Friday, November 07, 2025

Navigating Life as an Alien

Apa? Alien? Haha. Bercandaan warga sini sih. Kok bisa disebut Alien? Jadi ada ceritanya...


Banyak banget sebenernya yang bisa aku ceritakan selama 2 bulan disini. Saking banyaknya, bingung mau nulis yang mana dulu. Biar adil ga cuma cerita jalan-jalan aja, marilah menyimak tentang administrasi kehidupan disini.

Untuk tinggal lebih dari 60 hari, selain visa dibutuhkan kartu sakti. Dulunya kartu ini bernama Alien Registration Card (ARC). Sekarang berubah menjadi Residence Card (RC). Meskipun begitu, ketika mengurus sesuatu lebih mudah menyebut Alien Card daripada Residence Card. Sepertinya sudah mendarah daging dibanding RC.

Jika mengikuti peraturan aslinya, kami (mahasiswa) bisa mengurus sendiri di website hikorea. Berhubung kami berada dibawah payung Yonsei University, kampus menunjuk pihak ketiga untuk mengurusnya. Jangan dikira beneran diurusin dan kami lepas tangan. Masih ada alur yang kami harus turun serta.

Langkah pertama, kami diminta untuk mendaftar akun sebut saja H-app. Kami harus mengisi identitas sesuai paspor. Kemudian mengunggah dokumen yang diperlukan.

1. Residence Documents
Berisi informasi dimana kami tinggal. Ada nama dorm dan alamatnya. Yonsei memang punya banyak dorm. Ada Muak, Avision House, SK Global House, Jejung, dll.

2. ID Photo
Latar belakang putih. Disarankan fotonya jelas, nggak berbayang. Bukan foto lama. Aku pakai foto paspor terbaru.

3. Passport Copy
Foto/scan dari paspor. Ini agak tricky karena aku foto pakai handphone, berbayang dari lapisan plastik paspornya. Kudu ngulang berkali-kali sampai ilang tuh bayangan masa lalu.

4. Certificate of Enrollment
Berisi bukti bahwa kami memang mahasiswa Yonsei, kalo ga salah inget ini ada informasi nomor identitas mahasiswa (NIM). Disini nyebutnya Student ID.

Kayaknya itu aja...
Kemudian kami bayar 50.000 won. Ada selisih 15.000 won untuk bayar jasanya. Di hikorea "hanya" 35.000 won. Berhubung pakai aplikasi pihak ketiga, aku ga tau gimana prosesnya kalau lewat hikorea dan apa bedanya.

Selama langkah ini kami didampingi senior, termasuk bayar membayar. Waktu itu kami belum punya akun bank. Biaya hidup bulanan masih diberikan secara tunai. Terima kasih senior! Apalah kami tanpamu~~

Singkat cerita, di proses ini kami tunggu aja gimana verifikasi H-app ke imigrasi. Alhamdulillah dokumenku diproses mulus tanpa ada masalah. Beberapa teman dari Afrika dan Asia entah kenapa harus konfirmasi dokumen ke kantor imigrasi. Agak merepotkan sebenarnya berhubung kami ada kelas, jarak kampus ke imigrasi pun nggak bisa dibilang dekat.

Langkah kedua, pengambilan sidik jari. Disinilah terdapat sedikit perubahan. Seharusnya pihak H-app serta imigrasi akan datang ke kampus untuk pengambilan sidik jari. Udah ambil slot jadwal tuh, nggak taunya diubah. Lokasinya jadi ke kantor imigrasi Nambu. Kalau di emailnya sih hal ini disebabkan oleh kebakaran yang terjadi di pusat data nasional-nya Korea.

Mau gimana lagi kan ya, masa iya nyalahin?
Alhasil selepas kelas kami menuju kantor imigrasi. Ini tuh masih di Seoul tapi pas kami kesana berasa beda dunia. HAHA. Se-beda itu daerah Magok dan Sinchon. Disana isinya gedung tinggi perkantoran. 

Pengalaman deh, ke imigrasi. Sepanjang perjalanan naik bus, aku perhatikan isinya anak Yonsei juga yang mau ke imigrasi. Cukup banyak emang mahasiswa internasional disini. Bahkan The Korea Herald bilang tahun ini rekor tertinggi jumlahnya (se-Korea sih) dibanding tahun-tahun sebelumnya.


Proses di kantor imigrasi jujur CEPET BANGET. Emang semua disini serba cepet alias ppali-ppali. Kami lapor ke petugas bahwa kami dari Yonsei. Dikasih nomor antrian. Sekitar 20 menitan dipanggil. Cap sidik jari ga sampe lima menit. Udah, kelar.

Saking ga mau ruginya kami udah jauh-jauh keluar kampus, pulangnya kami mampir ke Kebun Raya. Ini diceritakan lain kali ya (kalau sempat :p).

***

Terakhir, 31 Oktober 2025 menjadi hari bersejarah dimana aku mendapatkan Residence Card. Aww, bahagianya! Kali ini bisa ambil di Global Lounge Yonsei aja. Dengan semangat '45 aku kesana pagi hari, sebelum berangkat konferensi.

Untuk apa sih kartu ini?


Selayaknya KTP di Indonesia, Residence Card tuh ada nomor identitas uniknya. Mirip fungsinya di Indonesia, untuk daftar nomor handphone, banking, dan beragam aplikasi belanja (e-commerce). Sebelumnya aku udah buka rekening Korea bermodalkan certificate of enrollment dari kampus. Hanya saja, masih terbatas pakai ATM aja untuk transaksi. Penggunaan mobile banking harus mendaftarkan RC.

Nggak cuma itu sih, untuk kehidupan sehari-hari kayak nyuci pakai mesin pun selama ini bergantung sama senior. Perkara ga punya RC untuk daftar aplikasi. Beli tiket konser juga. LOL. Pokoknya ini kartu penting pake banget.

Apa yang dilakukan setelah punya RC?

Dua hal penting versiku: daftar post-paid untuk nomor telepon dan menyambungkan ke RC. Lanjut ke bank agar bisa transaksi lewat mobile banking. Dua hal itu jujur sangat memakan waktu. Kek, luamaaaa bener prosesnya. Banyak form yang harus diisi. Udah gitu languange barrier is real, baby. Komunikasi kami menggunakan papago. Aplikasi penerjemah punya Korea. Paling akurat (katanya) dibanding Google Translate. 

***

Memang setelah punya RC kehidupan disini lebih mulus sih. Plus, nggak perlu lagi bawa-bawa paspor kemanapun. Hehe. Alhamdulillah, mari kembali menikmati kehidupan sebagai 외국인!

Post a Comment

Halo! Terimakasih sudah membaca. Setiap komentar masuk akan dimoderasi. Untuk komentar dengan anonim tidak akan saya balas, ya. Yuk biasakan menjadi diri sendiri di dunia maya!