Salah satu petuah Sensei adalah bahwa setiap orang harus punya impian. Nantinya impian tersebut yang akan menjadi bahan bakar kita terus maju. Berkembang. Nggak berpuas diri. Di sisi lain, saat impian itu tercapai, secara tidak langsung kita akan memikirkan impian apa yang mau dicapai selanjutnya.
Bentar, setelah kupikir agak rancu sama goals/tujuan ya? Yaudah intinya yang aku kutip dari novel seperti itu.
Selama ini, kupikir impian itu sifatnya selalu BESAR. BIG. Menakutkan. Menantang. Tapi penulisnya tidak berargumen seperti itu (melalui sosok Sensei tentunya). It could also be "small" one. Yang penting kita tahu seberapa berharga dan bermakna hal yang kita impikan tersebut.
Then, the question is: what's mine? What's my dream?
Now that I get to know myself more, I can answer this confidently. Aku punya impian untuk punya keluarga yang saling mencintai, mengasihi, punya ikatan emosional yang kuat, keluarga yang selalu dirindukan untuk pulang.
I often envy those people for having a loving family, supporting each other. I want it, badly. The one that stick through all ups and downs. The one with no secret or whatsoever. The one that listens and respect each other.
I originally write "it is difficult" but maybe now I'll write it as "it will be more challenging" for me since I currently live in family that has no emotional attachment. Nor I make effort to be one.
Post a Comment
Halo! Terimakasih sudah membaca. Setiap komentar masuk akan dimoderasi. Untuk komentar dengan anonim tidak akan saya balas, ya. Yuk biasakan menjadi diri sendiri di dunia maya!