca: Jangan Lupakan Keluargamu

But remember, apapun status kita sebenarnya yang namanya hidup kan seimbang. Ada kebahagiaan, ada kesedihan. Bagaimana tahu itu bahagia kalau nggak pernah ngerasain kesedihan?

Don't rush. Everything's going to have their own time. And while you're single, be happy!

1 comment

  1. Setuju banget sama tulisannya mbak. Menikah itu juga bukan solusi dari kesepian, karena menikah sudah sepaket sama tanggung jawab dan problemnya. Hanya saja memilih partner yang tepat bisa bikin kita lebih kuat menghadapi itu semua. Jadi lebih baik single dan happy daripada in relationship tapi dengan pasangan yang salah.

    ReplyDelete

Halo! Terimakasih sudah membaca. Setiap komentar masuk akan dimoderasi. Untuk komentar dengan anonim tidak akan saya balas, ya. Yuk biasakan menjadi diri sendiri di dunia maya!