Monday, March 29, 2021

Review Janji - Tere Liye

Review Janji - Tere Liye

Judul: Janji (Unedited Version)
Penulis: Tere Liye 
Terbitan: Maret 2021
Penerbit: Google Playbook (Buku Elektronik)
Jumlah Halaman: 928

Sinopsis


TIDAK ADAA ~ emang misterius biar pembaca penasaran.

Review


Cerita diawali di sebuah sekolah agama. Tahun itu tahun politik. Seorang calon presiden berkunjung untuk “silaturahmi”. Dia disambut dengan baik oleh Buya (kiyai) pemilik dan juga para santri. Nggak lupa disuguhi pula teh dan kue.

Saat meminum teh, calon presiden dan stafnya keheranan. Yang mereka rasakan adalah asin. Hampir nggak bisa ditelan, tapi apa daya. Di hadapan calon presiden adalah kiyai. Banyak media yang meliput. Mau nggak mau harus menelannya dan mengatakan teh itu lezat.

Selesai acara, Buya memanggil Tiga Serangkai terbadung disekolah: Hasan, Baso dan Kahar. Sudah nggak terhitung kenakalannya. Dan Buya tahu bahwa mereka pelaku yang memasukkan garam ke teh calon presiden. Buya pun menghukum mereka. Bukan dengan cara dikeluarkan, karena dia nggak ingin menyerah seperti ayahnya. Ya, ayah Buya pernah mengeluarkan 1 murid sepanjang hidupnya.

Sebagai gantinya, Tiga Sekawan diminta untuk mencari sosok Bahar. Siapakah Bahar?

Bahar, puluhan tahun yang lalu merupakan murid dari ayah Buya. Pendiri sekolah agama tersebut. Sama dengan Tiga Serangkai, dia pun nakal. Anak yatim piatu, tidak tahu siapa orang tuanya, hanya diasuh neneknya hingga akhirnya dikirim ke sekolah agama. Kenakalannya memuncak hingga membangunkan orang sahur menggunakan meriam berbubuk mesiu. Celaka, sekolah agama itu terbakar. Seorang murid difabel ditemukan meninggal karena nggak bisa menyelamatkan diri.

Akhirnya yang diinginkan Bahar pun terpenuhi: dia dikeluarkan dari sekolah.

Namun setelah itu ayah dari Buya sering bermimpi buruk. Perasaan bersalah menghantui. Mimpi yang sering ia jadikan pertanyaan:

Ayahku bermimpi dia berada di tengah gurun pasir maha luas. Matahari terik di atas kepala, sejauh mata memandang hanya pasir. Itu seperti sebuah halte atau terminal, tempat pemberhentian sementara. Ada banyak orang di sana, yang hendak melanjutkan perjalanan, melintasi gurun pasir, pergi ke tujuan terakhir. Tempat manusia diadili seadil-adilnya.

Saat ayah berjalan lima-sepuluh langkah, mendadak sebuah kendaraan indah mendekat. Kendaraaan itu bagai melayang di udara, warnanya kuning keemasan, rodanya perak. Siapakah gerangan yang bisa menaikinya? Bahar.
“Mimpi seorang ulama, Bason, Hasan. Mimpi yang tidak kosong saja” - halaman 45
Ketiga tukang biang onar tersebut diberikan misi mencari Bahar. Dan mencari jawaban apa alasan Bahar bisa menaiki kendaraan seindah itu? Apa yang dia lakukan semasa hidupnya, padahal dia terkenal sebagai pemabuk, kasar, bahkan membangkang Buya? Apabila Tiga Serangkai berhasil menemukan jawabannya, mereka boleh memilih keluar dari sekolah. Namun sebaliknya, apabila gagal mereka harus menyelesaikan sekolah hingga lulus.

Berangkatlah mereka bertiga mencari jejak Bahar…

Ada yang pernah baca buku Tere Liye berjudul Tentang Kamu? Seorang pengacara yang mencari jejak milyader hingga ke negara lain? Nah, cerita di Janji pun seperti itu. Bedanya, perjalanan dilakukan didalam negeri. Hanya mengandalkan beberapa petunjuk samar-samar.
“Orang-orang terbaik di muka bumi, mereka selalu melakukan perjalanan. Melihat dunia luas” - halaman 55
Bagiku buku ini menarik sekali. Interaksi ketiga teman ini beberapa kali membuatku tertawa. Lucu dan polos. Di beberapa bagian lain aku sempat meneteskan air mata mendengar kisah Bahar.

Sosok Bahar digambarkan agak misterius. Kisah kehidupannya justru didapat dari orang yang berinteraksi dengan dia. Setiap orang yang ditemui oleh Tiga Serangkai untuk mencari Bahar, selalu menceritakan hal baik. Bahar meninggalkan kesan mendalam pada mereka.

Padahal hidup Bahar sendiri biasa-biasa saja. Malah terkesan prihatin. Dia tidak ramah. Jika bicara sambil mendengus. Tidak punya keluarga. Tidak punya harta. Lalu bagaimana ceritanya dia bisa berada di mimpi seorang ulama dengan menaiki kendaraan terbang, pula? Apa yang dia lakukan?

Nah disinilah gong-nya. Bahar memegang teguh janji kepada ayah Buya (pendiri sekolah agama). apa sajakah janji itu? Baca aja bukunyaa! :D
“Kita selalu bisa memilih, bersabar atau marah. Bersyukur atau ingkat. Bahkan saat situasi itu memang menyakitkan, boleh jadi tetap ada kebaikan di sana. Dan orang-orang yang memang sabar dan bersyukur, dia akan memilih mengingat hal-hal yang baik dibandingkan yang menyakitkan” - halaman 816
Secara keseluruhan, aku suka sih buku ini. Banyak pesan agama yang diselipkan oleh Tere Liye. Maklum deh ya settingnya aja anak sekolah agama. Hehe. Lalu meminjam kata anak-anak di litbase, buku ini page turner. Alias nggak sabar untuk baca halaman selanjutnya.

Iyalah, penasaran banget jejak hidup Bahar itu kayak apa! Apakah bakal ketemu atau enggak jawabannya. Setelah baca ini pun aku merenung beberapa saat. Apakah aku bisa menjalankan hidup bermakna seperti Bahar? Huhu :”)

Recommended bukunya!

Post a Comment

Halo! Terimakasih sudah membaca. Setiap komentar masuk akan dimoderasi. Untuk komentar dengan anonim tidak akan saya balas, ya. Yuk biasakan menjadi diri sendiri di dunia maya!