Sejak coba daftar beasiswa, konten tentang hal ini semakin banyak muncul di laman media sosialku. Ada satu hal yang paling kuingat: beasiswa itu tidak gratis. Sesuai kata pepatah lah, tidak ada makan siang gratis.


Kupikir ya benar juga. Hal-hal yang kelihatan tidak mengeluarkan uang bukan berarti gratis. Ada harga lain yang dibayar selain uang.

Misalnya, dulu waktu sekolah aku pernah dapet gratis SPP 3 bulan. Apa yang harus kubayar? Konsisten meraih ranking tinggi di sekolah. Kemudian waktu kuliah, sempat dapat beasiswa 1 semester atau 1 tahun gitu? Syaratnya dengan bikin rekening bank tertentu. Yang ini malah harus "bayar" dengan setoran awal.

Nah, kalau beasiswa luar negeri gimana? Tentu pengorbanannya lebih banyak. Apalagi ketika persiapannya dilakukan disampinh kewajiban bekerja. Sebenarnya aku nggak suka menyebutnya pengorbanan sih. Toh aku bukan korban. Aku melakukannya dengan kemauan sendiri, tanpa paksaan dari pihak manapun.

Tapi berhubung dikasih tema pengorbanan sesuai dengan spirit Idul Adha, aku coba selaraskan lewat postingan ini. Sekaligus membuka mata bagi para scholarship hunter yang baru mulai, bahwa selalu ada pengorbanan di setiap langkah menuju mimpi yang akan kita kejar.

1. Waktu

Kerja 9 to 5 udah capek. Setelahnya sering cuma pengen rebahan aja. Kalo lagi mengusahakan beasiswa? Iya sih masih bisa rebahan, tapi emangnya mau waktu yang terus berjalan itu kepake tanpa menghasilkan progres apapun?

Waktu yang dikorbankan untuk apa?
  • Riset kampus dan jurusan tujuan
  • Riset persyaratan beasiswa
  • Riset penulisan motivation letter
  • Belajar persiapan bahasa
  • Menyusun jawaban dari pertanyaan interview yang mungkin keluar
  • Menghubungi mentor untuk proofreading/roleplay interview
Daan...masih banyak lagi. Selain waktu sendiri ternyata waktu orang lain juga kepake. Di prosesku, aku "mengambil" waktu orang lain untuk minta tolong mengurus dokumen akademik dari kampus asal *namanya juga anak rantau.

2. Uang

Realistis, persiapan beasiswa itu butuh uang. Kemungkinan kecil 0 rupiah. Berikut aku rinci perkiraan uang yang harus dikorbankan untuk daftar beasiswa.
  • Paspor elektronik: Rp 650.000
  • Ujian IELTS: Rp 3.150.000 (tahun 2025 naik sekitar 200ribuan)
  • Translate dokumen: sebenernya ini tergantung pake jasa dimana. Kebetulan pas diawal tuh aku dapet yang tergolong mahal. Kisaran Rp 100.000 - Rp 250.000 per lembar untuk penerjemah tersumpah. Aku saranin sih sekalian penerjemah tersumpah untuk dokumen resmi.
  • Apostille: Rp 150.000 per dokumen
  • Les/kursus persiapan: jutaan tergantung paket
  • Les bahasa Korea: Rp 300.000/12 pertemuan
  • Cek kesehatan: mulai dari 2jutaan
Amannya bolehlah sedian 10 jutaan untuk persiapan ini. Kalau ada menggunakan jasa orang lain dalam mengurus dokumen, bisa jadi besarannya lebih besar lagi.


3. Mental

Udah terkuras waktu, uang, tenaga, masih juga mental terkuras. LOL.
Nggak bisa dipungkiri, persiapan beasiswa tuh kayak latihan mental. Impostor syndrome, insecurities, mempertanyakan diri sendiri, semua keluar saat masa-masa penantian ini. Kecuali bagi yang memang mentalnya udah sekuat baja. Aku sih belom :P

Meragukan kemampuan diri sendiri waktu nulis essay.
Sisipan keraguan ketika nunggu pengumuman.
Akan tambah bebannya ketika pertanyaan, "Kapan berangkat?" sedangkan proses seleksi belom selesai.

Iri ketika liat postingan medsos, "Kayaknya jadi mereka santai deh ga perlu nyiapin ini itu. Ngapain ya aku ini menyusahkan diri sendiri?" LOL. Sadar diri sih iya, tapi sesekali perasaan kayak gitu ga bisa dibuang dengan mudahnya.

***

Ada satu lagi sih yang utama: energi. Rasanya kalau mengerjakan persiapan itu semua tanpa ambil gap year tuh energi sangat terkuras. 

Well, postingan ini nggak bertujuan buat menakut-nakuti. Justru aku berharap bisa sebagai sisi lain yang kadang nggak disadari oleh scholarship hunter saking semangatnya. Anyway, pengorbanan apa yang pernah kamu lakukan demi meraih mimpi?
Love is an open door~
(bacanya bernada)  


Kata lagu salah satu film animasi. Rasanya banyak banget deh karya bertemakan cinta. Lagu, film, buku, drama, dan lainnya. 

Beranjak dewasa pemahamanku akan cinta semakin meluas. Bukan lagi hanya hubungan dua insan yang berbeda. Bentuknya bisa beragam: cinta lingkungan, cinta tanah air, sampai cinta ke hidup itu sendiri. Di postingan kali ini aku sebutin hal-hal yang aku cintai. Pede banget kayaknya ya udah sampai ke tahap cinta. 

Beneran sih, karena tanpanya hidupku tuh ada yang kureng. Dan sering diserang rasa rindu. Hahaha ((ngetik apa sih yaAllah geli sendiri). 

Kasta tertinggi: Love is BTOB


Bukan business to business yak, bukan. BTOB kepanjangan dari Born to Beat. Salah satu boy band, boy group, idol, apalah itu namanya yang berasal dari Korea Selatan. Kecintaan ini belum lama. Baru sekitar 2 tahun? Dan sayangnya masih belum dipertemukan. Hiks.


Apa sih yang membuat kecintaan?
Paling utama dari betapa seriusnya mereka dalam bermusik. Membernya totalitas dan gak ada tuh lipsing lipsing. Malah mereka bingung dan awkward kalo disuruh lipsing. Lebih dari itu, karir bermusiknya nggak berhenti di stage sebagai idol.

Seo Eunkwang dan Lee Chang Sub lanjut sebagai aktor musikal. Which means, mereka wajib bisa nyanyi dengan teknik yang berbeda dengan panggung pada umumnya.
Lee Chang Sub mendirikan akademi musik untuk mewadahi bakat anak-anak.
Lim Hyun Sik dan Lee Min Hyuk nulis ratusan lagu baik untuk grupnya maupun grup lain.
Peniel dan Sungjae merambah ke dunia peran.

Komplit semuanya mau eksplorasi banyak hal. Bahkan Lim Hyun Sik saking seriusnya belajar musik sampai kuliah S2. Salah satu yang juga memberiku motivasi: aku harus meniru hal yang baik dari idolku enih :'))

Diluar itu, sebagai manusia pun aku rasa mereka menunjukkan sisi terbaiknya. Terutama leader Seo Eunkwang yang ramah, mudah mengakui kesalahan, nggak jaim. Huhu so in love. 

Trus bukti kecintaanku apa?


YHAAA memberikan nafkah kepada para oppa inilah. LOL. Membeli albumnya, merchandise-nya, support vote. Nge-hype karyanya. Mau nyamperin pun dijabanin. Sayang malah kena scam :P meski begitu ternyata rasa cinta itu masih ada.

Semogaa dengan besarnya rasa cinta ini bisa menuntunku untuk bertemu mereka semua full team <3

Love is Book (s)


Branding aku dan buku ini udah melekat erat. Sampai temenku kalau tanya rekomendasi buku, ke aku. Ngelihat konten perbukuan, share ke aku :))


Aku masih inget jelas kapan pertama kali jatuh cinta sama buku dan kegiatan membaca. Waktu aku SD, buku Serenade Biru Dinda-nya Asma Nadia. Novel pertemanan anak orang kaya dan anak orang miskin ini begitu membekas di aku. 

Di tahun-tahun berikutnya, dari zaman sekolah sampai kuliah aku rajin untuk ke perpustakaan. Buat apalagi kalau bukan pinjem buku gratis?

Sampai di usia sekarang aku masih suka baca buku. Di laptopku ada stiker tiada teman paling setia selain buku. Dan apa anggapan orang?
"Masih ada ya yang baca buku?"
"Masih ada ya yang ke perpustakaan?"

ADAA! Akulah orangnya. Dari buku, aku bisa dapet banyak hal. Terutama hiburan, berhubung bacaanku mayoritas fiksi. Jangan salah loh, buku fiksi pun ada ilmu yang kudapatkan. Misalnya belakangan aku menyelesaikan buku tentang imigran. Aku jadi tau kendala yang sering mereka hadapi: rasisme, visa, asuransi kesehatan, dilema tinggal di negara orang.

Hal ini bikin aku lebih simpatik dan empati. Memang ditengah kesibukan ini aku nggak setiap hari baca. Kadang cuma di akhir pekan atau libur. Kadang sehari cuma 30 menit. Yang pasti, sampai sekarang aku masih rutin untuk baca dan beli buku.


Jadi, kecintaannya sama beli atau baca nih?

Now I can proudly say: BACA. Beneran loh. Sebulan kemarin aku nggak beli buku sama sekali. 
Aku aktif update perbukuan meski cuma di instagram story. Punya akun khusus bebukuan. Kurang kecintaan apalagi, coba?

Love is Blue


Kalau tadi udah berupa orang dan beda, kali ini berupa hal abstrak. Warna biru! Warna langit! Nggak pernah berubah dari dulu sampai sekarang.

Lucunya, grup BTOB itu identik dengan warna biru :)) kampus yang insyaAllah akan aku jadikan tempat menimba ilmu 17 bulan kedepan juga identitas biru. Gak terhitung banyaknya benda warna biru yang aku punya: mukena, laptop, tumblr, notes. 

Dalam membeli barang aku pasti cari dulu utamanya yang warna biru. Nggak ada warna biru? Baru beralih ke warna lain.

Buatku, warna biru itu menenangkan. Ramah di pandangan mata. Mudah ditemukan, tinggal menengadah keatas dan, voila! Warna biru memayungi. Kecuali kalau berada di dalam ruangan yah.

Feed instagram pun biru~

Warna birunya langit menandakan betapa bersihnya lingkungan. Semakin berwarna abu, semakin tercemar.
Warna birunya laut memberikan ketenangan. 
Intinya: I love everything about blue. Kecuali feeling blue :P ((yang tau-tau ajah)).

***

Sebenarnya masih banyaaak hal-hal yang aku cintai. Tapiii sementara 3 ini dulu yah. Hahaha. Ada nggak kecintaan yang sama kayak kecintaanmu?
It's been soooo long nulis tentang k-drama. Is my life that busy? Nggak juga sih. Aku hanya mengalihkan kesukaan ke fangirling. Haha. Ditambah kemungkinan bahwa memang hari-hari ini focus span memendek. Alhasil nonton berjam-jam nggak bisa konsentrasi.

But, no more! (semoga).
Dengan langganan OTT baru lagi akhirnya memutuskan buat ikutan yang lagi tren. Bahkan bela-belain nonton meskipun waktu itu masih on-going. Kayaknya terakhir nonton sesuatu on going tuh udah bertahun lalu, deh.

And, what's the title of the drama? Ya udah kebaca dari judul postingan sih: Resident Playbook. 


Seri ini merupakan spin off dari Hospital Playlist. Drama genre slice of life yang duluan udah tayang sampe 2 season. Jujur, bahkan Hospital Playlist pun aku nggak nonton sampai selesai. Seingetku sih karena bosen ceritanya terlalu datar.

Lalu, apa yang membuat Resident Playbook ini menarik untuk ditonton?

1. Jumlah episodenya sedikit

In this economy? 12 episode? Termasuknya ngga banyak ya. Bagi aku si pekerja sok sibuk ini sih best deal. Cukup meluangkan waktu 2 jam seminggu sebanyak 6 kali aja. Tiap episodenya kurang lebih 1 jam. Kecuali di episode pamungkas sampai 90 menitan.

Cocok buat kesabaran setipis tisu ini.

2. Akting pemainnya oke banget

....meskipun terbilang aktor baru! Bahkan pemeran Kim Sabi malahan baru aja debut di akting dramanya. Performanya? TOP! Karakter cold-hearted nerdy girl ini justru paling memikat buatku. Tipe manusia pintar dan rasional, minim empati bukan karena jahat tapi emang karena nggak terbiasa aja dan lebih sering mendengarkan logika daripada perasaan.

Gongnya si Sabi ada acting dancenya oemji suka banget <3

Nggak cuma dia sih. Tiga rekan lainnya yaitu Oh Yi Young, Pyo Nam Kyung dan Uhm Jae Il juga berhasil menampilkan karakter mereka dengan baik. Sampai di twitter pun seliweran meme bukan menjiwai tapi memang jiwanya. Saking dapetnya feel mereka saat acting.

3. Dinamika dengan rekan kerja mirip kenyataan

Ini baru kurasakan saat udah kerja beberapa tahun ternyata. Ada banyak scene yang bikin ngerasa, "Oooh...ternyata dinamika kerjanya juga mirip ya".

Contoh:
- Penerapan hierarki. Udah cukup sering sih bahwa hierarki ini penting di Korea. Liat aja sederhananya dari per-idol-an ada istilah sunbae-hubae. Kalau di drama ini hierarkinya dengan title kedokteran. Ada gyusu (profesor), resident, intern. 

Siapapun yang terletak di pyramid bawah itulah yang bakal sering diomelin dan banyak kerjaan (teknis)-nya :P

- Sikut menyikut buat "naik pangkat" ataupun hanya demi keuntungan pribadi. Ouch. That was familiar.

- Banyak melakukan kesalahan di awal bekerja. Nggak bisa dihindarkan sih. Yang paling kasihan dan respect tuh sama Uhm Jae Il. Dia tetep semangat dan mau memperbaiki diri ketika melakukan kesalahan. Seniornya juga mau menegur. Jae Il-nya nggak baperan. No hard feeling. The dynamic was sooo good!

Dan masih banyak lainnya yang ketika ditonton tuh relate banget.

4. Totalitas! Paling terkejut dengan adanya boyband imajiner

Ceritanya si Jae Il ini kan mantan anggota boyband yang banting setir jadi dokter. Nah siapa sangka penonton beneran dikasih perform dance-nya? Sampe ada MV-nya? Sampe ngedance beneran bikin grup sama TXT? Perform di music show?


Sungguhlah ini bagian terfavoritku! Lagunya pun masuk playlist belakangan ini. Aseli ini totalitas banget. Amat sangat memanjakan jiwa fangirl-ku ini so lafff T_T

5. OST-nya oke punya

Satu lagi yang kusuka dari drama Korea: totalitasnya. Beneran menyeluruh dipikirin. Soundtrack-nya pun cocok banget sama scene yang ada di drama. Nama-nama yang nyanyiin? Khan maen. 


Semua yang emang vokalnya nggak perlu diragukan: D.O, DK, Minnie, Winter, Yujin. Dahlah tepuk tangan sama production crew-nya.

6. Nggak ada tokoh jahat kriminal

Nyebelin sih ada ya. Namanya juga tempat kerja. Wajar kalau ketemu sama macem-macem manusia. Disini pun ada. Orang yang mencurangi orang lain demi keuntungannya sendiri. Hamdalahnya bukan sampe kriminal gitu. Dan dikasih balesannya pula di akhir episode. Jadi nggak mengganjal hahaha.

7. Banyak suasana haru yang jarang ter-capture 

Namanya juga slice of life ya. Di rumah sakit pula settingnya. Banyak scene yang keliatannya sederhana padahal itu berarti. Ketika Yi Young yang dokter pun masih punya rasa takut buat melakukan tindakan operasi, menjahit. Ketika Nam Kyung nangis, pasiennya meninggal dunia. Tapi di sisi lain masih harus menjalankan profesionalismenya dan nggak bisa nangis lama-lama.

That was....beautiful, I think? Membuat penonton sadar bahwa emosi manusia sangat beragam dan penting buat mengenalinya :')

8. Munculnya cameo dari pemain Hospital Playlist

Paling banyak ditunggu penggemar. Siapa nungguin Lee Ikjun? Jang Gyeoul? Naah kerinduan para fans Hospital Playlist sedikit terbayarkan disini. Mereka ikut muncul sebagai cameo.


Yang bisa kutebak sih cuma ketika Uhm Jae Il bilang tentang first love-nya adalah cewek cuek yang suka makan tokpokki pedes. Pasti Gyeoul :)) dan beneran. Lagi-lagi production crew-nya beneran mendengarkan suara hati ((rakyat)) kdrama. Haha.

***

Cukup banyak yah ternyata alasan nonton Resident Playbook. Udah tamat pun nggak mengecewakan endingnya. Fair enough. Penonton malah pada minta Season 2. Kenapa sih, pada suka banget melanjutkan apa yang harusnya udah usai? Eaaa...

Ada romance-nya? Ada kok. Tipis-tipis yang berhasil menggetarkan hati. Hahaha. Tipe slow burn dan kek flirting gemeccc.

Kamu udah nonton belum nih Resident Playbook? Suka nggak?
Pengalaman pertama daftar beasiswa S2. Lumayan panjang perjalanannya. Biar selalu ingat betapa darderdornya menjalani proses ini.

Pengalaman Lolos Beasiswa Koica - Yonsei 2025
Cerah seperti masa depanku *AMIN*

Pertanyaan dasar: beasiswa apakah ini?

Beasiswa yang aku daftar ini didanai oleh KOICA (Korea International Cooperation Agency). Ini tuh lembaga pemerintah Korea Selatan yang bertanggung jawab untuk mengimplementasikan program bantuan pembangunan dan kerjasama teknis ke negara-negara berkembang ((kata Google)).

Aku tahu beasiswa ini ketika ikut bootcamp. 


Tertarik karena persyaratan awalnya bisa dibilang sederhana. Benefit yang bikin aku nyantol tuh: dapet akomodasi. Tau sendiri kan nyari rumah di luar negeri tuh nggak gampang. Beda sama di Indonesia yang masih jarang menerapkan sistem deposit. Umumnya nominal deposit itu besar untuk ukuran jelata, apalagi di-kurs-kan.

KOICA udah bekerja sama dengan beberapa universitas dan jurusan untuk menerima mahasiswa. Artinya applicant cuma bisa daftar di universitas yang disediakan. Adapun tahun ini, listnya sebagai berikut:


Beasiswa ini segmented banget, karena persyaratan utamanya adalah harus government officer (PNS). Kementerian Sekretariat Negara sebagai focal point akan blast info ini ke semua Kementerian/Lembaga. Pantengin aja awal tahun. Bisa jadi universitas dan jurusan tahun ini beda dengan tahun depan. Selengkapnya bisa main ke website KOICA (https://koica.go.kr/)

Timeline perjalanan daftar beasiswa KOICA


Berhubung aku termasuk satu dari sekian applicant yang ikut sampe tahap terakhir, aku sharing ya tahapannya.

1. Minta rekomendasi ke PPSDM K/L - akhir Desember 2024

Entah di instansi lain sebutannya apa. Intinya yang bertugas untuk mengurus pelatihan dan pendidikan lanjutan pegawai. Aku udah ajukan dari tahun 2024. Dari Setneg sudah jelas kapan batas waktu terakhir mengumpulkan. Rajin aja untuk cek dateline biar ngga kelewat.

2. Submit di website Setneg - awal Januari 2025

Setelah dapet rekomendasi, upload ke website Setneg agar Setneg bisa nerbitin endorsement yang akan dikirimkan ke KOICA (dalam hal ini lewat kedubes Korea Selatan). Dokumen yang diupload diantaranya:
a. Surat Rekomendasi dari Instansi Tempat Bekerja
b. CV Akademik (dalam bahasa Inggris)
c. Sertifikat profisiensi bahasa Inggris (bisa TOEFL/IELTS. Aku pakai IELTS)
d. Ijazah terakhir (dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris)
e. Form pendaftaran dari KOICA
f. Scan paspor

Setelah upload aku dapet revisi ternyata.
"Terdapat ketidaksesuai antara jurusan dan penandatangan ijazah. Mohon upload ulang ijazah asli dan terjemahan bahasa inggris yang telah sesuai dengan ijazah asli."

Aku cuma upload versi bahasa Inggris. Baru awal udah ketar ketir aja nih. Mana waktu itu kepotong libur nataru. Grusa-grusu banget rasanya :)) Alhamdulillah respon Setneg tergolong cepet. Malahan emailku dibalas dini hari. Luar biasa~~

Endorsement-nya nggak dikirim ke pendaftar. Belakangan aku baru tau, yang daftar lebih dari 50 orang. 

3. Submit google form dan email ke KOICA - 7 Januari 2025

Dokumen yang diupload: KOICA Application Form, scan paspor, dan email konfirmasi endorsement Kementerian Sekretariat Negara. Aku tuh baru sadar ya kalau namaku di KTP dan di paspor beda. Ada karakter yang nggak dianggap di dunia internasional. Alhasil aku ngulang lagi ngisi application form dengan dagdigdug saking nggak bacanya :(

Pelajaran banget untuk selalu TELITI dan JANGAN BACA CEPAT perihal persyaratan. Cukup baca novel aja yang speed reader. Baca instruksi harus ditelaah.

4. First Interview - 31 Januari 2025

Empat minggu menunggu, akhirnya dapet kabar baik. Tersisa 7 orang yang lanjut untuk interview dengan KOICA. Btw grup interviewnya spesifik dengan jurusan yang dipilih. Jadi 7 orang ini memang yang daftar Yonsei.


Interviewnya CEPET BANGET. Ada 2 pertanyaan yang diajukan, semua jawab bergiliran. Pertanyaan pertama urut abjad awal. Kedua dijawab kebalik urutannya. 

Pertanyaan pertama: how the major you chose aligned with your work?
Pertanyaan kedua: can you please share project about the issue you write?

Menurutku kuncinya disini bukan jawab sepanjang dan detail mungkin. Justru se-efektif mungkin dan to the point. Nggak perlu ngalor ngidul panjang kali lebar. Bisa nyontek jawaban peserta lain? Enggak samsek buatku. Malah ga dengerin jawaban yang lain, fokus ke nenangin diri dan merumuskan jawaban di kepala.

Wawancara 7 orang, selesai hanya dalam 30 menit. Bayangkan secepat apa tuh.

Dapet rumor waktu wawancara untuk kampus SNU ada yang mengundurkan diri ditempat saking gugupnya :') 

5. Pengumuman Lolos ke University Round - 18 Februari 2025

Hamdalah tahap 1 lolos :') tahap ini tuh masih awal banget. Dokumen yang diperlukan juga masih nggak sebanyak di round 2. Dari Indonesia yang tersisa 4 orang. 2 dari kantorku dan 2 dari Kemenkes. Lemes banget rasanya sih pas nerima email Congratulations. Aku baca pas dikantor. Langsung chat temenku yang selama ini ngurus bareng eh ternyata beda nasib.

Saking senengnya aku udah syukuran duluan T_T kaya butuh didoain banyak orang gitu loh biar bisa lolos. Hiks.

 6. Submit dokumen di website Yonsei - 21 Februari s.d 4 Maret 2025

Nah di tahapan ini dokumennya lebih banyak lagi yang harus disubmit. Termasuk didalamnya apostille dokumen. Sebenarnya apostille ini murah, TAPI websitenya suka bikin dagdigdug. Akhirnya aku pake jasa ajalah. Harganya emang berkali lipat dari PNBP. Tapi yaudah anggep aja beban mental ini berkurang.

Pake jasa pun sebenernya bukan lebih cepet ya. Hanya aja aku bisa terima jadi. Nggak perlu mikir juga kudu ijin atasan buat ngambil dokumen aslinya di kantor AHU.

Selain itu buat jaga-jaga aku juga email ke pihak kampus kalau-kalau melebihi dateline. Alhamdulillah pihak kampus memaklumi. Bisa disusulkan kalau memang nantinya telat. 

Pelajaran: komunikasikan semua sejelas mungkin. Daripada menduga-duga mending konfirmasi ke pihak terkait aja.


Sampai di titik ini aku terus merasa amaze, 
"Ini beneran aku apply di website Yonsei?"
Ngisinya sambil buka google translate biar ga salah.

7. Medical Check Up - 9 April

Berlanjut ke pemeriksaan kesehatan. Di bagian ini lumayan berasa menguras kantong. Sebab parameter cek kesehatannya banyak dan ada yang pricey yaitu cek TB. Untuk rumah sakitnya pun nggak semua punya reagen cek TB.

"Puskesmas bisa?" - tanya temenku dengan polosnya. 
Of course NO. Hasil pemeriksaan kesehatannya wajib dalam bahasa Inggris dan sudah ada form isiannya. Pilihan RS yang diberikan ada 2, Siloam Semanggi atau SOS Kuningan. Diluar itu bisa aja asalkan memenuhi syarat yang ditentukan tadi. 

Nah di bagian sini ternyata cukup melelahkan.
Kenapa? Karena ada tes urine. Sedangkan saat itu aku sedang haid. Jadi nggak boleh. Posisinya itu mepet Idul Fitri dah mau mudik. Akhirnya aku jadwalkan ulang setelah cuti bersama. Artinya aku harus balik Jakarta lebih awal dari tiket yang udah kubeli. Sad? Iyalah. Mana itu waktu kumpul keluarga kan. Tapi ya gimana namanya perjuangan harus komitmen *jiaakh.

Tes urine pertama aku udah make sure selesai dan boleh pulang? Jelas terdengar petugasnya bilang boleh. Ya aku pulang dong dari Jakarta ke Bogor. Nggak taunya ditelpon kalau hasilnya ga memuaskan. Kek monanges waktu itu. WHY OH WHY.

Mumpung masih ada waktu, diputuskan untuk ambil ulang. Kali ini lebih hati-hati. Entah berapa banyak itu air minum yang kutelan. Kayak menggelonggong diri sendiri saking banyaknya. Hamdalah untuk yang kedua kalinya udah oke dan dinyatakan FIT di form isiannya. Kayak, haaahhh lega banget. 

Selain mempengaruhi hasil seleksi, kan aku juga takut kalau beneran ada penyakit tertentu. Ternyata Allah masih kasih aku nikmat sehat :') sungguh priceless.

8. Essay Test - 2 April 

Another day another test. Di ujian ini agak membingungkan, aturannya berubah-ubah. Awalnya disuruh kerjain dalam 24 jam. Lalu diganti jadi 2 jam. Deg-degan ga tuh :)) Ada gilanya juga bisa-bisanya aku ngerjain sambil hangout di kafe T_T 

Lihat siapa satu-satunya yang bawa laptop

Alhamdulillahnya justru dapet insight dari situ untuk menjawab soalnya. Lumayan susah sih buatku, pertanyaannya lebih menjurus ke sistem kesehatan nasional. Dimana aku nggak banyak bersinggungan tentang itu. Bidangku lebih ke sistem pengawasan Obat dan Makanan. 

Meski begitu tetep kuusahakan selesai dan se-to the point mungkin. Sekitar 15 menit sebelum waktu habis, aku proofread dan berhasil mengumpulkan jawaban sebelum batas waktu yang ditentukan. Fiiuhh!

Apa emang kek gini kehidupan dewasa tuh? Juggling satu hal dengan hal lain. Maunya sekali dayung dua tiga pulau terlampaui. Betapa beruntungnya aku tuh punya temen suportif kaya gini. Alhamdulillah...

9. Interview University Round - 9 April 2025

Last step banget! Test terakhir yaitu interview (lagi). Ini lazim digunakan juga nggak hanya universitas di Korea ya. Beberapa kayak dari New Zealand dan Australia juga memasukkan interview didalam rentetan ujiannya.

Masih dengan kultur ppali-ppali. Kami dikasih jadwal interview dan kelihatan 15 menit perorang. Kilat nggak tuh?

Dari malem aku udah latihan sama temenku untuk role play demi meyakinkan. Pertanyaannya tuh banyak ya kalau cari di Google. Mana aku juga masuk grup GKS kan, udah ada beberapa univ yang melaksanakan interview. Dapet gambaran nantinya akan ditanya apa.

Kami dikasih kesempatan masuk ruang tunggu dulu sebelum ke ruang interview sesungguhnya. Rasanya mules dan dagdigdug banget. Rencana pakai headset gagal karena malah suaranya nggak masuk. Yaudahlah pasrah ga pake.

Resikonya apa? Ya, ngga kedengeran jelas pertanyaannya :")))


Pas masuk di ruang interview udah ada 3 profesor yang menunggu. 1 laki-laki dan 2 perempuan. Yang memimpin adalah Prof H. Ramaaah banget suaranya tuh kebapakan. Tau Prof Ryu di Resident Playbook? Nah, mirip beliau tuh.

Waktu disapa, aku memberanikan diri ngomong Anyeonghaseyo.
"You can speak Korea?"
"Ne, chukkuman issoyo (bisa dikit-dikit)"

Malah ditanyain gimana apa wawancaranya lanjut pake bahasa Korea aja? I said no dengan muka melas. LOL. Hamdalah lanjut pake bahasa Inggris. Nggak nyangka sama sekali ya dulu waktu pelatihan rasanya gagap banget eh ini bisa aja casciscus. Emang kudu latihan dan dipaksa.

Pertanyaannya apa aja?
- work experience
- penelitian sebelumnya
- udah kerjasama dengan stakeholder mana aja (karena aku mention bagian Informasi Komunikasi)
- plan to contribute
- kalau kepilih diantara banyak applicant dari Indonesia, apakah akan feeling guilty?

I think I answer the last question wisely? Unexpected banget tapi ya okelah. Aku jawabnya NO because we're in a fair competition. Dengan salah satu keterima bukan berarti lebih baik dari lainnya. Masih ada juga banyak beasiswa diluar sana untuk dicoba.

To be honest ini pun setelah banyak interaksi dengan sesama scholarship hunter. Dapet insight biar terus semangat mencoba dan positif thinking tanpa harus menimbulkan rendah diri.

10. Pengumuman University Round

Paling dagdigdug sedunia. Udah melewati semuanya, saatnya menunggu (lagi). Nungguin sendiri masih mending, ini ditambah dengan berondongan orang-orang kantor dan sekeliling yang nanyain,
"Kapan pengumuman?"
"Kapan berangkat?"
Sungguh menambah pressure. Hahaha. 

Mana di wawancara terakhir nggak dikasih tau kapan pengumumannya. Nggak kepikiran juga untuk nanya saking dibatesin durasinya.

Ada desas-desus kampus SNU bakal pengumuman di 22 Mei. Ya sudah aku jadikan aja patokan itu sambil banyakin doa.

Ternyata...

Senin 19 Mei 
Kakak tingkat yang jadi ((narsum))-ku selama ini tanya gimana hasilnya. Kujawab lah belum dapet pengumuman nih. 
"Oh, mungkin hari ini"

Kutunggu...kutunggu...
Nunggu sendirian di kantor MPP yang dingin itu.
13.20 WIB dapat whatsapp.

Kaget dan bersyukur. Gemeteran. Langsung konfirmasi ke kating lagi bener ga itu nomer staf KOICA. Alhamdulillahnya bener. Nangis T_T pengen meluk orang tapi lagi sendiri banget jaga layanan. Rasanya tuh....aneh :))

Langsung ngabarin orang-orang terdekatku. Semua mendoakan dan kasih selamat. So so happy dan kayak mimpi. Like, is it real? Duh if it is a dream I don't want to wake up :")) Alhamdulillah MasyaAllah Tabarakallah. Allah Maha Baik.

Selasa 20 Mei 
Ucapan selamat juga dikirimkan lewat email oleh pihak kampus. 


Pas banget momennya dengan Hari Kebangkitan Nasional. Semangatnya tuh sangattt membara dapet email ini. Kayak spongebob pas bilang, "Aku siap! Aku siap!"

So, what's next?

Banyak hal yang harus diurus. Terutama dokumen izin tugas belajar, exit permit, paspor dinas, dan tentunya visa. Alhamdulillah dengan semangat baru, akan tetap dijalani meski kerjaan juga nggak bisa ditinggal.

I know this journey is still a looooong way. Nevertheless, I'm beyond grateful given this opportunity. During the application process, I reflected a lot. Doubting myself. Asking myself why am I even doing this while everyone stay seated at their own comfort zone (I know I kind of judging people. Sorry). 

In this post I would also like to thank: my mom for her endless support. Mantemancu yang selalu kasih doa dan penyemangat. My supervisor & office: betapa smoothnya memproses dokumen izin tugas belajar. Agak terhura :') staf dan dosen kampus Undip yang kuminta tolong untuk bikin surat rekomendasi. I owe it to you all guys <3333

To end this already long post: Bismillah, Korea I'm coming!
Ternyata manusia yang ambil ujian demi ujian, sekarang adalah aku. Ini adalah ujian profisiensi bahasa kedua yang pernah kuambil setelah IELTS.

Pengalaman Ujian TOPIK I di Jakarta Indonesia Korean School


Bagi yang belum familiar dengan TOPIK, kepanjangannya adalah Test of Proficiency in Korean. Ada 2 jenis yaitu TOPIK I dan TOPIK II. Tentunya beberapa perbedaan juga.

TOPIK I
- Terdiri dari 2 level yaitu level 1 dan level 2
- Kemampuan yang diujikan 2: membaca (reading/읽기) dan mendengarkan (listening/듣기)
- Biaya sebesar Rp 300.000

TOPIK II
- Terdiri dari 4 level yaitu level 3 hingga level 6
- Kemampuan yang diujikan 3: membaca (reading/읽기) mendengarkan (listening/듣기) serta menulis (writing/쓰기)
- Biaya sebesar Rp 450.000

Meski biayanya jauuh lebih murah dari IELTS, ada beberapa kekurangannya. Pertama, waktu terbatas. IELTS kan bisa banyak pilihan waktu. Bahkan di UI itu hampir tiap minggu. Nah kalau TOPIK setahun cuma 2 kali. Itu pun di kota tertentu aja. Yang aku tau Jakarta, Jogja, Bandung, kemudian baru-baru ini ada Bali dan Surabaya. 

Kedua, ada kuotanya di tiap kota sebesar 400 per tingkat. Untuk TOPIK I aku coba daftar nggak secepat itu habis. Tapi kalau untuk TOPIK II katanya lumayan kayak nge-war tiket konser. Kenapa? Salah satunya sih ((katanya)) bagi siswa/i Korea yang tinggal di Indonesia, lulus TOPIK II itu juga termasuk salah satu syarat wisuda.

Nah berhubung aku tinggal di Bogor, tentu yang terdekat ya Jakarta dong. Lokasi test-nya ada di JIKS (Jakarta Indonesia Korean School). Gimana tahapan daftarnya?

1. Daftar di website masing-masing penyedia

Apa maksudnya? Jadi di tiap kota tuh penyedia layanannya beda. Kalau di Jakarta ada JIKS, di Jogja dibawah naungan UGM, dan di Bandung itu UPI. Lainnya aku nggak tau.

Artinya kalau mau ambil ujian di Jakarta ya war-nya di website TOPIK JIKS (https://topik.jiks.com/ina/). Ujian jadwal 11 Mei, daftarnya dari 24 Februari. Lumayan jauh ya jaraknya? Bisalah untuk persiapan sekalian.


Di web akan diminta isi data diri sesuai identitas (KTP/Paspor). Upload foto (ukuran udah ditentukan, lupa pasnya berapa). Diwanti-wanti buat pake foto terbaru. Isi alasan ikut ujian. Habis itu bayar.

Di bagian bayarnya ini agak membingungkan. Pendaftar ga dapet notifikasi apa-apa. Baik whatsapp maupun email. Bayarnya pun bukan virtual account. Manual transfer ke akun gitu. Dan denger-denger verifikasinya pun manual. Makanya ga dapet bukti konfirmasi saat itu juga.

Sempet agak panik, aku memutuskan chat guru les-ku dan katanya udah berhasil. Tunggu aja.

2. Cetak kartu ujian

Aku lupa sekitar seminggu atau dua minggu sebelum ujian, kartu udah bisa dicetak. Mandiri. Nggak ada ketentuan harus ukuran berapa, aku print di A4. Di kartu ujian ada nomor registrasi, foto, peraturan, dan ruang ujiannya.

Udah tinggal nunggu hari H aja!
Perlu survei sebelum ujian? Enggak sih. Gampang banget ditemukan kok lokasi dan ruangannya.

***

Selanjutnya ini khusus untuk TOPIK di JIKS ya. Kalau tempat lain kurang tau. Dalam sehari langsung TOPIK I dan TOPIK II. Beda jam aja. 

TOPIK I
Batas masuk ruangan 09.10 WIB
Ujian dimulai 09.40 WIB
Ujian selesai 11.20 WIB

TOPIK II
Batas masuk ruangan 12.20 WIB (listening dan writing)
Ujian dimulai 12.50 WIB
Ujian selesai 14.40 WIB

Batas masuk 15.00 WIB (reading)
Ujian dimulai 15.10 WIB
Selesai 16.20 WIB

Dari awal udah diwanti-wanti sama guruku buat dateng 30 menit sebelumnya kalo bisa. Aku sampai sekitar 08.30 udah disuruh masuk satpamnya. Prosesnya cukup smooth. Di gate awal kasih tunjuk kartu ujian ke satpam. Lalu ke meja registrasi nunjukin kartu ujian dan KTP. Masuk deh sesuai ruangan. Di sepanjang jalan ada ((panitia)) yang bisa ditanya-tanya. Semua ramah!

Sebelum masuk kelas, ini kan literally sekolah yang digunakan KBM sehari-hari ya. Didepan kelas tuh ada rak sepatu. Ada peserta yang ngira harus dilepas. Langsung dikasih tau panitia, "Pake aja sepatunya". Untung aku belum ngikutin jejaknya. Lol.


Kendalaku adalah....kelasnya dingin buanget! Ampe menggigil gitu mana aku pake baju agak tipis. Huft. 

Mejanya udah ditempel sesuai identitas peserta yhaa

Sekitar jam 9an masuk tuh 2 pengawasnya. Mereka jelasin peraturan ini itu campur bahasanya: Korea, Indonesia dan Inggris.

Intinya sih:

1. Semua peralatan elektronik wajib dikumpulkan. Ada tas khusus yang mereka sediakan. Apa aja alat elektronik? Handphone, tablet, smartwatch, wireless headset. Powerbank, charger dan headset kabel nggak perlu.

Berhubung aku bawa e-reader, aku kumpulin juga. Daripada kenapa-napa kan. Habisnya dikasih tau kalo ketahuan random check di tas masih ada bakal dianggap cheating. Dan dibanned sampe 2 tahun ga boleh ambil TOPIK. Aku berulang kali cek ricek siapa tau ada elektronik lain yang masuk.


2. Taruh tas didepan.

3. Yang ada diatas meja hanya KTP dan correction tape. Nah yang kedua ini aku juga udah dikasih tau sama guruku. Akhirnya sih ga kepake ya aku kepedean aja jawab. Panitia sediakan correction tape TAPI bukan dikasih satu-persatu. Bagi yang ga bawa, ketika ngerjain dan butuh langsung angkat tangan aja.


Alat tulis nggak perlu. Mereka kasih pulpen khusus limited edition buat TOPIK :P ada 2 sisinya kayak ini. Sisi tipis buat nulis. Sisi tebal macem spidol buat lingkarin jawaban.

Boleh dibawa pulang pulpennya

4. Tulis identitas di lembar jawaban. Ini mirip kayak LJK dulu. Harus dilingkari tiap jawaban. TOPIK ini tipe jawabannya 1, 2, 3, 4 ya bukan a, b, c, d, e kayak di Indonesia. Lainnya sama aja sih. Nama, nomor registrasi, tipe soal (ganjil-genap) sesuai 3 angka terakhir nomor registrasi. Aku 143 jadi yang kulingkari "Odd Number". 

Jangan khawatir salah, pengawasnya keliling dulu buat memastikan semua isi identitas dengan benar.

Udah? Mulai deh dengan musik pembuka.

Ujian pertamanya adalah listening. Ini tuh ga pake headphone masing-masing ya kaya IELTS. ((Dikumandangkan)) lewat speaker ruangan. Cukup jelas sih buatku. Ngga ada gangguan samsek. Penuturnya masih terbilang pelan waktu ngomong. Tiap soal diulang dua kali.

Selama ujian harus urut dan barengan ya. Listening dulu baru kemudian reading. 30 soal listening dan 40 soal reading. Menurutku tipe soalnya sama aja kayak tahun sebelumnya. Cumaa...ya tergantung sama hafalan vocab dan grammar :)))) vocab ni penting banget waktu listening. Pas reading penting di grammar. Terutama 10 nomor terakhir yang puuuanjang banget bacaannya.

Mau nanges. LOL.

10 menit dan 5 menit sebelum waktu habis dikasih reminder. Jujur agak panik aku tuh. Entahlah hasilnya kek mana itu 10 soal reading terakhir.

Diambil dari website UPI, batas penilaiannya kayak gini.


Terakhir aku tryout dapet di angka 160an. Semoga aja hasilnya nggak beda jauh di ujian beneran ini :')))

Syudah kelar akhirnya lega. Rame banget pas keluar tuh kan giliran peserta yang TOPIK II. Muacet total dan chaos satpam teriak sana sini. 

Bagi yang naik transum pake KRL kayak aku, stasiun terdekatnya adalah Tanjung Barat. Ini arah Bogor ya. Misal ke arah Jakarta atau Bekasi kayaknya sih bisa di Cawang buat pilih KRL atau LRT. Udah kubandingin jaraknya lebih deket ke Tanjung Barat. Walaupun deket itu makan 20 menitan sih.

Akhirnya~

Selesai sudah ujiannya. Ditandai dengan musik penutup. Pengumuman 6 minggu setelah tanggal ujian. Semoga aja hasilnya memuaskan :")) jujur aku kurang fokus belajar dibanding IELTS kemarin sih. Mungkin karena sebenernya ini bukan kewajiban. Lebih ke kepo aja. Trus biayanya juga masih kejangkau. Malah awalnya mau batalin aja apa ya. Habisan ujiannya pas long weekend banget nihhh *cry.

Alhamdulillah tekadku masih kuat. LOL. Doakan sajalah ya semoga hasilnya level 2 paling mentok ini :")) apakah akan lanjut TOPIK II? Kita lihat saja nanti~
Healing pertama di tahun ini. Agak dadakan mengingat hanya seminggu dari tanggal libur. Ceritanya, diajakan Sansan buat camping karena nggak ada rencana pulang atau kemana. Berhubung masih ada uang sisa THR, cuslah gaskeun. Ini juga pertama kalinya camping di kota sendiri (kabupaten sih).

Healing Sejenak di D'rajih Nature Camp Bogor

Yup, Bogor dikenal dengan wilayah pegunungan. Ada beberapa gunung disini, yang aku tahu diantaranya Gunung Salak dan Gunung Gede Pangrango. Meski begitu aku belum pernah eksplor lebih banyak wisata di Jawa Barat. Alasannya? Pengalaman ke curug kena pungli dan testimoni banyak orang lainnya. 


Kami pilih camping di wilayah Tajurhalang, Cijeruk. Gak ada alasan lain selain dipilihin aja sama si Sansan. Pernah sih sekali denger influencer yang camping disini, tapi beda tempat: Boja Farm. Cuma ngga tertarik karena sepertinya akses susah.

Ternyata di wilayah Tajurhalang banyak camping ground. Tinggal pilih yang cocok dengan budget kebutuhan.

D'rajih Nature Camp berada di ketinggian 890 mdpl. Perjalanan dari Cibinong dengan motor idealnya 1,5 jam. Realitanya tergantung jalur dan jam keberangkatan yang dipilih. Bisa naik angkutan umum? Sepertinya nggak. Untuk naik ke daerah Tajurhalangnya tuh kami nggak lihat angkot. Yang ada hanya sampai di kota.

Saat berangkat kami pilih jalur motor di maps. Dan, diarahkan kemana? Jalan alternatif. Yang seharusnya lewat Sukasari lalu Batutulis harus beralih ke jalan tikus literally masuk gang. Efek dari perbaikan jalan juga yang sebelumnya longsor. Kami diarahkan naik jembatan gantung yang lewatnya harus antri. Sungguh memacu adrenalin :)) aku sarankan download offline map dulu antisipasi nggak ada sinyal.

Ketika udah masuk daerah camping ground, sinyal mulai ilang-ilangan. Alhasil kami mengandalkan plang yang terpasang di beberapa titik. Sempat beberapa kali berhenti dan putar balik karena salah arah. But it's okay. Nggak sampe tersesat di hutan. Harus hati-hati semakin mendekati tujuan, jalanannya: jelek, berbatu, bukan aspal, kecil, berkelok, dan ada tanjakan yang curam banget. Alhamdulillahnya kami nggak kesana pas hujan. Jadi kering dan nggak licin.

Suasana D'rajih Nature Camp Bogor

Untuk booking kami online, yang pesan Sansan jadi aku terima jadi. Ada beberapa tipe yang ditawarkan oleh D'rajih Nature Camp. Sesuai dengan kapasitas dan jenis tenda. Dari tenda biasa, glamping, sampai campervan juga ada. Enaknya tuh disini udah sepaket dengan alat masak dan alat makan. Beda dengan dulu waktu aku camping di Waduk Sermo Kulonprogo. Untuk dapet printilannya harus nambah biaya lagi.


Meski booking di hari libur keagamaan ternyata kami dapet harga nomal. Bukan peak season. Kami pesan tipe Eklipta Medium Tent Camp's seharga Rp 600.000/malam. 

Fasilitas D'rajih Nature Camp

Fasilitas yang kami dapet:
Kasur
Matras Spoon 3
Voucher Breakfast 4
Folding Chair 3
Folding Table 1
Cooking Set
Grill Pan
Kompor Portable
Hicook Gas 2
Stop Kontak
Lampu Tenda
Selimut + Bantal
Alat Makan
Galon Le-Minerale 15L

Fasilitas lain yang bisa digunakan: 
- Toilet bersama (suka banget karena lumayan bersih dan terawat. Nggak gelap atau bau. Udah keramik dan ada pilihan wc duduk)
- Sumber listrik di belakang masing-masing tenda
- Mushola umum
- Kafe (nggak buka 24 jam sih)
- Keran di tiap tenda buat cuci bahan makanan/alat makan dan masak



Ukuran tendanya memang cukup gede buat berdua. Ditambah barang bawaan cukup sih 4 orang tapi bakal sesak. Kayaknya 3 orang maksimal. Itu menurutku si paling cari nyaman, sih.

And then, how was the experience?


Awalnya rada parno karena sebelumnya ada gempa cukup gede yang berpusat di Gunung Salak. Hamdalah selama camping nggak ada masalah. Ular? Lihat sekali aja ular hijau nyeberang jalan. Nggak masuk tenda. Kodok sempet deketin tenda. Ada kocheng. Suara yang keras banget tuh jangkrik....kayaknya. Nggak bisa deteksi itu suara apa. Hahaha. Lumayan kenceng apalagi pas tidur malem itu kayak dengerin alarm hp bunyi pas di telinga.

Pemandangannya buagus pol. City light plus deretan gunung (kayaknya sih Gede Pangrango). Cuma ada sedikit kabel yang mengurangi estetik pas foto. Penglihatan pake mata langsung sih jujur jauh lebih cakep dibanding kamera handphone.

City Light

Hari pertama kami sibuk aja di tenda masak memasak sambil ngobrol ngalor ngidul. Kusarankan sih bawa tikar 1 lagi biar nyaman nggak kena tanah. Oiya bawa lampu juga sih kalau bisa. Lampu yang dikasih kebetulan agak redup dan nggak tahan lama. Alhasil kami harus pakenya sambil ngecas.

Gas yang dikasih sempet bermasalah. Untungnya waktu kami komplain, petugas sigap buat ganti baru. Untuk koneksi internet jujurly busuq. Ilang tenggelam. Lebih sering tenggelamnya. Aku pakai Indosat dan XL sama aja. Dapet sih wifi. Tapi sama aja ilang-ilangan juga. Yaah, mungkin memang disuruh buat fokus healing aja.

Meskipun banyak yang ngecamp, surprisingly nggak berisik. Nggak ada tuh yang gitaran nyanyi-nyanyi semaleman. Kami pun bisa tidur nyenyak. 

Apakah dingin? Tergolong enggak ya. Dibanding dengan waktu di Rancaupas aku bolak balik balurin minyak kayu putih. Ini pake jaket aja udah cukup. Bahkan aku nggak perlu pakai kaos kaki untuk kakiku yang sensitif dingin.


Hari kedua, trekking tipis-tipis.


Sekitar 2 km dari D'rajih ada Curug Putri Pelangi. Dari review google sih biasa aja. Airnya agak berlumpur. But it's okay. Daripada nggak ada kegiatan kami tetep kesana naik motor. Sekitar jam 9 pagi. Ternyata udah ramee!

Tiket Masuk Curug Putri Pelangi Bogor

Eh sebelumnya kami sarapan dulu dong dengan voucher. Dikemas pake thinwall dan dianter ke tenda. Isinya nasi goreng sosis + telor ceplok 1. Aku nggak makan nasi gorengnya sih, cuma ambil telornya aja. Kata si Sansan agak hambar rasanya. Kelar sarapan, gasss!

Jalan menuju curugnya lumayan curam. Cocoklah buat leg day. Harus berhati-hati karena tangganya mulai rusak. Masih ada monyet juga jadi jaga barang bawaan bener-bener. Biayanya Rp 20.000/orang dewasa. Anak-anak dapet setengah harga. Nggak kena biaya parkir.

Curugnya tergolong kecil dan kolam (?) di sekitar jatuhnya air itu se-dada orang dewasa. Nggak deras sih. Trus ada 2 kolam, 1 buat dewasa 1 buat anak-anak. Karena ukurannya yang kecil ya berasa kemruyuk banget. LOL.


Disini kami lumayan lama buat ngeliatin orang aja. Nggak ada niatan nyebur saking malesnya buat bawa baju basah. Fasilitas yang ada cuma toilet. Penjual jajanan belum ada, entah terlalu pagi atau gimana. 


Pulang dari curug kami balik ke tenda buat....makan. Lumayan bikin laper perjalanannya. Sekalian nyicipin jajanan di kafe. Kami beli gorengan isinya mendoan dan tahu. Enak! Dapet saos dan sambel kecap pula.

Pas azan zuhur kami turun kembali ke Cibinong. Kali ini lewat BNR. Nggak mau lagi lewat jembatan shirotol mustaqim itu. Resikonya kena macet. Asli Bogor di weekend tuh macetnya nggak ketolong.

Sooo in the end kami cukup puas dengan camping dadakan ini. Akhirnya ada juga pengalaman ngecamp di Bogor :P paling keselnya sama perokok. Apalagi ini di outdoor ya. Di pikiran mereka tuh outdoor sama dengan bebas merokok. Sigh. Mana asepnya ngebul banget ngalahin kompor kayu jadul. Ada nggak sih camping ground bebas asap rokok? Penasaran, deh.