Sejak kedatanganku di negeri Ginseng untuk kuliah, aku justru belum pernah cerita tentang bagaimana perkuliahannya. Alasannya karena masih bingung mau ambil dari sudut pandang mana. Kalau nggak coba mulai nulis pasti nanti malah semakin nggak ditulis.


Ya sudah, aku mulai dengan apa yang aku bisa.

Kuliah jenjang S2, apakah masih ada kelas?


Jawabannya: ya. Di semester 1 ini kelasku rutin Selasa-Jumat. Sama seperti di Indonesia, jika ada perubahan dari dosen maka fleksibel untuk diubah. Sejauh ini sih ada 1 mata kuliah aja yang jadwalnya kosong atau berubah karena dosennya punya agenda lain.

Dalam sehari minimal 1 mata kuliah, maksimal 2. Jam kerja disini dari 09.00 - 17.00. Kalau di Indonesia 1 SKS dihitung 45 menit, disini 55 menit. Jadi ketika ada 1 mata kuliah 2 SKS, artinya 55 menit x 2. Dalam 1 jam 60 menit itu, 5 menitnya jeda istirahat. Nggak selalu begitu sih. Tergantung kesepakatan kelas.

Mau dilanjut tanpa istirahat, mangga. Mau selesai duluan sebelum waktunya, mangga. Yang aku perhatikan setiap dosen mau jeda atau selesai lebih awal pasti nanya persetujuan kami. 
"Are you guys okay if we have a break / if we end early?" - nggak semata memutuskan sepihak.

Apa aja mata kuliah yang diambil?


Di pedoman beasiswa KOICA-Yonsei sudah ada informasi mata kuliahnya. Awalnya, semester 1 itu ada 3 mata kuliah wajib: Introduction to Public Health, Introduction to Biostatistics, dan Global Health Security Agenda. Realitanya? Yap, ketiganya aku dapatkan saat ini.


Lalu ada mata kuliah pilihan: Emerging Infectious Diseases and COVID-19 Pandemic: Epidemiology and Policies dan Monitoring and Evaluation of Health Programs. Kenyataannya, selain 3 mata kuliah tadi ada 2 tambahan, yaitu Current Health Issues in Developing Countries: Case Studies serta Digital Health and AI.

Total 5 mata kuliah yang diambil. Lagi-lagi sama seperti jenjang S1 lalu, mata kuliah ini udah ((dipaketin)) sama fakultas. Nggak ada tuh adegan war matkul di awal semester. 


Enak ga? Menurutku sih enak aja ngga ribet dan ketar-ketir memenuhi minimal SKS. Hehe... 


Ada beberapa yang nanya, "harus bisa bahasa Korea dong?". Tidaaks. Kelasku ini spesial diperuntukkan kerjasama dengan KOICA. Mahasiswanya semua internasional. Dosennya semua bisa berbahasa Inggris. So, kami nih nggak punya temen sekelas yang warga lokal.

Apa aja sih perbedaan kuliah di Indonesia dan di Korea?


Okay, ini paling penting sepertinya ya. Aku bersyukur bisa merasakan kuliah diluar Indonesia. Ada beberapa hal yang aku amati (PS: semuanya dari sudut pandang pribadi yha. No offense).

1. Nggak ada koordinator mata kuliah, adanya Teaching Assistant (TA)

Dulu ada koordinator yang ngatur jadwal setiap matkul. Kan ada tuh ya yang 1 matkul diampu beberapa dosen. Sama, disini pun begitu. Contohnya untuk matkul Introduction to Public Health. Tiap minggu dosennya beda. Yang ngehubungin dosen dan memastikan kehadirannya siapa? Ya Teaching Assistant.

TA juga yang menghitung kehadiran setiap kuliah. Mengingatkan cara dan batas pengumpulan tugas. Menginformasikan apabila ada perubahan. Intinya semua yang berkaitan dengan akademik sebaiknya lewat TA dulu sebelum ke dosen.

2. Komunikasi formal lewat email

Selama di Indonesia, aku sebagai mahasiswa lebih sering pakai Whatsapp. Malahan nggak inget kapan pernah email dosen? :)) bahkan terakhir untuk minta surat rekomendasi pun masih pakai Whatsapp.

Disini beda. Dosen akan mengarahkan untuk lewat email. Setiap berakhir kuliah, slide terakhirnya adalah "thank you" + alamat email. Hoho. 

Ada tuh dosen yang aktif email mahasiswa buat membagikan info konferensi. Bahkan nanya temen sekelas untuk follow up ketika di kelas ada kesulitan atau ada pertanyaan yang belum bisa dijawab saat itu. Best lah.

3. Dosen lulusan universitas top dunia dan berpengalaman internasional

Lulusan John Hopkins? Ada..
Lulusan Harvard? Ada...
Berkarir di kementerian? Ada...
Berkarir di WHO? Ada...

Remah-remah rengginang ini masih ngga nyangka bakal berinteraksi dengan beliau beliau yang lulusan top univ ini. Belum lagi pengalamannya, beuhhh...udah internasional. Bedanya apa sih? Yaa semakin membuka sudut pandang.

Di aku: semakin menyadari betapa tertinggalnya ibu pertiwiku.... :"))) kayak, oh ternyata yang sekarang lagi dilakukan tuh udah dilakukan sama negara maju dari berpuluh tahun lalu. Jalan kita masih panjang gaes untuk lulus dari status negara berflower.

Di Indonesia ada lulusan universitas top dunia? Waktu aku sih yaaa...masih sangat terbatas. Yang kuingat hanya 1-2 aja?

4. Selalu bertanya balik mengenai pendapat/pengalaman mahasiswa

.....yang mana aku seringnya ga bisa jawab. LOL. Alasannya sih karena kebanyakan di bidang kesehatan ranah Kemenkes. Tapi ya itu, alasan aja :P 

Dosen juga nggak selalu merasa benar. Bahkan ada tuh temen sekelas yang punya pendapat beda sama dosen. Jawaban beliau apa?

"Baik, pendapat kamu saya terima. Mungkin beberapa tahun lagi definisi tentang hal ini akan berubah. Tapi, untuk sementara karena teori yang udah terbukti itu AZ, jadi kalau ujian nanti jawabnya AZ ya." 

Hahaha. Diplomatis banget. Tapi bagus lho nggak ngotot dosen paling benar. Mahasiswa tau apa :))

5. Sabar, mau menuntun dan full word of affirmation

...dan murah pujian. Hahaha.

Pujiannya lucu lagi, 
"Genius"
"Super intelligent"
"I think you're ready to teach than me"
"Raise your hand if you have any difficulty"
"Sorry if our progress is kind of slow. And thank you for waiting our friend" - ini pas praktik pakai R Studio dan dosennya nyamperin satu persatu memastikan kami berada di jalan yang benar. Huhu cry. Kami yang ngerepotin beliau yang minta maaf :"))

Di Indonesia seingatku dosen agak ramah pas udah mau sidang. Ketika kami desperate. Hahaha. Masih kayak gitu nggak?

6. Ada portal learning 

Kurang tau ya sekarang udah ada belum. Aku kan kuliah S1 udah hampir 10 tahun, bisa jadi sekarang pun punya. Masaku dulu, berbagi ppt dosen dan informasi lainnya di grup facebook! Yaampuun, masih ada yang pake nggak sekarang?

Nah kalau disini kami disediakan portal namanya LearnUs YONSEI. Bisa diakses menggunakan nomor mahasiswa (Student ID). Setiap dosen upload ppt-nya disini. Material apapun termasuk bacaan yang relevan, atau script R juga disini. Upload tugas pun bisa disini. Bermanfaat banget lah pokoknya!

7. Interupsi dosen hal yang biasa

Ini pun masih belajar. Didikan disini tuh bertanya = bodoh. Takut pertanyaannya receh lah. Takut nggak sopan memotong orang ngomong lah. Alhasil, ya...masih kebanyakan diem di kelas disaat yang lain udah biasa aja ngomong ini itu.

***

Persamaannya? Sama-sama mahasiswa yang nunggu dosen dong. Alias ga boleh datang terlambat. Nanti kalau ada yang baru lagi akan di-update. Nah, kira-kira yang punya pengalaman studi diluar negeri, ada yang mau nambahin ga nih?
Masih ingat postingan 1 Juli lalu dimana aku pertama kali nonton musikal? Dan betapa berharapnya aku untuk bisa nonton di Korea? Bersyukurnyaa hanya dalam hitungan bulan sudah terwujud :")))


Yap, aku berhasil nonton musikal Memphis yang diperankan oleh biasku: Lee Chang Sub! Sejujurnya aku sudah merencanakan akan menonton dari sebelum berangkat. Iya, jadwal keberangkatanku Agustus. Jadwal tayang musikal Agustus - September.

Awalnya pengen di Agustus. Tapi yaa namanya manusia cuma berencana. Akhirnya bisa terlaksana di September. Hari terakhir dipentaskan pula. Aaak, senangnya!

Bagaimana cara beli tiket musikal Korea secara online?

Lewat platform Global Interpark. Googling aja pasti ketemu. Pilih mau daftarnya pakai apa. Bisa email, apple id, atau lainnya. Yang harus dipersiapkan adalah paspor. Kan sebagai turis nggak punya KTP Korea yah. 

Nanti akan ada verifikasi paspor layaknya verif KTP, selfi sama paspornya gitu ((kalo ga salah inget)). Pembayarannya bisa pakai kartu kredit atau debit. Nah, sayang beribu sayang entah kenapa kartuku itu nggak bisa buat bayar! Aku pakai kartu J*go dan bank plat merah. Bank J bahkan nggak ada notif ke aplikasi. Bank plat merah udah 2x masukin OTP nggak bisa.

Udah hampir menyerah, tuh.
Sampai kemudian sadar. Aku tuh udah sampe sini loh. Ngga perlu keluarin biaya pesawat, penginapan dll. Masa mau ngga nonton? Emang yakin bakal masih ada kesempatan selanjutnya?

Akhirnya dengan semangat '45 setelah kelas bahasa Korea, aku langsung caw naik subway menuju gedung pertunjukannya. TANPA bawa tiket :)

Kok bisa? 

Iya aku beli di tempat. Masuk ke gedungnya itu B1 aku nunjukin papago ke satpam. Isinya, "gimana caranya beli tiket?". Langsung dijawab pakai gestur naik aja ke lantai berikutnya. Bener donggg diatas ada booth buat beli tiket ditempat. DAN petugasnya bisa pakai bahasa Inggris! Betapa bahagianya~

Pas aku bilang mau beli, dia konfirm. Bener kan mau nonton yang Memphis jam 2 siang ini? Iya. Lalu ditunjukkan posisi bangku yang tersisa. Nah mirip sama musikal di Indonesia, bangkunya juga bertingkat. Harga sesuai tingkat. Aku beli termurah 80.000 won. Seingatku tertinggi VIP itu 140.000 won. Itu pun udah ludes, sih.

Jadi ya kalau emang niat mau nonton musikal dari Indonesia (kan jauh tuh), saranku mending beli online aja. Bayar pakai kartu debit B*A bisa. Pengalaman temenku.

Lanjut, pas beli tiket ini nggak disuruh nunjukin apa-apa. Tinggal bayar, aku pilih pake kartu uhuk sudah punya akun bank Korea. Bubuhkan tanda tangan di mesin, tadaa! Tiket di tangan! Aaaak rasanya masih kayak mimpi T_T

Oiya, sebelum menceritakan tentang musikalnya...ini lokasinya di Chungmu Art Center. Berhubung aku dari daerah Hongdae, aku naik dari Stasiun Hapjeong. Ini pun ada sedikit drama karena aku belum isi ulang T-money. Nggak punya cash. Hamdalah masih rejeki, ada temen yang naik dari stasiun sama. Aku pinjam dulu duitnya :))) emang hidup ini ga bisa jauh dari drama.

Dari Hapjeong naik Line 2 arah Ewha, DDP, turun di Stasiun Sindang. Biar lebih deket keluar lewat pintu 9. Asli deket banget sama gedungnya.


Didepan gedung udah ada poster Memphis gede buanget. Hwaa hwa hwa. Aku nggak tau pemain lainnya, cuma tau Lee Chang Sub zuzur. Sama kayak musikal di Indonesia, dia ada 2 grup juga kalau nggak salah.


Kondisi gedung Chungmu Art Center

Untung udah pernah nonton musikal sebelumnya. Nggak terlalu beda kayak di Ciputra Artpreneur. Nggak kebanting samsek di Indonesia tuh. Malah ada nilai plusnya di Ciputra wangi~


Kejutannya adalah depan dan belakangku grup ajumma (spoiler: they enjoyed the show!). Bedanya disini beneran strict nggak boleh ngerekam. Bahkan buat majuin badan aja nggak boleh, langsung disamperin dan ditegur. 

Hack kalau nonton di belakang gini, bisa bawa binokular. Aku perhatiin ada beberapa yang pake. Boleh aja kok dibawa. 

Review singkat musikal Memphis

Sepanjang perjalanan menuju Chungmu Arts Center, aku cek dulu ceritanya Memphis ini tentang apa. Maklum, pertunjukannya pake bahasa Korea. Dengan kemampuanku yang ngga seberapa ini, harus membekali diri dong.

Intinya, si Changsub ini berperan sebagai Huey. Mau berkarir di musik, tapi ibunya nggak dukung. Kemudian dia ke klub ketemu sama Felicia. Jatuh cinta. Hidup bareng. Sayangnya di titik akhir mereka ngga berjodoh. Huey bertahan di Memphis (ini tuh nama daerah ya). Sedangkan Felicia ke New York.

Emosi  yang dirasakan tuh: jatuh cinta, patah hati, nyari penghiburan. Menurutku ini BAGUS BANGET. Suara pemainnya oke. Apalagi pemeran Felicia. Beuuh. Mantep bok napasnya kuat banget nada tinggi + lama gitu. Changsubnya nggak usah ditanya lah ya.

Aktingnya oke banget. Aku sebahagia itu denger langsung suara ketawa bernada tengilnya dia. AaakkkKkkkkKkkk. Inikah namanya cinta oh inikah cinta~~

Kesimpulan: mau bungkus Lee Chang Sub!
Berlanjut ke dua kawasan turis selanjutnya.


Hongdae

Kawasan ini terkenal karena vibes anak mudanya. Youthful. Fashionable. Dan benar aja. Dibanding dengan daerah sekitar kampusku yang fashionnya simpel (lebih ke warna monokrom dan kaosan aja), disini beragam. Ada yang pake boots. Dandan cetar. Rok rumbai-rumbai. Dsb.

Hongdae surganya belanja fashion dan printilan kpop. Ada area dimana sepanjang jalannya tuh ya untuk jual baju. Rata-rata disini mulai dari 10.000 won. Kalau bosen dengan warna monokrom yang dijual, ada toko menyediakan baju macam gothic dan lebih ber-tema khusus. Banyak juga yang menjual jasa tarot. Kayaknya disini lebih ke aktivitas fun aja, gitu.

Nah, berhubung Hongdae ini deket dari Sinchon aku udah beberapa kali kesana dalam kurun waktu mingguan aja. 

Tujuan pertamaku beli Lightstick Melobong versi 3 di Withmuu AK PLAZA. Toko ini emang spesialisasi jual printilan kek album, LS, merch, dll. Pastinya official ya. Bisa sih beli online, tapi kan penasaraan. Sekalian ngecek titipan temen udah ada atau belum.


Sayangnya barang yang aku pengenin nggak ada semua. Huft. Sad. Nasib grup UMKM (ga mau bilang nugu lol udah berkarir belasan tahun sebenarnya ya tidak nugu).

Pas waktunya kesini lagi ada Pop Up Treasure. Antriannya? Panjang banget. Karena kami malas daftar dulu yaudah lewatin aja. 


Kpop udah, fashion udah, jangan lupa kulineran.

Sejujurnya aku nggak terlalu menikmati kulineran di Seoul secara umum. Nggak yang pengen banget tuh nyobain ini itu. Karena apa? Ya apalagi penyebabnya kalau bukan kontaminasi pork dimana-mana. Walaupun makanan itu nggak mengandung pork misalnya, umumnya diproduksi di sarana yang mengolah pork.

Aku memahami sih mungkin batasan fikih halal-haram itu beda. Cumaa kan tulisan ini bakal dibaca banyak orang dan ada kemungkinan buat "ngikutin" apa yang aku tulis. Aku akan share yang udah pasti halal aja. Oh ya, udah pasti pun ada tingkatannya lagi :)) ada yang emang halal-certified dari KMF. Ada juga yang self claim. Balik lagi sih ke pribadi masing-masing mau krosceknya macam apa.

Tempat makan pertama di Hongdae aku coba yaitu Seouliya. Letaknya agak nyempil masuk gang, di lantai 2. Plangnya kecil aja.

Aku coba kalguksu. Udah pengalaman makan di Korea ga usah beli minum, pasti ada air putih gratis. Harganya belasan won, lupa tepatnya berapa. Mangkoknya gede dan dalem. Mie-nya tipe bulet gede kayak marugame udon.


Selain itu ada menu Korean lain kaya chicken stir-fry noodle/rice dan kimchi jjim. Tergolong dikit menunya. Tempatnya juga ga besar banget. TAPI enaknya buat muslim ada space untuk sholat + disediakan mukenanya. Dari logatnya sih sepertinya pemiliknya orang Malaysia.

Rasanya? Aku curiga lidah Indonesiaku ini kebanyakan micin. Makanan disini kebanyakan hambar :')) kirain selama ini aku bukan anak micin. Ternyata....ah sudahlah. Sudah diperingatkan pula dari temen yang lebih tau, bawa kaldu sendiri atau apalah. 

Tempat makan kedua adalah resto Indonesia yaitu Nusantaraku. Kesini akibat classmate menodong kapan bisa nyicipin masakan Indonesa?

Jadilah kesini. Sama seperti Seouliya, tempatnya ga gitu besar. Lebih mudah dijangkau sih, ngga jauh dari jalan utama. Menu yang disediakan yaitu makanan Indonesia. Aku rekomendasikan ke classmate nyicipin nasi padang. Menurutku lumayan mengenyangkan udah sepaket.


Porsinya pun GEDE. Sepadan dengan harganya. Pilihan menunya beragam, tapi baiknya nanya dulu ke Sajangnim tersedia atau enggak. Oh ya bisa pake bahasa Indonesia aja ya, orang Indonesia asli ini.

Nasi padangnya wueeeenakkkk dan puuuedeesss. Toleransi kepedasanku rendah sih :P nggak taunya kata classmate ku, makanan ini termasuk pedas. Makanya pas kami disini dan ditanya warlok tentang makanannya, kepedesen ngga? Jujurly enggak. Makanan Indonesia JAUH lebih pedes.

Di Nusantaraku sama, tersedia mushola. Poin pentingnya pas jalan disini sebenernya tempat sholat dan cara wudhunya. Masih belum bisa tuh kayak orang-orang yang bisa sholat dimana aja. Ada ketakutan ini itu. Sungguh nikmat menjadi Muslim di Indonesia. Meski yaa pengalaman berharga juga. Siapa tau habis ini bisa tinggal di negara lainnya selain Indonesia :P

Kesimpulannya adalah ya Hongdae memang layak untuk menjadi tempat populer di Seoul DAN ramah foreigner~

Myeongdong


Dari Sinchon, Myeongdong pun ga seberapa jauh. Banyak yang bilang kalo belanja di Myeongdong aja biar murah.

Sependek pemahamanku ini ya, memang Seoul itu surganya belanja. 



Kek printilan duniawi apa aja ada. Mau produk Korea, China, US, ada. Kebanyakan sih observasiku begitu. Apalagi produk China, waah sama deh kaya di Indonesia. Berlimpah.

Berhubung kami ke Myeongdong sebagai warga berpenghasilan pas-pasan LOL kami jajan streetfood aja. 


Banyak yang klaim halal cuma perlu dipastikan lagi sih...ini beberapa yang kami beli. Masih tergolong mahal di kantong :P

Baik di Hongdae maupun Myeongdong, pemandangan orang bawa koper udah lumrah. Bisa jadi memang jastiper. Denger obrolan berbagai bahasa pun nggak heran lagi. Se-turis itu :))

Anyway, di Myeongdong kami ga makan di resto. Mungkin lain kesempatan aja.

***

Udah sebulan disini, rasanya yang kami kunjungi belum terlalu menjurus ke wisata alam. Sebagai manusia intovert, tinggal di kota besar gini agak menguras energi. Beda sama ekstrovert dan suka keramaian. Pasti bakal seneng banget keliling, menclok sana sini. Buat yang hobi belanja juga, hati-hati kalap deh :P
Agenda penting mengawali kedatangan di Korea yaitu orientasi. Semacam masa perkenalan gitu? Timingnya agak kurang pas kalau dipikir. Kami dateng, lalu udah ada kelas, baru dapet orientasi. 



Tapi bisa dimaklumi karena jumlah penerima beasiswa KOICA tahun ini sekitar 400 orang. Dari berbagai negara dan persebaran kampus yang berbeda.

Kami di program KOICA-Yonsei mengikuti 2 kegiatan orientasi. Pertama yang diselenggarakan KOICA. Kedua yang diselenggarakan oleh Graduate School of Public Health.

KOICA Orientation


Bertempat di Floating Island, Sebitseom, Seoul - kami berangkat bersama naik bus sewa. Titik kumpul Funeral Hall Severance Hospital Sinchon. Disini beneran on time. Nggak ada toleransi terlambat. Perjalanan sekitar 40-60 menit. Yang aku rasakan yaitu...ngantuk. LOL.

Selfie bareng rekan dari Nigeria dan Ghana

Busnya bagus banget premium gitu. Udahlah isinya ga sampe 20 orang yang dipesen kapasitas gede. Nyamaaan~

Dresscode kali ini semi formal atau traditional attire. Aku pilih pakai kebaya dan bawahan rok batik. Kepake juga beli jauh-jauh di PGS Solo :))

Tempat duduk kami udah disetting sedemikian rupa agar semeja dengan temen satu programnya. 

Kali ini selfie dengan rekan dari Peru

Seru banget karena bisa ketemu dengan temen seangkatan yang Indonesia full team. Kami belom pernah tatap muka sama sekali. Sambil sharing sejak kedatangan udah ngapain aja.


Ternyata beda-beda. Ada yang belum dapet allowance :P ada yang masih tinggal di training center (belum masuk dorm). Ada juga yang udah mulai bikin Alien Card. Wow cepat sekali yha.

Apa isi acaranya?

Mulai dari KOICA Promotional Video Screening, Opening Remarks dari para petinggi KOICA serta perwakilan kampus. Macem sambutan pejabat kaya di Indonesia. Kemudian ada penayangan video youtube contest. Lanjut group photo session.

Masuk ke acara intinya ada beberapa pembekalan.

1. Introduction to KOICA. Intinya perwakilan KOICA menjelaskan program mereka tuh apa aja yang udah terlaksana.

2. Overview to Korean History. Pemaparan filosofi hidup yang dipegang oleh rakyat Korea. Langsung dari sejarawan.


3. Safety Management Training dari pihak kepolisian. Apa-apa aja yang harus diwaspadai selama di Korea. Namanya juga tinggal di negara orang ya. Tentunya hukum yang berlaku beda dong. 

Kami diminta untuk mewaspadai voice phising, pihak yang menawarkan kerja paruh waktu ilegal, serta penggunaan kendaraan elektrik kaya sepeda listrik dan scooter. Kendaraan ini buuanyak banget loh di Sinchon aja setiap hari ada yang make. Udah gitu parkirnya suka ga bener pula. Ternyata mirip-mirip kaya di Bogor perihal ini. Hehe.

4. KOICA CIAT SP Regulations & Safety Guidelines serta Dialogue with Program Alumni. Sharing dengan alumni yang udah mau lulus. Gimana tips dan trik bertahan hidup. Yaa selayaknya pembekalan mahasiswa baru deeh.

Acaranya cukup menyenangkan. Aku pribadi merasa diperlakukan dengan baik sebagai penerima beasiswa. Paling mengesankan sih disediakan tempat sholat dan makanan halal. Rispek <3

Lagi-lagi acaranya berjalan sesuai waktu di rundown. Kami pulang dengan hepi :)

Entrance Ceremony


Dibanding KOICA Orientation, Entrance Ceremony ini jauh lebih sederhana. Isinya sambutan dari Vice Dean, sambutan Penanggungjawab program, serta perkenalan dosen yang akan mengajar kami nantinya. Tentu diakhiri dengan foto bersama. Simpel banget sih.


Bagian menyenangkannya saat kami dapet bingkisan lololol. Isinya perlengkapan sekolah. Literally. Baju, tas, buku, map, alat tulis, sampai powerbank. Luph sekali sekolahku ini.

Menutup hari itu kami diajak sunbae yaitu mba Arin buat keliling ruang kelas. Berhubung kami mahasiswa kesmas yang bergabung di fakultas kedokteran, kuliahnya tuh di rumah sakit. Kalo pernah nonton Hospital Playlist atau Resident Playbook, kurang lebih kaya gitu lah suasananya.

Dokter, perawat dan staf lain berlalu lalang. Pasien. Dari scrubnya, cara naruh pulpen di saku sampai bawa kopi, semuanya plek. Haha. 

Dengan ini, resmi sudah kami untuk bergabung menjadi mahasiswa baru Graduate School of Public Health Yonsei University. Doakan semogaaa bisa menjalankan studi dengan baik ya!
Selagi di Korea, tidak lupa untuk jalan-jalan. Masa awal ini perasaan sebagai turis sangat berasa. Makanya kami mencoba eksplor daerah wisatawan terlebih dahulu. Tiga area yang disebut di judul ini merupakan daerah dengan foreigner (외국인) terbanyak.


Itaewon

Perjalanan ke Itaewon sekaligus menandai pertama kalinya kami naik subway/metro/MRT (지하철). Kami kesulitan untuk memastikan apakah peron yang kami tempati itu benar. Mau nanya ke orang lain sungkan. Alhasil sempat deh bolak balik pintu masuk dan keluar karena nggak yakin :))


Karena ini pula sampai sekarang kami lebih memilih bus daripada subway. Padahal buat orang lain, subway tuh lebih nyaman. Waktu tempuh lebih cepat. Nggak harus bergantung dengan traffic jalanan yang kadang sulit diprediksi.

Selain masih belum lancar baca line subway, kami juga capek harus naik turun tangganya. LOL. Indonesia banget nggak sih? Ditambah lagi perjalanan kaki menuju halte bus dan stasiun itu lebih dekat halte. Untuk naik bus kami cukup jalan sekitar 500an meter. Sedangkan stasiun tergantung dari mana, Sinchon atau Ewha. Terdekat stasiun Ewha sudah motong jalan lewat univ pun masih ada jarak 1-2 kilometer. Perhitungan banget, ya? HAHA.


Waktu tempuh ke Itaewon sekitar 40-45 menit. Ditambah jalan kaki dari dan ke stasiun bisa total 1 jam. Tujuan utama kami adalah Seoul Central Mosque (서울중앙성원). Masjid pertama dan terbesar di Korea. Daerah Itaewon ini sangat beragam penghuninya. Justru kulihat lebih banyak turis dan pendatang dibanding warga lokal.

Denger-denger sih juga termasuk daerah yang lumayan "bebas" yah...pas perhatiin jalan gitu ada gay bar. Dimana untuk ukuran sini tuh masih tabu. 

Buat yang cari makanan halal, di Itaewon bertebaran. Ada yang self-claim ada pula yang sudah tersertifikasi halal. Di Korea, yang berwenang melakukan sertifikasi halal adalah Korean Muslim Federation (한국이슬람교). Toko Asia juga banyak, kalau mau cari daging halal. 

Kalau aku perhatikan sih Muslimnya berasal dari Pakistan, Uzbekistan, daerah Asia Selatan dan Asia Tengah. Baru kemudian Indonesia. 

Namanya di Seoul, jangan kaget ya dengan jalan menanjak. Ini cukup menghabiskan energi. Hahaha. Dari stasiun Itaewon kami naik naik ke puncak gunung sampai akhirnya ketemu lah dengan masjid. Alhamdulillah berhubung pas banget dengan waktu Magrib, aku sempatkan jamaah disini.


Tempat wudhunya terpisah dari gedung untuk sholat. Harus menyeberang di gedung berbeda dan turun 1 atau 2 lantai gitu. Alhamdulillah, seneng banget liat tempat wudhu. Sesuatu yang langka disini.



Untuk tempat sholat perempuannya yang dibuka di basemen. Keciiil, dan ga keliatan mimbar imamnya. Agak sad sedikit but it's okay. Pas solat sempet menitikkan air mata saking terharunya denger ayat-ayat Al-Qur'an dibacakan dengan keras. Hati tuh adem kaya diguyur air es. Hiks. Alhamdulillah.


Setelah sholat kami jajan es krim bentar di Baraka Cafe. Lumayanlah di musim panas ini sedikit mengurangi rasa kangen dengan es krim halal yang gampang dicari di Indonesia :"))


Daan destinasi terakhir yaitu cobain makan di Eid. Resto halal yang pertama aku tau dari Instagram. Ih, nggak nyangka akhirnya loh bisa makan disini. Dream comes true banget. Resto ini udah sertifikasi halal. Pelayannya bisa terima pesanan pakai bahasa Inggris.

Kami pesen apa ya? Bentar liat fotonya dulu.


Kalo nggak salah inget ini kimchi jjigae dan seafood jjigae gitu? Porsinya warlok gede yah dibanding Indonesia. Sepadan dengan harganya sekitar 15.000 won (plis jangan dirupiahkan). Rasanya sendiri ga jauh beda dengan di Indonesia. Agak hambar malah. Kayaknya sih emang kami yang kebiasa kebanyakan micin.

Satu set makanannya udah termasuk air putih dan banchan/side dish. Kalau mau nambah minuman lain bisa. Nah sayangnya kami tuh datengnya 30 menit sebelum tutup. Buru-buru banget dah jadi gak tenang. Sungguh pelajaran :))

Berhubung takut kemaleman, kami langsung pulang. Niat beli bahan makanan halal batal. Berbeda dengan saat berangkat yang nggak seberapa rame, pas pulang ini rame BANGET. Kami tuh ke Itaewon hari Jumat sore ke malam kan. Keesokannya Sabtu dan Minggu.


Nah Friday night dan weekend tuh waktu buat warga disini menikmati hiburan. Minum-minum dan lain sebagainya. Kami sempet liat tuh di restoran, para orang kantoran kumpul buat minum-minum bareng. Persis lah kayak di drakor yang sering kami tonton itu :P

***

Loh baru satu tempat kok udah panjang aja nih ceritanya? :))
Baiklah bagian Hongdae dan Myeongdong berlanjut ke postingan berikutnya yaa~
Kayaknya baru kemarin landing tau-tau udah masuk seminggu aja. So, udah ngapain aja di Korea?


1. Kelas bahasa Korea

Sedari awal masih di Indonesia, kami diberikan akun Yonsei Korean Language Institue untuk melihat jadwal. Isinya? Sehari 6 jam kelas. Mulai dari jam 9 sampai 12. Lalu kembali di 14.00-16.50. Setiap sesi (atau SKS gitu kalau di Indonesia?) berjalan 50 menit. Istirahat 10 menit.


Senior kami bilang, kalau di Korea tuh "on time" artinya udah telat. Mereka mewanti-wanti untuk kami datang sebelum jadwal. Dan bener aja dong. Di hari pertama aku datang sekitar 20 menit sebelum kelas. 5 menit kemudian gurunya udah dateng. Untunglah kebiasaanku dari Indonesia bukan seperti kebanyakan orang: ngaret. So, aku nggak kesulitan untuk beradaptasi mengenai waktu disini.

"Kamu kelas bahasa Korea setahun, ya?"

Beberapa orang bertanya begitu. Jawabannya: enggak. Yang setahun adalah anak GKS (Global Korean Scholarship). Mereka diwajibkan karena perkuliahan yang akan diikuti dalam bahasa Korea. Sedangkan kami bahasa pengantarnya adalah Inggris. Bisa dibilang, kelas ini agar kami bisa bertahan hidup di Korea. Toh juga akan kepakai dengan banyaknya signage atau pengumuman yang ditulis dalam bahasa Korea. Kelas kami hanya 2 minggu.


Kelas ini basic banget. Mulai dari pengenalan huruf sampai bacanya. Sebagai orang yang udah belajar dan ambil ujian sebelumnya, aku bisa cepat mengikuti. 


Gurunya pun sadar. Temen-temenku juga sadar. Agak gak enak pula kesannya kek show off tapi gimana ya emang udah bisa...

Sedangkan bagi yang baru pertama kali mengenal hangeul dkk ini bakal kesulitan. Ngajarnya tuh cepet banget. Di akhir pekan kami udah sampai belajar partikel dan bikin kalimat. Sementara bisa jadi hafalin hurufnya aja belum tuntas.

Kesulitanku pribadi untuk pengucapan. Lidah medok ini untuk ngucapin D, T, H masih tebal. Ternyata yang bener itu tipis. H-nya lebih kaya huruf ha di arab (yang sebelum kho itu). 

Hamdalahnya Ssaem-ku ini baik dan encouraging. Ditengah kelas disisipkan obrolan-obrolan buat kenal lebih lanjut. Selama 3 hari berturut-turut pun kami dikasih snack: permen dan yakgwa. Small gesture yang buat foreigner tuh...terasa warm-nya. 

Untuk kelas ini nggak masuk SKS perkuliahan kami. So, kami bisa ikuti dengan suka cita tanpa beban berarti.

2. Belanja ke Daiso

Kalau Indonesia punya Miniso, di Korea ada Daiso. Dan literally everywhere! Untuk menunjukkan arah tempat, disini lebih presisi menggunakan naver/kakao map. Di hari pertama kami tiba, sorenya kami ke Daiso. Berhubung belum tau, kami memilih ke Daiso dekat Ewha Station. Padahal sebenernya ada yang lebih dekat :P

Kurang lebih kami berjalan 30 menit dengan kontur jalan naik turun khas Seoul itu. Jalannya enak, trotoar luas. Mobil dan motor tertib ketika lampu merah. Kayaknya cuma kami doang yang sebelum nyebrang kudu tengok kanan kiri. Sedangkan yang lain yakin aja langsung jalan. Saking aman dan terpercaya-nya pengendara kali ya. Gak ada atau jarang ceritanya lampu menunjukkan kuning dan kendaraan justru tancap gas.

Awalnya kami agak kesulitan untuk menemukan Daiso ini. Pas dibaca lagi di ulasannya, oooh ternyata di underground alias basement. Mana ga ada plangnya pula. Pantesan ga keliatan...

Barang di Daiso ini memang terjangkau. Kata seniorku sih maksimal dibanderol 5000 won. Isinya juga lumayan lengkap, yaa printilan kayak di Miniso lah. Untuk pembayaran ada 2 sistem. Self check in dan manual. Yang manual masih ada kasirnya, biasanya untuk pembayaran menggunakan cash. Kami pakai yang terakhir berhubung uang Won kami berupa cash.

3. Belanja online

Di coupang yang terkenal itu! Untuk ini kami dibantu sunbae (senior). Beliau juga yang mau untuk ditanya-tanya sejak aku daftar. Bersyukur banget deh!

"Emang ga bisa beli sendiri?"
Sayangnya, enggak. Banyak hal di Korea itu daftar pakai nomor handphone, yang terhubung di akun rekening. Sedangkan untuk punya nomor handphone lokal, harus punya ARC (Alien Registration Card). Kartu identitas resmi bagi warga asing yang tinggal di Korea lebih dari 90 hari.

Tentu untuk mendapatkannya butuh waktu sekitar 1-2 bulan. That's why we rely a lot like A LOT on our sunbae <3 termasuk delivery order makanan.


4. Cobain transportasi publik

Ada 2 yang udah kami coba. Subway (MRT?) dan bus. Kami diantar dulu untuk beli T-money. Yaa semacam kartu elektronik buat naik KRL-lah. Bisa beli di convenience store bernama CU. Kurang tau kalau di GS ada atau engga.

Belinya di kasir. Pilih kartunya. Harga beda tergantung desain. Kartu kosongnya yang aku beli seharga 4000. Lalu kami minta top up 10.000. Biaya naik subway 1.550 kalau ngga salah. Untuk bus 1.500. Nah yang bus ini diterapkan juga sistem ketika transfer (transit?) untuk pindah bus, selama belum 30 menit nggak akan kepotong 2x. 

Tips bertahan hidup disini adalah jangan mengkonversi uang ke rupiah :P udah jelas nilai mata uang kita rendah. Ditambah UMR yang ngga sebanding. Padahal kemerdekaan cuma beda 2 hari, kok nasibnya bisa berbanding terbalik? Uhukkk.

Skill utama yang dibutuhkan: baca map. Map disini tuh jelas banget. Misal mau naik bus. Tertera kapan bus yang akan ditumpangi datang. Untuk memastikan kita ga salah halte, tiap halte juga ada nomornya. Buat yang pernah naik TJ (transjakarta) ini mirip kok. 


Misalnya gambar diatas nih. Halte Sinchon ID-nya 13-211. Bus nomor 5713 akan datang 7 menit lagi. Sedangkan 742 harus menunggu 12 menit lagi.

Aturannya: naik dari pintu depan. Tap kartu ke alat. Kalau mau turun pencet bel, tap kartu di pintu belakang. Turun deh. Bedanya, alat pembaca kartu disini lebih cepat daripada di Jakarta :P

Untuk subway gimana? Yaa sama aja dengan MRT di Indonesia. Harus mau naik turun tangga dan itu BANYAK. 


Awalnya kami kesulitan menentukan peron mana yang harus kami pilih. Hamdalah nggak nyasar berbekal pede dan map :)) kondisi subway di Korea pun ya kurang lebih sama dengan MRT. 


Plus aku bisa mendengarkan lagu kedatangan subway yang legend itu :P

"Enak naik bus atau subway?"

Bagi orang Indonesia yang jarang jalan kek kami enakan naik bus. LOL. Lebih mudah menavigasi. Nggak bingung pilih peron. Plus nggak perlu naik turun ratusan anak tangga. Takut aku tu pulang-pulang tambah kurus :P

Selain keempat hal diatas, kami juga udah eksplor gerbang utama Yonsei University! Emang ada apaan? Biar ga kepanjangan, nyambung di post selanjutnya ya. Dadaah!