Saturday, October 15, 2022

Viral Boleh, Asalkan...

Saat ini kita hidup di zaman yang nggak bisa terpisahkan dari media sosial. Dari Instagram, Facebook, Twitter sampai TikTok. Ngaku deh, pasti punya salah satu diantaranya kan?

Dan ada satu fenomena terkait media sosial. Yaitu viral! 

Viral Boleh, Asalkan...

"Kontenku harus viral!"
Ga mau FOMO harus tau apa yang lagi viral detik ini. Kata Viral sudah masuk ke KBBI versi daring. Viral diartikan sebagai bersifat menyebar luas dan cepat seperti virus.

Salah fokus dibagian ((seperti virus)) 🤣

Aku jadi inget fenomena viralnya Citayam Fashion Week dan para ((tokoh)) didalamnya. Ada wawancara dengan orang sesirkel dengan B. Lalu dia mengaku punya keinginan untuk viral. Kenapa? Biar endorsan ngalir. Udah tau belum arahnya kemana?

Yak. Bergelut dengan media sosial, aku tahu paham bahwa salah satu indikator "sukses" yang paling keliatan tuh angka. Angka subscribers, like, follow, engagement. Semakin tinggi engagement, maka semakin banyak orang terpapar. Disinilah kesempatan brand/agensi masuk untuk nampang menawarkan produknya. Logikanya semakin tinggi angka, semakin banyak orang terpapar dan nama brand semakin dikenal.

Disitu selling point-nya. Endorse-an masuk. Cuan mengalir. Yep, UUD. Ujung-ujungnya duit. Nggak bisa dipungkiri. Menurutku trik seperti itu nggak salah kok. Justru kalau dilakukan dengan benar malah bisa mendatangkan banyak manfaat. Content creator dapet uang untuk menghidupi diri sendiri, penikmat konten dapet konten yang berkualitas.

Nah, masalahnya adalah nggak semua konten itu baik. Oke, parameter baik ini relatif ya. Seenggaknya penonton itu dapet "sesuatu" dari waktu yang mereka habiskan untuk menonton/membaca kontennya. Karena pada kenyataannya konten yang viral saat ini kebanyakan "kopong". Mengutip kata kak Mutiarini di novelnya The Privileged Ones: masyarakat Indonesia keluar dari jebakan sinetron, masuk kedalam konten nggak mendidik. Nggak mengalami kemajuan dong? :")

Untukku pribadi, viral itu boleh banget lho. Asalkan...

1. Bukan konten bohong

Ini prinsip dasar banget sih. Didalam Islam aja bercanda nggak boleh bohong. Apalagi ini, konten yang audience-nya banyak dan kalau viral bisa mencapai jutaan orang nonton. Nggak banget deh bohong, atau jaman sekarang: prank.

Udah denger kan konten prank artis terkait KDRT itu? Udahlah bohong, nggak berempati pula dengan korban KDRT beneran. Huhu. Jangan bohong yah bikin konten.

2. No flexing

Big no no no. Flexing secara bebas diartikan sebagai pamer ke khalayak umum. Pamer mobil. Pamer rumah. Pamer suami *eh bukan gitu ya.

Tolong dibedain kasih informasi sama flexing ya. Beauty influencer yang bikin konten perbandingan foundation seharga 5juta vs 500ribu itu bukan flexing. Kalo judulnya jadi "Borong 10000 foundation seharga 5juta" nah itu masuk flexing. Sayangnya konten kayak gini tuh banyak yang nonton.

Padahal udah ada kan tuh youtuber yang hobi flexing eh gataunya hasil pencucian uang. Udahlah simpan saja kekayaanmu untuk diri sendiri DAN sedekahkan tanpa perlu diumbar ke banyak orang. Selain bisa membahayakan diri sendiri (diincar pencuri), diincar juga sama ninuninu pajak :P

3. Memalukan diri sendiri/mencelakakan orang lain

Konten bertajuk challenge ini juga banyak yah. Boleh banget ikut challenge baca, bebikinan sesuatu atau yang lain. Tapiii...big no sih untuk yang sampai memalukan diri sendiri atau mencelakakan orang lain. Misal: makan 1000 cabe super pedes HUHU itu NGAPAIN :( 

Atau challenge pake lipstik 1000 lapis :( kata Maudy Ayunda mah: UNTUK APAAAA? Itu belum yang ekstrem ya. Yang ekstrem ada macem makan sepatu kulit digoreng :" plis be normal. And reasonable. Masuk akal aja. 

Yaudah gitu aja sih. Viral boleh asalkan...ya itu tadi!

1 comment

Halo! Terimakasih sudah membaca. Setiap komentar masuk akan dimoderasi. Untuk komentar dengan anonim tidak akan saya balas, ya. Yuk biasakan menjadi diri sendiri di dunia maya!