Sunday, July 05, 2020

Kenali 6 Tanda Orang Toxic di Sekitar Kita

"Kamu pernah nggak pengen mem-blakclist orang dari kehidupanmu?"


Saya melemparkan pertanyaan itu di instagram. 81% menjawab ya. Sedang sisanya 19% menjawab tidak. Blacklist yang saya maksud disini bukan dalam konteks media sosial ataupun kontak lainnya. Betul-betul dalam hidup kita udah pengen orang itu pergi. Gitu. Sepertinya netijen memahami yang saya inginkan.

"Kalau ya, jelasin kenapa?"

Lanjut saya di bawah pertanyaan sebelumnya. Penasaran nggak jawaban mereka apa aja? Saya merangkumnya di postingan ini. Ditambah beberapa dari pemikiran saya.

Menurut saya ini bisa dibilang penting. Kita jadi tau orang tuh nggak suka sifat kayak gimana sih dalam diri kita? Bisa juga buat bahan instropeksi agar kita nggak masuk dalam daftar blacklist orang lain. Here we go.

Too much drama


I love Korean dramas. But I dislike drama created by some people. Biasanya sih, bukan stereotyping ya. Tapi emang berdasarkan pengamatan saya (tidak dilakukan secara ilmiah), pelakunya seringkali adalah perempuan. Mungkin saya juga pernah menjadi diantaranya. Huhuhu.

Contoh kasus:
Si A ngga suka sama si B. Kemudian dia ngajakin si C buat ngejauhin si B. Padahal antara si B dan si C ngga ada masalah apa-apa. Bukannya duduk untuk menemukan solusi tapi si A malah cari-cari kesalahannya si B. Hal kecil dibesar-besarkan. Yang benar disalah-salahin. Quite a drama?

Bukan siapa siapa tapi sok jadi siapa-siapa


OH WOW. Saya nggak menyangka ada jawaban ini. Adakah yang pernah ngalamin? Misalnya nih ada orang yang menaruh rasa *ea* ke kamu. Kemudian jadi sering nanya ini itu. Masih normal sih sekedar nanya. Saat udah mulai mengganggu privasi dan sok tahu tentang kehidupan kita? Tidak! Saatnya dijauhi saja.

Sound too harsh. Mungkin ngomong baik-baik dulu kali ya bahwa kita nggak nyaman diperlakukan seperti itu. 

Nggak menghargai bantuan orang lain


Yaz. Ini pernah ngerasain banget. Ingatkah 3 magic words? Sorry, Thank You, Please. Ada kata terimakasih diantara tiga itu. Kita udah tau bahwa manusia nggak bisa hidup sendiri. Sekaya apapun kamu, sejenius apapun kamu, sekuat apapun kamu, ada kalanya kamu butuh bantuan orang lain.

Nah saat kamu menerima bantuan orang lain. Please, don't forget to say thank you. "Berarti nolongnya nggak ikhlas dong, kok mengharapkan ucapan terimakasih?". No. Bukan seperti itu maksudnya. Orang akan merasa senang bila dapat membantu orang lain. Lebih senang lagi ketika mendapatkan "pengakuan" bahwa orang yang ditolong memang benar-benar merasakan bantuannya. Mungkin ini juga bagian dari sisi psikologis manusia ya, butuh pengakuan dari orang lain.

But hey, it's not difficult to say thank you right?

Ah, dan contoh sederhananya lagi yang bisa aja kita lupa. Kadang kita butuh menanyakan sesuatu yang nggak kita pahami ke orang lain. Dan ketika orang itu menjawab pertanyaan kita, biasakan untuk mengakhiri dengan ucapan terimakasih. Karena ketika orang mau membalas pesan kita, dia meluangkan sedikit dari waktu yang dia punya. Siapa tahu saat itu dia sedang banyak kegiatan? 

Nyinyir


Or, julid julita? Liat orang punya prestasi lebih, dibilang enggak-enggak. Liat ada yang dibawahnya dikit, dihina dina. Huft. Semacam apa aja yang dilakuin orang itu di mata si nyinyir ini salah. Nggak ada yang bener kecuali diri sendiri. 

Gengsi


Yang berlebihan tentunya. Seperti: ngga mau ngampus sebelum dibeliin mobil. Beli sesuatu diluar kemampuan demi bisa masuk ke lingkaran pergaulan tertentu. Percayalah, lama kelamaan menjadi orang gengsi kayak gini bakal bikin capek. Pun orang jadi menilai kamu fake. Nggak jadi diri sendiri.

Sulit memaafkan (diri sendiri maupun org lain)


This one is. Deep. Disakiti itu nggak enak ya. Yaiya, kalo enak mah orang santai aja disakiti. Tapi ternyata ada yang lebih nggak enak: susah memaafkan kesalahan orang lain. Udah minta maaf, eh masih juga diungkit kesalahannya. Ada perasaan "nggrundel", ganjelan dalam hati. 

Paling parah sih emang sulit memaafkan diri sendiri. Kalo udah kasus kayak gini, somehow orang bisa jadi kehilangan jati diri dan harga dirinya. Mereka yang kaya gini ngga tau hidupnya buat apa. Padahal everyone makes mistake. Dari kesalahan itu justru kita bisa belajar untuk lebih baik lagi.

Pembohong


Gosh, nggak ada deh orang yang mau dibohongi. Better leave than getting hurt by liar. 

***

Sebenarnya ambil topik kayak gini tuh ada trigger-nya. Belakangan lagi ngerasa banget sebelnya minta ampun sama orang. Saya merasanya sih ngga salah apa-apa. Hubungan pun baik-baik aja. Orang ini berulah (dia rekan kerja saya gitu deh). Nah parahnya sampai mempengaruhi kinerja tim. Baru kali ini banget nemu orang kayak gini. Nggak bisa ditebak pemikirannya itu kayak apa. Dia sebenernya mau apa...

Daripada saya dapet dosa dengan marah-marah, ya mendingan disalurkan di post ini. Hahaha. Intinya sih gini. Jadilah orang yang bisa menempatkan diri dengan baik. Kapan harus bertindak seperti apa. Bolehlah marah, bolehlah agak drama dikiiittt...tapi ya ke temen deket aja. Yang deket banget bisa nerima kamu apa adanya. Jangan sampe kita bertingkah semaunya dan justru MERUGIKAN ORANG LAIN. 

Ini nih, merugikan orang lain. Inget lho, saat ada orang terzolimi dengan perilaku kita. Wuih, doa orang yang dizolimi itu besar kemungkinannya untuk dikabulkan oleh Allah. So, please. Behave. Don't be a toxic person. OK?

PS: tulisan ini udah teronggok di draft sejak lama (tahun 2018). Kejadian pemicunya apa saya udah lupa. Hanya bisa memperkirakan. Hahaha. It was good tho I still have this writing. 

1 comment

  1. nggak menghargai bantuan orang lain juga masuk toxic , ada beberapa orang yang pernah aku bantu, selesai urusannya nggak pernah bilang thankyou atau menyapa lagi. malah hilang setelah apa yang diinginkan tercapai

    ReplyDelete

Halo! Terimakasih sudah membaca. Setiap komentar masuk akan dimoderasi. Untuk komentar dengan anonim tidak akan saya balas, ya. Yuk biasakan menjadi diri sendiri di dunia maya!