![]() |
| Foto milik Rumaisa |
Ceritanya, kami tuh kepo sama Masjid Al-Falah. Masjid Indonesia yang letaknya daerah Singil. Nah pas kesana, kami dimasukkan di grup chat. Isi pembicaraannya bermacam sih. Salah satunya menyebarkan informasi tentang Booktalk ini.
Diselenggarakan oleh Rumaisa (Rumah Muslimah Indonesia di Korea Selatan). Niat awalnya bisa diduga: Kapan lagi kan ketemu seleb Indonesia di Korea? Hehe. Maap agak kurang lurus emang. Acara berbayar pun tetap dijabanin. Toh dengan biaya yang dikeluarkan sepadan dengan yang didapat: buku, cemilan Indonesia (langka!), dan tentunya komunitas yang masyaAllah tabarakallah.
Acara yang dijadwalkan pukul 10.00 KST agak molor. Apa karena kebiasaan Indonesia? Ada untungnya sih soalnya kami pun datengnya molor perkara nunggu bus *ngeles. Padahal mah bisa berangkat lebih awal kalo udah tau kudu transfer bus.
Siapakah Natasha Rizky?
Beliau adalah aktris yang dulunya aku tau dari perannya di CCC alias Cinta Cenat-Cenut. Masih ada yang inget nggak sih? Itu tuh yang karakter utamanya boyband SM*SH. Doi jadi pemeran utama perempuan dan diperebutkan Morgan dan Rafael. LOL. Se-membekas itu berhubung dulu aku sm*shblast :))
Beberapa tahun ini perubahan beliau cukup signifikan. Berhijab syar'i. Membangun rumah tangga. Dan menjadi penulis. Hingga saat ini, udah ada 3 karya beliau yang diterbitkan.
Apakah aku udah baca? BELUM :) kalo boleh jujur sih nggak begitu tertarik dengan tulisan "seleb" atau "influencer" atau siapapun yang menurutku nggak berlatar belakang penulis. Sombong juga pemikiran ini dipikir-pikir. Padahal mah siapa aja bisa nulis.
Lanjut ke booktalknya..
Diawali dengan tilawah Al-Qur'an dan sambutan ketua Rumaisa. Lalu masuk ke acara inti dipandu oleh Kak Aci. Lucu dah, Kak Acha (panggilan akrab Natasha) dan kak Aci sepanggung.
Lagi-lagi aku sempat kepikiran, beliau kan artis. Bakal jaim nggak yah? Bakal krik krik dan ada gap dengan audiens nggak yah? Ih ternyata enggak loh. Vibes acaranya tuh kayak ngobrol ama mpok-mpok betawi gitu. Asik. Seru. Dan tetep berfaedah.
Ada 3 topik pembahasan yang bisa aku tangkap. Pertama dan utama diambil dari bukunya berjudul "Ternyata Tanpamu", disini banyak banget membicarakan mengenai kehilangan. Kejadian kehilangan ini terasa "besar" karena nggak ada persiapannya.
Dan, sebenarnya kenapa sih manusia bisa merasakan kehilangan? Nggak lain karena rasa memiliki dan kemelekatan. Beberapa kali aku membaca topik seputar ini, dan ya. Manusia itu udah diperingatkan berkali-kali bahwa bahkan tubuhnya aja bukan milik dia. Tetep aja gedeg dengan rasa kepemilikan.
Kedua, kenapa kak Acha menulis?
Menurut dia, sebenarnya menulis itu salah satu sarana untuk meluapkan keresahan. Tentunya ada cara lain seperti memasak, traveling, setiap orang beda kebutuhannya. Buat kak Acha, menulislah pilihannya.
Ada orang berpendapat bahwa menulis itu beban. Iya kah? Tipsnya agar nggak jadi beban: buatlah sebagai kebutuhan. Tantangan saat menulis tuh 2: susah memulai dan susah mengakhiri. Hayo, kamu yang mana?
Bicara tentang menulis sebagai karya, mungkin ada diantara kita yang berkarya tetapi nggak diterbitkan. Selama ini stigma yang beredar adalah berkarya itu sama dengan penerbitan. Padahal enggak juga. Aku mengamini ini sih. Menurutku dengan aku rutin menulis di blog ini udah termasuk karyaku.
Selanjutnya, kenapa kak Acha pilih puisi?
Ini nih agak filosofis. Dengan puisi dibanding karya tulisan lain, penulis bisa mengecoh pembaca tentang apa makna puisi. Seperti yang kita tahu, puisi tuh nggak punya tafsiran baku. Setiap orang bebas untuk menafsirkan puisi sesuai dengan pemikirannya. Alhasil, penulis lebih leluasa dalam berkarya.
Namanya juga bedah buku. Pembicaraan banyak mengenai karya yang ditelurkan kak Acha. Acara makin seru ketika MC melempar kuis this or that yang harus dijawab.
Aku nggak inget semua detailnya. Satu yang kuinget: Menulis untuk berkarya atau berdakwah? Dengan mantap kak Acha jawab jujur berkarya. Aktualisasi diri. Untuk mencapai ke berdakwah tuh rasanya berat di tanggung jawab. Apalagi kak Acha mengaku beliau pun masih sama-sama belajar.
Dan bicara tentang belajar, beliau mengingatkan untuk apa-apa yang udah kita pelajari, jangan lupa untuk diamalkan. Meski berdarah-darah. Jika dihubungkan kembali dengan kehilangan dan permasalahan dibaliknya, sebenarnya yang bikin manusia jatuh tuh bukan di keduanya. Melainkan karena kurang ilmunya.
Tsaahhh...mantep banget nggak tu. Aku sempet amaze juga di bagian kak Acha menyebutkan beberapa penulis. Kenapa begitu? Tandanya dia juga seorang pembaca. Hehe. Jarang kan publik figur di Indonesia yang kasih rekomendasi buku? Beberapa yang beliau sebut ada Joko Pinurbo, Fahruddin Faiz, dan ini paling gong: Ocean Vuong.
Yang terakhir tuh kayak, wah baca Ocean Vuong? Udah tersegmentasi banget pangsa pasarnya itu *YTTA.
Daan...diakhiri dengan kejutan: semua peserta dapet tanda tangan dan foto bareng! Aaaakk~ syenang sekali. Kami udah kaya dateng ke acara fansign idol. LOL.
Di kesempatan ini aku minta kak Acha rekomen satu buku. Beliau jawab Ocean Vuong. Kalo ga salah inget yang Time Is a Mother. Masuk dulu ke tumpukan TBR-ku.
***
Senanggg sekali bisa dateng ke event seru kayak gini. Bonus bisa masuk di area sholat utama di Seoul Central Masjid. Biasanya cuma di bagian perempuan aja yang keliatannya kaya mushola itu :')) Alhamdulillah.
Bisa kubilang pembawaan diri, publik speaking kak Acha nih oke. Bisa bawa penonton "hanyut" untuk mendengarkan dia. Jokesnya dapet. Tektokannya santai, gitu. Beliau sempat membawakan satu puisi berjudul "Ibu" yang sukses membuat sesenggukan mayoritas peserta.
In the end, kamsahamnida Rumaisa dan Kak Acha. Juga roommate-ku yang udah ngajakin :P






Post a Comment
Halo! Terimakasih sudah membaca. Setiap komentar masuk akan dimoderasi. Untuk komentar dengan anonim tidak akan saya balas, ya. Yuk biasakan menjadi diri sendiri di dunia maya!