Mayoritas travel agen Indonesia yang buka trip ke Korea memasukkan Nami Island dalam itinerary-nya. Dan, waktu terbaik dan terpopuler mengunjungi Nami Island saat musim gugur/autumn/fall.
Kenapa? Karena disinilah jajaran pohon ginkgo dengan daun berwarna kuning. Pohon lainnya punya daun berwarna oranye-merah. Cocok banget untuk dijadikan latar belakang foto yang menunjukkan "lagi diluar negeri". Iya, nggak bakal ada suasana kayak gini di Indonesia.
Ditambah suhu autumn pada umumnya lebih bersahabat dibanding summer atau winter. Walau kenyataannya nggak bisa diprediksi. Seperti saat kami berkunjung, dimana suhunya hampir 0 derajat celcius.
Perjalanan dari Seoul menuju Nami Island
Ditengah suhu autumn yang drop ke 2 derajat celcius, kami berangkat dari Seoul. Perjalanan dimulai dari naik bus menuju stasiun kereta. Kali ini bukan subway, melainkan kereta jarak jauh. Berhubung Nami Island berlokasi di luar Seoul, tepatnya kota Chuncheon, Provinsi Gangwon.
Untuk ke stasiun memakan waktu 1 jam. Setelahnya, kami melanjutkan perjalanan menuju stasiun Gapyeong. Bagi manusia yang tinggal di Seoul, kerasa banget perbedaannya terutama di bangunan. Kalau Seoul isinya gedung tinggi, disini relatif jarang. Pemandangan diluar mirip seperti naik kereta trans Jawa. Perkebunan, green house, warna hijau mendominasi.
Sesampainya di Gapyeong, kami lanjut naik bus di halte seberang stasiun. Cuma 1 bus menuju terminal Nami Island, yaitu nomor 10-4. Semua petunjuk navigasi ini bisa didapatkan dengan mudah berbekal Naver Maps. Nggak perlu khawatir nyasar.
Bus kebanyakan berisi turis, seperti kami inilah. Banyak hijabi yang kurasa dari Malaysia, mendengar dari logatnya.
Tak lama, kami sampai di terminal penyeberangan. Total dari Seoul sampai sebelum menyeberang memakan waktu 2 jam.
Berpetualang di Nami Island
Disini petualangan seru kami dimulai. Untuk menyeberang ke Nami Island ada 2 pilihan. Pertama yang umum menggunakan kapal. Waktunya 8-10 menit. Kedua, menggunakan zip line (kita lebih sering nyebutnya flying fox). Waktu tempuh hanya 1-2 menit.
Tapii...harganya beda jauh. Naik kapal 18.000 won. Sedangkan zip line 55.000 won. Kami berempat memutuskan menyeberang dengan moda berbeda.
Aku dan kak G pilih zip line. Mba R dan A pilih kapal. Pikirku, "Kapan lagi punya kesempatan untuk cobain zip line di Korea?". Zip line pun ada 2 pilihan: Family dan Adventure. Sepertinya yang tipe kedua lebih menantang derajat kemiringannya.
Jadilah kami menuju tower keberangkatan zip line. Sebelum meluncur, kak G berbaik hati menyewa VR kamera. Ternyata tuh nggak boleh ngerekam pakai device pribadi. Ngga mau nanggung resiko kali ya kalau jatuh.
Untuk sewa ada tambahan lagi sekitar 20.000 won. Thanks kak G udah mau nyewa. Aku numpang nongol aja. Haha. Oiya, sewa VR hanya bisa untuk tipe Family.
Jujur, pas naik ke tower tuh mulai deg-degan. Sampai dipasang sabuk pengaman dan kaki diminta menjulur ke depan. Btw, kami ngga dikasih life jacket. Padahal aku ga bisa renang :)) pas pertama meluncur rasanyaa....aduhai jantung kaya mau copot.
5 detik setelahnya? SERU BANGET! Bisa lihat hijaunya air sungai Bukhan dipadukan biru langit dan warna warni dedaunan. Aduhaiii, rasanya cepet banget waktu zip line itu berlalu :))
Buat kenangan aku upload videonya di Youtube :))) ini adalah POV waktu udah selesai. Dalam hati, "AAKKK mau lagi pleaseee!"
Sampai di Nami Island, aktivitas kami cuma foto :P Isinya apa sih pulau ini? Museum, pertokoan, activity, sampai vila untuk menginap pun ada. Kami muterin aja cari spot foto yang bagus.
Berhubung ini musim gugur, asli dah isinya manusia di setiap sudut. Warga lokal dan turis berbaur. Banyak banget yang datang rombongan macam tur gitu. LOL. Tips-nya kalau mau dapet foto proper tanpa ada photobomb manusia ya coba penyeberangan paling pagi. Kami yang udah merasa pagi dari Seoul ternyata kalah sama yang lain.
Bisa kubilang, Nami Island ini contoh dari tempat wisata yang SANGAT SIAP. Semua kebutuhan turis ada. Brosur dalam berbagai bahasa, termasuk Melayu ada! Umumnya cuma 2 bahasa: Korea dan Inggris. Paling Gong lagi tersedia dong resto HALAL CERTIFIED. Ngga cuma self-claim. Plus, tersedia mushola dan tempat wudhu.
Sejauh ini, mushola di Nami Island terbaik versiku. Udah kayak masjid standarnya. Kayaknya sih udah tau banyak wisatawan Muslim terutama dari Malaysia. Beneran deh, salut banget. Yang bikin aku salut selanjutnya, harga makanan yang dijual tuh nggak beda jauh dari Seoul.
Masih di kisaran belasan ribu won. Padahal ini tempat wisata. Pulau. Kalau di Indonesia udah kebayang bakal naik harganya 2-3 kali lipat. Hebat deh. TOP banget pengelolaan wisatanya. Pemerintah kalo mau belajar buat mengembangkan wisata sih fix coba berguru ke Nami Island.
Dilihat dari brosurnya, banyak aktivitas yang bisa dicoba. Banana boat, clay art, dll. Kami aja yang nggak mau eksplor lebih jauh. So, nikmatin foto-foto ini aja ya :P
Tidak lupa berfoto dengan patung legend pasangan Winter Sonata~
Worth the hype nggak si Nami Island?
Yes~ Apalagi kalau bawa fotografer yang mumpuni. Pake OOTD cantik. Dijamin foto instagram dapet banyak like :P
Mau ngunjungin lagi?
Boleh, penasaran waktu winter bakal kayak apa.


















Post a Comment
Halo! Terimakasih sudah membaca. Setiap komentar masuk akan dimoderasi. Untuk komentar dengan anonim tidak akan saya balas, ya. Yuk biasakan menjadi diri sendiri di dunia maya!