Detail
Judul: Romansa Puber Kedua
Penulis: Ni Roha Panjaitan
Terbitan: November 2018
Penerbit: Diandra Kreatif
Jumlah halaman: xii + 421 halaman
Sinopsis
“Dewasa dan ABG itu hanya status, tapi ketika terjerembab dalam kubangan cinta, keduanya akan merasakan sakit yang sama.”
Kami terdiam beberapa saat...kehabisan kata-kata. Kucuri pandang ke arahnya. Tangan kirinya berpangku dagu diatas meja. Sementara jari jemari tangan kanannya mengetuk meja dengan irama tak beraturan. Tatapan matanya menyebar ke arah taman di samping ruang privat. Beliau jujur, pancaran kekecewaan jelas tergambar di matanya, namun tak terlihat sirat kemarahan di sana.
Aku kembali merasakan gejolak di dada. Untuk kesekian kalinya aku kehilangan bayang-bayang wajah pak bojo. Ah...godaan apalagi ini. Kami sudah menuntaskannya dengan sangat elegan, kenapa kini hatiku malah berkecamuk tak karuan melihat kekecewaan yang bersemayam di bola matanya. Tak ingin kembali goyah, kugugah pak dokter yang masih terbuai dengan dukanya.
Review
Setelah sekian lama ngga baca novel romantis, saya memberanikan diri untuk membacanya lagi. Dari judulnya aja udah menggelitik. Puber kedua? Saya kira awalnya novel ini berisi kisah cinta 2 manusia sebagaimana umumnya. Ternyata lebih rumit dari itu. Ini tentang seorang pria dewasa yang disebut dengan Pak Dokter, dan Nyonya. Ibu dari seorang anak bernama Maghrib.
Iya, novel ini menceritakan pria yang jatuh cinta pada wanita bersuami. Pertemuan yang awalnya dimulai sebagai hubungan pasien dan dokter perlahan berubah. Pak Dokter yang terang-terangan jatuh hati pada ibu dari Maghrib. Pak Dokter yang ngga pernah lelah untuk mengejar apa yang dia anggap sebagai cinta.
“Kita ini ibarat dua garis lurus, walau kita selalu berdampingan, tapi tidak akan pernah ada titik temu, Dok,” ujarku lagi. (Hal. 124)
Layaknya perempuan biasa, Nyonya Maghrib pun sempat tergoda. Siapa yang nggak tergoda oleh dokter mapan, tampan, dan menjanjikan cinta yang romantis? Meskipun sudah ada suami disisi, nggak menjamin hati untuk berada di tempat. Wanita tetaplah wanita. Diberi perhatian lebih, hatinya mulai condong kemana perhatian itu berasal.
“Ukuran moral bagi setiap orang tu beda, Dok. Seperti yang kita lakukan sekarang ini, dua manusia dewasa, yang memendam rasa, duduk berduaan di ruang privat, mengobrol bebas tentang cinta dan perasaan. Bagi sebagian orang yang kita lakukan ini biasa aja, wong Cuma ngobrol. Bagi anak-anak ABG, mungkin kita dianggap orang tua ganjen. Bagi yang menjaga aqidahnya dengan sempurna, perbuatan kita ini salah besar, dosa besar...” (Hal. 161)
Syukurlah akal sehat Sang Nyonya masih tidak kalah dari kata hati. Sekuat tenaga, ibu dari Magrib tetap setia dengan Pak Bojo.
Jadi...cinta itu memang dahsyat. Aku tak ingin takabur dengan cinta yang tergenggam sekarang. Namun mawas diri itu jauh lebih penting. (Hal. 172)
***
Saya hampir angkat tangan baca novel ini. Bapernya itu loooh, berkali-kali lipat. Hiks. Ternyata walaupun ada ikatan pernikahan, ngga menjamin hati bisa menetap ke pasangan yang sah. Meleng dikit bisa terjerumus.
Saat jatuh cinta, mau bagaimana pun harus melibatkan akal sehat. Kalo enggak? Keluarga yang dibangun bisa berantakan. Pasangan dan anak-anak pun jadi korbannya.
Lalu gimana, apa yang harus dilakukan saat (mungkin) kita ada di posisi Ibu Maghrib? Ditaksir sama dokter yang nyaris idaman buk ibuk? Atau jadi Pak Dokter yang jatuh cinta sama wanita bersuami? Lebih lengkapnya baca deh novel ini. Kita bisa ngambil pelajaran harus bagaimana menghadapi perasaan jatuh cinta pada orang lain...setelah menikah.
Baca novel ini membuat saya sadar. Mungkin banyak yang pernah ngalamin hal kayak gini. Cuma ya nggak pernah diungkapkan ke orang lain. Dengan baca novel ini barangkali bisa sedikit banyak membantu. Bantu apa? Menghilangkan sedikit kegalauan yang dirasakan. Hehehe.
Yaa walaupun belum menikah ya, justru novel ini jadi pembelajaran buat waspadalah..waspadalah..
Novelnya bikin baper ya, hihi. Jadi penasaran pengen baca juga
ReplyDeletewaah jadi inget udah lama ga baca bukuu, penasaran pengen punya juga novel ini <3
ReplyDeletePenasaran ini mba jadi pengen baca akhirnya gimana tapi aku suka sama yang dikatakan ibu magrib Bagi yang menjaga aqidahnya dengan sempurna, perbuatan kita ini salah besar, dosa besar.
ReplyDeletecus ah ke tokbuk online hehehe
Benar itu .. waspadalah .... saya sudah menyaksikan sendiri, keluarga dekat yang suaminya kena puber kedua. Hiks. Untung keluarga saya (si istri) gampang move on dan sabaarrrr luar biasa. :)
ReplyDeleteKenapa bu maghrib bisa sampai naksir
ReplyDeletePun pak dok
Jd kepo daya tarikny apa