Tuesday, October 01, 2024

Ikut Bimbingan Study Abroad, Apakah Worth It?

Hola.

Ikut Bimbingan Study Abroad, Apakah Worth It?

Sejak lulus S1 gue udah bercita-cita untuk melanjutkan studi S2. Targetnya diluar Indonesia dan menggunakan beasiswa. Sebagai umbies, ada persyaratan tahun bekerja serta rekomendasi atasan sebagai persyaratannya. Sebenarnya instansi gue sangat terbuka dengan kesempatan ini. Bahkan setiap ada pembinaan dari esmelon, didorong untuk kuliah. Cuma ya begitu. Namanya udah kerja, suka ngga bisa fokus dan membagi waktu untuk mempersiapkan ini itu. 

Gue pribadi waktu itu ada pertimbangan lain. Yaitu karena ada persyaratan harus "mengabdi" di penempatan selama beberapa tahun. Sedangkan gue posisinya ngga mau lama-lama di penempatan sekarang. 

Namun setelah berpikir agak panjang dan jernih, gue memutuskan yaudah coba aja dulu. Takut kepentok umur nanti malah menyesal mengundur-undur pendaftaran. Tapi, mulai darimana?  

Sebagai orang awam yang ngga banyak koneksi, ga punya mentor, ternyata agak bingung kudu ngapain. Habis punya topik, nentuin univ tujuan, lalu apa? Daftar uni dulu atau beasiswa dulu? Disinilah gue menemukan jawabannya. 

Instansi gue mengadakan Scholarship Intensif Bootcamp yang ngebedah seputar study abroad. Bekerjasama dengan schoters, bootcamp ini diselenggarakan full 5 hari kerja. Senin-Jumat. Buat yang penasaran, isi bimbingan tuh kayak apa sih? Worth it ga? Sebagai orang yang nol besar langkah awalnya, gue bisa bilang worth it! Apalagi difasilitasi kantor. Sangat terbantu.

Biar ada gambaran bimbingan itu isinya apa, gue coba sharing ya. Selama 5 hari, menu yang kami dapatkan sebagai berikut:

1. Pretest dan post test IELTS. Dilanjutkan dengan pembahasan tiap sectionnya. Listening, reading, writing dan speaking.
2. Workshop penulisan CV Akademik dan Motivation Letter
3. Workshop beasiswa LPDP dan Penulisan Essay
4. Roleplay Simulasi Interview LPDP

Pertama, bahas tentang IELTS dulu


Kenapa IELTS? Disini memang didorong untuk keluar negeri. Dan, seperti yang kita tahu ya. IELTS atau TOEFL itu wajib bagi kita yang bukan penutur asli bahasa Inggris. Kedua test ini punya tipe soal berbeda. Tapi yang sering diminta di persyaratan adalah IELTS. Makanya kami diminta untuk pre test IELTS dulu. 

Gue pribadi belum pernah ambil IELTS yah. Klaimnya sih pre test ini punya 90% kemiripan dengan IELTS yang asli. Enaknya disini dibahas tips and trick menjawab soalnya. Soal IELTS udah punya pattern. Memang nggak semata-mata "bisa" bahasa Inggris lalu bakal dapet score yang bagus. Contohnya nih di soal listening ada yang diminta nulis kata yang dieja, ada soal map, dll. Nah itu dibedaaah semua. Gue hanya bisa mengangguk-angguk mendengarkan penjelasan tutornya. Baru tau, gaes!

Pembahasannya komprehensif banget. Lumayan ngebut karena ada 4 section sedangkan waktunya terbatas.

Kedua, workshop penulisan CV Akademik dan Motivation Letter


Apaan tuh? Kedua dokumen ini dibutuhkan untuk mendapatkan LoA dari kampus tujuan. Gue kira LoA tuh didapet dari hasil interview atau test gitu. Ternyata enggak. Eh tergantung juga sih dari univ, fakultas serta jurusan yang kita targetin. Pada umumnya memang dengan mengirimkan cv akademik serta motivation letter. 

Isi cv akademik agak beda dengan cv untuk melamar kerja. Disini kita bisa fokusin ke research atau publikasi yang pernah kita lakukan. Kemudian dihubungkan dengan jurusan studi yang akan kita ambil. Sedangkan motivation letter lebih menjelaskan tujuan studi kita.

Kenapa penting? Karena nggak semua orang bakal ambil studi yang linear dari kuliah sebelumnya ya. Bisa aja kuliah di teknologi pangan, tapi mau ambil S2-nya public health. Atau sebaliknya, kuliah S1 di kesehatan masyarakat tapi S2 mau ambil food science. Bisa? Bisa aja. Selama dalam motivation letter itu mendukung 1) alasan kita ambil jurusan itu, 2) "modal" awal kita untuk berkuliah disitu. 

Kayak gue misal mau ambil food safety. Padahal gue S1 kesehatan masyarakat. Nah bisa ambil aja beberapa mata kuliah yang berhubungan dengan food safety, yaitu gizi kesehatan masyarakat. Kemudian ditambah deh penjelasan tentang pengalaman kerja di instansi yang juga berkutat soal food safety. Pada intinya kita bisa menunjukkan bahwa kita tuh layak untuk berkuliah di tempat tersebut.

Harapannya dengan membaca cv serta motivation letter, kampus ((terketuk hatinya)) dan bisa memberikan LoA. Kenapa LoA penting? Ini berlanjut ke topik ketiga tentang LPDP.

Serba-serbi LPDP


I assume you reader know a bit about LPDP. Minimal tahu bahwa LPDP itu beasiswa dari pemerintah untuk ((rakyatnya)). Di LPDP secara garis besar ada 3 tahapan seleksi. Dimulai dari seleksi administrasi, skolastik, dan berakhir di wawancara. Tapiii, ada keuntungan bagi kamu yang udah punya LoA kampus. Apakah itu? Dari tahapan administrasi, bisa langsung wawancara! Mantap gak tuh? Iyalah. Skolastik tuh macem ujian cpns yang isinya TPA dkk itu loh gaes. Menghemat waktu dan energi banget kan.

Kenapa langsung ke LPDP?
Diantara sekian banyak beasiswa, kenapa fokusnya ke LPDP? Bagi umbies cocok banget dengan kewajiban mengabdi ke Indonesia. Mau apalagi kalau nggak memanfaatkan ilmu yang didapet untuk memajukan instansi, yang nantinya memajukan pelayanan publik di Indonesia? Inti dari beasiswa LPDP ini ada di essay berisi kontribusi. Ternyataa ada tips and tricknya juga gaes. Buatlah essay kontribusi itu yang sejalan dengan nilai-nilai LPDP. Apa aja itu? Salah satunya, kolaborasi. Lainnya? Banyak

Lagi-lagi memang dibutuhkan berpikir jernih untuk bisa menulis. Mau itu cv akademik, motivation letter maupun penulisan essay. Menurut gue, kalau alasan kuliah karena mau dapet pengalaman hidup diluar negeri sah-sah aja. Asalkan didalam tulisan nantinya bisa menemukan alasan yang lebih kuat dari itu. Tentunya juga terkait dengan studi yang akan kita ambil. Pengalaman bisa dibilang nomor 2 lah. Tanpa alasan yang jelas ini, kita akan terombang-ambing dan mengawang dengan target-target yang kita tentukan. 

Sebenarnya ngga akan sedetail ini yah kalau mau kuliah dengan biaya sendiri. Tapi ini kan ada pihak lain yang mau membiayai, disinilah kita harus bisa meyakinkan pemberi beasiswa bahwa kita tuh layak dan cocok dengan nilai yang mereka usung. Jadi, kalau kata para tutor, coba cari tau lebih dalam apa sih visi misi pemberi beasiswa. Dan tentukan dengan tujuan studi kita, align nggak sih dengan nilai mereka? Bisa jadi mereka ngga hanya mencari yang pintar, tapi yang cocok. Bukan jodoh doang yang cocok-cocokan. Daftar beasiswa juga ya ges ya!

Terakhir, latihan wawancara


Untuk beasiswa LPDP, wawancara pada intinya menjelaskan apa yang kita tulis. Makanya penting banget untuk konsisten. Apa yang kita tulis dan apa yang kita jelaskan nantinya. Jangan plin plan. Pewawancara akan terbagi jadi 3 yaitu psikolog, akademisi serta pihak LPDP. Kami diberi daftar list kemungkinan pertanyaan yang akan diajukan. Membantu banget sih untuk kita persiapkan jawabannya. Selama roleplay, kami udah panas dingin. Semoga dengan persiapan yang matang bisa bikin lebih rileks dan pede.

Gue bisa bilang seluruh rangkaian kegiatan ini amat sangat bermanfaat. Tinggal dipraktekkin dan daftar beasiswanya aja. 

Nilai plusnya lagi: setelah bootcamp masih ada les tambahan :))))))) Doakan yahh semoga bisa tercapai salah satu tujuan hidup ini. Yukk bisa yuuu~~

Post a Comment

Halo! Terimakasih sudah membaca. Setiap komentar masuk akan dimoderasi. Untuk komentar dengan anonim tidak akan saya balas, ya. Yuk biasakan menjadi diri sendiri di dunia maya!