Kalau pake itungan aktifnya idol kpop di ukuran tengah. Bukan rookie a.k.a newbie. Dibilang senior juga belum. Middle gitu deh. Pegawai loyal nggak sih ini itungannya? Jiakh.
Beberapa tahun belakangan ini instansi tempatku dapet banyak hujatan ujian. Mempertanyakan apa sih kerjaan kami. Malah dituduh nggak kerja. Jujur sedih sih dibilang gitu. Dari awal bergabung rasanya udah kerja keras. Bukan cuma aku, tapi keseluruhan tim di kantor ga ada yang keliatan gabut. Malah sering pulang lebih lama dari jamnya.
Nah, buat merayakan lima tahun bekerja ini, mau mengabadikan di blog ah.
Awal-awal jadi calon umbi bisa dibilang semangat membara.
AKU AKAN MENGABDI!
AKU AKAN MENJADI PEGAWAI TERBAIK!
Kemudian diserang pandemi. Lalu berlanjut dikasih kejutan berupa mutasi. Dibilang demotivasi iya, kecewa iya, susah move on iya. Baru setahun ini mencoba untuk menerima.
Okay, jadi apa sih sebenernya kerjaanku ini?
Aku adalah lulusan Sarjana Kesehatan Masyarakat. Dengan peminatan gizi kesehatan masyarakat. Kebanyakan lulusanku ini mengabdinya di Dinas Kesehatan. Aku termasuk minoritas yang melenceng dari jalan pada umumnya. Walaupun pada akhirnya di pekerjaan yang sekarang ini SELALU berkolaborasi sama Dinkes :))
Konsep instansiku ini adalah pengawas Obat dan Makanan. Obat dan Makanan ini dijabarkan lagi menjadi 5 komoditi. Obat, obat tradisional (sekarang berubah istilah jadi obat bahan alam), suplemen kesehatan, kosmetik, dan pangan olahan.
Pengawasannya dilakukan dengan 2 cara. Pre-market atau sebelum dipasarkan. Dengan cara melakukan audit sarana produksi bagi siapapun yang mau produksi ke-lima komoditi diatas. Setelah beredar, dilakukan pengawasan post-market, yang dikenal dengan sidak-sidak itu. Diluar sidak pun kami melakukan secara rutin. Hanya yang disetting untuk pemberitaan ya sidak itu.
Kegiatan di Pasar Cariu |
Nah selain pengawasan, kami juga ada fungsi memberikan edukasi ke masyarakat. Tentunya masih seputar Obat dan Makanan. Disinilah fokus pekerjaanku berada. Kurang lebih jadi promotor kesehatan bagi masyarakat.
Kegiatan rutinku itu:
1. Jadi mbak-mba customer service. Melayani konsultasi tatap langsung tentang gimana cara dapet izin edar. Sejauh mana prosesnya. Lewat kanal media lain pun dilayani, seperti Whatapp misalnya. Akulah manusia yang dipanggil mimin itu.
2. Melakukan edukasi ke masyarakat. Kadang ke sekolah, ke mahasiswa, ibu rumah tangga, pelaku usaha. Siapapun sih harapannya bisa teredukasi.
Edukasi jajanan aman ke guru SD |
Di kampus farmasi UI |
Itu yang rutin, ya. Yang lainnya? Yaa tentu saja ada. Konsep menjadi umbi ini palugada. Apa yang lu butuhkan, gue ada.
1. Kadang ikut periksa sarana
2. Jadi arsiparis
3. Pernah gabung tim food security buat ngecek keamanan pangan VVIP tiap kunjungan
4. Tim Kejadian Luar Biasa (KLB) Keamanan Pangan
Yaa begitulah. Berusaha mengerjakan yang ditugaskan. Harapannya sih ya sejalur dengan fungsional yang diberikan: Pengawas Farmasi dan Makanan (PFM). Cuma, hidup kan tidak se-ideal gitu. Tau-tau jadi arsiparis. Tau-tau jadi umbi. Eh emang umbi ini bukan mendadak.
***
Setahun sepuluh bulan penempatan di kota Solo. Wuih enak banget ya ges ya. Deket rumah. Apa aja ada. Murah. Ga kekurangan satu hal pun. Kurang bersyukur aja sih kayaknya. Ga pernah bermasalah sama rekan kerja atau atasan. Malah dapet temen ikrib disini.
Berusaha nyempetin main bareng walau udah beda kota |
Udah takdir kali ya si anak baru merantau ini disuruh merantau lebih jauh lagi. Pindah ke Bogor (kabupaten). Auto darderdor.
Menurutku si orang Jawa kalem lemah lembut ini, semuanya berubah menjadi ganas. Di tiga bulan awal kepindahan kerjaannya mau nangis aja tiap malem. Ketika pagi datang udah stress duluan. Baik kerjaannya, lingkungannya maupun rekan kerjanya. Kalo diinget sekarang sih terharu. Ternyata bisa melewati itu semua...
Emang apa sih yang bikin berat? Secara kultur semuanya kerasa kudu cepet-cepet. Demanding. Jumlah pasien dan sarana banyak. Ah, nikmat sekali. Dari awal di Bogor udah berjanji ngga akan disini selamanya. Hahahaa..masa depan siapa yang tau?
Ngomong-ngomong soal instansiii...aku berbagi kebaikannya aja ya. Haha. Katanya kan jangan meludahi sumur dimana kamu minum airnya. Siapa tauuu ada nih yang kepo gimana sih kultur kerja di instansiku ini.
1. Science-based BANGET!
Asli. Case di jabatan PFM ya. Buanyak banget pelatihan untuk kami yang omai omaigad kalo ngikutin tuh berasa kuliah lagi. Narasumbernya juga sering dari perguruan tinggi. Dari organisasi diluar negeri? Banyak. WHO, PMDA, etc.
Ada dua sisi sih. Satunya bersyukur bisa nambah keilmuan. Satunya puyeng ini teh bahas apa. Apalagi ketika udah merepet bahas farmakologi, obat-obatan, hal yang berbau farmasi. Auto merasa salah jurusan. Apa kudu kuliah farmasi? :))
Pusinkkk sertifikasi :")) |
Nama obat yang dulunya cuma tau paracetamol sekarang bare minimumnya tau deksa, tramadol, LOL. Otakku ini harus digunakan secara ekstra untuk menyerap semuanya.
2. Mayoritas perempuan
Berhubung kebanyakan apoteker, dan fakultas farmasi di Indonesia itu juga udah settingan kebanyakan perempuan. Alhasil...banyak perempuannya. Di timku yang sekarang 6 orang perempuan semua. Di tim lain belasan orang, lakinya 1 doang. Ya begitulah adanya.
Timku setahun ini |
Kembali lagi ini juga hal yang sama ketika aku kuliah di FKM. Kebanyakan mbak-mbak. Apakah ngaruh di kerjaan? Yaa sedikit banyak ngaruh. Dari sisi emosi kadang kan perempuan lebih perasa. Ada aja gesekannya. Hihi.
3. Selalu mendukung untuk berpendidikan tinggi
Sedari awal masih jadi calon umbi udah didorong untuk ayo kuliah lagi ayo kuliah lagi. Di titik ini setelah 5 tahun kerja baru gerak buat lanjut kuliah. Yang emang mau kerja dan dapet kesempatan lanjut kuliah, no worries. Instansiku sangat suprot!
4. Gap senioritas tipis (minimal di unitku)
Duluuu waktu awal kerja, setengahnya kelahiran 90an alias seangkatan. Sekarang udah lebih beragam berhubung dapet tambahan dari unit sana sini. Alhamdulillahnya tetep sih ga berasa senioritas yang gimana-gimana. Semua bekerja sesuai dengan porsinya. Yang junior menghormati senior. Yang senior pun mau mendengarkan pendapat junior.
Memang ga selalu begitu. Cuma ketika dibandingkan dengan unit atau instansi lain, aku berkesimpulan sih ini masih di koridor aman. Haha.
Kegambar nggak sih kerjaannya kayak apa? Kok kayak ngalor ngidul? Maap yaaa..
Mohon doanya aja semoga apapun yang kami kerjakan saat ini punya dampak baik ke masyarakat. Bisa memberikan pelayanan yang maksimal. Dan buatku pribadi bisa lanjut kuliah. Hohooo ~
Post a Comment
Halo! Terimakasih sudah membaca. Setiap komentar masuk akan dimoderasi. Untuk komentar dengan anonim tidak akan saya balas, ya. Yuk biasakan menjadi diri sendiri di dunia maya!