Wednesday, October 05, 2022

Kanjuruhan dan Cara Menyikapi Tragedi

Oktober baru berjalan 2 hari. Indonesia sudah diguncang berita menyedihkan. Bahkan sampai dunia internasional pun menyorot. Apalagi kalau bukan tragedi Kanjuruhan.

Kanjuruhan dan Cara Menyikapi Tragedi

Meninggal dunia ratusan nyawa di ajang kompetisi Liga 1 Arema vs Persebaya. Miris? Iya. Sedih? Iya. Marah? Ya, jelas. Tragedi ini bisa dihindari dengan mitigasi resiko yang baik. Nyatanya? Banyak yang dilanggar. Buka saja medsos dan perdebatannya. "Dosa-dosa" pihak terkait dibeberkan disana.

Tapi...nggak. Aku ngga berniat ikutan membahas perghibahan duniawi. Ditengah suasana chaos aku justru tertarik dengan postingan mba Najeela Shihab dalam menghadapi tragedi. Lebih nyaman dibaca dan tenang dihati.

Berikut postingannya.

Najeela Shihab Instagram

Yang boleh dilakukan:

1. Hadir dan mendengarkan
Ingaat, mendengar dan mendengarkan tuh beda ya. Mendengar bisa sambil lalu. Mendengarkan tandanya fokus kita memang ada di orang yang tertimpa musibah ini.

2. Menyampaikan doa dan harapan
Dengan hadirnya sosmed, menurutku nih sekadar repost dari akun yang ada aja udah menunjukkan kepedulian kita #PrayforKanjuruhan. Di beberapa tempat pun ada yang melakukan aksi solidaritas. Mulai dari sejenak menundukkan kepala hingga berdonasi membantu korban.

3. Memberikan perhatian
Bagian “Saya tidak sepantasnya menggunakan momen ini untuk menjadi ajang bercerita tentang pengalaman saya…”

Okelah mungkin niatnya sharing yah. Tapi kita perlu ingat, dalam tragedi ini prioritas dan fokus utamanya ada di korban. Bukan kita (asumsikan hanya mendengar berita dan nggak hadir langsung disana). For me, tiga hal tersebut berlaku untuk berbagai hal. Utamanya dalam membiasakan berempati dan bersimpati.

Sebel kan yah ketika kita cerita eh temen kita nimpalin dengan pengalamannya yang...ya kita tuh ngga nanya. Kenapa fokusnya jadi di situ? Bayangkan itu dilakukan ke korban musibah. Kzl bat gak sih :") 
Dalam waktu 24 jam semakin banyak komentar dan berita yang membumbui tragedi ini. Disinilah kemampuan empati kita diasah. Akankah jadi berempati, atau nir-empati? Coba kita cek lagi respon diri masing-masing.

Jika masih belum bisa sepenuhnya berempati, setidaknya sudah ada usaha menujunya. Jangan sampai...jangan sampai tragedi ini membuat kita ride the wave dengan cara yang salah.

***

Well well, mari kita doakan semoga ini menjadi yang terakhir di sejarah persepakbola-an Indonesia. Dan semoga keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan.

Post a Comment

Halo! Terimakasih sudah membaca. Setiap komentar masuk akan dimoderasi. Untuk komentar dengan anonim tidak akan saya balas, ya. Yuk biasakan menjadi diri sendiri di dunia maya!