Sunday, August 24, 2025

Adapting First Week in Korea

Kayaknya baru kemarin landing tau-tau udah masuk seminggu aja. So, udah ngapain aja di Korea?


1. Kelas bahasa Korea

Sedari awal masih di Indonesia, kami diberikan akun Yonsei Korean Language Institue untuk melihat jadwal. Isinya? Sehari 6 jam kelas. Mulai dari jam 9 sampai 12. Lalu kembali di 14.00-16.50. Setiap sesi (atau SKS gitu kalau di Indonesia?) berjalan 50 menit. Istirahat 10 menit.


Senior kami bilang, kalau di Korea tuh "on time" artinya udah telat. Mereka mewanti-wanti untuk kami datang sebelum jadwal. Dan bener aja dong. Di hari pertama aku datang sekitar 20 menit sebelum kelas. 5 menit kemudian gurunya udah dateng. Untunglah kebiasaanku dari Indonesia bukan seperti kebanyakan orang: ngaret. So, aku nggak kesulitan untuk beradaptasi mengenai waktu disini.

"Kamu kelas bahasa Korea setahun, ya?"

Beberapa orang bertanya begitu. Jawabannya: enggak. Yang setahun adalah anak GKS (Global Korean Scholarship). Mereka diwajibkan karena perkuliahan yang akan diikuti dalam bahasa Korea. Sedangkan kami bahasa pengantarnya adalah Inggris. Bisa dibilang, kelas ini agar kami bisa bertahan hidup di Korea. Toh juga akan kepakai dengan banyaknya signage atau pengumuman yang ditulis dalam bahasa Korea. Kelas kami hanya 2 minggu.


Kelas ini basic banget. Mulai dari pengenalan huruf sampai bacanya. Sebagai orang yang udah belajar dan ambil ujian sebelumnya, aku bisa cepat mengikuti. 


Gurunya pun sadar. Temen-temenku juga sadar. Agak gak enak pula kesannya kek show off tapi gimana ya emang udah bisa...

Sedangkan bagi yang baru pertama kali mengenal hangeul dkk ini bakal kesulitan. Ngajarnya tuh cepet banget. Di akhir pekan kami udah sampai belajar partikel dan bikin kalimat. Sementara bisa jadi hafalin hurufnya aja belum tuntas.

Kesulitanku pribadi untuk pengucapan. Lidah medok ini untuk ngucapin D, T, H masih tebal. Ternyata yang bener itu tipis. H-nya lebih kaya huruf ha di arab (yang sebelum kho itu). 

Hamdalahnya Ssaem-ku ini baik dan encouraging. Ditengah kelas disisipkan obrolan-obrolan buat kenal lebih lanjut. Selama 3 hari berturut-turut pun kami dikasih snack: permen dan yakgwa. Small gesture yang buat foreigner tuh...terasa warm-nya. 

Untuk kelas ini nggak masuk SKS perkuliahan kami. So, kami bisa ikuti dengan suka cita tanpa beban berarti.

2. Belanja ke Daiso

Kalau Indonesia punya Miniso, di Korea ada Daiso. Dan literally everywhere! Untuk menunjukkan arah tempat, disini lebih presisi menggunakan naver/kakao map. Di hari pertama kami tiba, sorenya kami ke Daiso. Berhubung belum tau, kami memilih ke Daiso dekat Ewha Station. Padahal sebenernya ada yang lebih dekat :P

Kurang lebih kami berjalan 30 menit dengan kontur jalan naik turun khas Seoul itu. Jalannya enak, trotoar luas. Mobil dan motor tertib ketika lampu merah. Kayaknya cuma kami doang yang sebelum nyebrang kudu tengok kanan kiri. Sedangkan yang lain yakin aja langsung jalan. Saking aman dan terpercaya-nya pengendara kali ya. Gak ada atau jarang ceritanya lampu menunjukkan kuning dan kendaraan justru tancap gas.

Awalnya kami agak kesulitan untuk menemukan Daiso ini. Pas dibaca lagi di ulasannya, oooh ternyata di underground alias basement. Mana ga ada plangnya pula. Pantesan ga keliatan...

Barang di Daiso ini memang terjangkau. Kata seniorku sih maksimal dibanderol 5000 won. Isinya juga lumayan lengkap, yaa printilan kayak di Miniso lah. Untuk pembayaran ada 2 sistem. Self check in dan manual. Yang manual masih ada kasirnya, biasanya untuk pembayaran menggunakan cash. Kami pakai yang terakhir berhubung uang Won kami berupa cash.

3. Belanja online

Di coupang yang terkenal itu! Untuk ini kami dibantu sunbae (senior). Beliau juga yang mau untuk ditanya-tanya sejak aku daftar. Bersyukur banget deh!

"Emang ga bisa beli sendiri?"
Sayangnya, enggak. Banyak hal di Korea itu daftar pakai nomor handphone, yang terhubung di akun rekening. Sedangkan untuk punya nomor handphone lokal, harus punya ARC (Alien Registration Card). Kartu identitas resmi bagi warga asing yang tinggal di Korea lebih dari 90 hari.

Tentu untuk mendapatkannya butuh waktu sekitar 1-2 bulan. That's why we rely a lot like A LOT on our sunbae <3 termasuk delivery order makanan.


4. Cobain transportasi publik

Ada 2 yang udah kami coba. Subway (MRT?) dan bus. Kami diantar dulu untuk beli T-money. Yaa semacam kartu elektronik buat naik KRL-lah. Bisa beli di convenience store bernama CU. Kurang tau kalau di GS ada atau engga.

Belinya di kasir. Pilih kartunya. Harga beda tergantung desain. Kartu kosongnya yang aku beli seharga 4000. Lalu kami minta top up 10.000. Biaya naik subway 1.550 kalau ngga salah. Untuk bus 1.500. Nah yang bus ini diterapkan juga sistem ketika transfer (transit?) untuk pindah bus, selama belum 30 menit nggak akan kepotong 2x. 

Tips bertahan hidup disini adalah jangan mengkonversi uang ke rupiah :P udah jelas nilai mata uang kita rendah. Ditambah UMR yang ngga sebanding. Padahal kemerdekaan cuma beda 2 hari, kok nasibnya bisa berbanding terbalik? Uhukkk.

Skill utama yang dibutuhkan: baca map. Map disini tuh jelas banget. Misal mau naik bus. Tertera kapan bus yang akan ditumpangi datang. Untuk memastikan kita ga salah halte, tiap halte juga ada nomornya. Buat yang pernah naik TJ (transjakarta) ini mirip kok. 


Misalnya gambar diatas nih. Halte Sinchon ID-nya 13-211. Bus nomor 5713 akan datang 7 menit lagi. Sedangkan 742 harus menunggu 12 menit lagi.

Aturannya: naik dari pintu depan. Tap kartu ke alat. Kalau mau turun pencet bel, tap kartu di pintu belakang. Turun deh. Bedanya, alat pembaca kartu disini lebih cepat daripada di Jakarta :P

Untuk subway gimana? Yaa sama aja dengan MRT di Indonesia. Harus mau naik turun tangga dan itu BANYAK. 


Awalnya kami kesulitan menentukan peron mana yang harus kami pilih. Hamdalah nggak nyasar berbekal pede dan map :)) kondisi subway di Korea pun ya kurang lebih sama dengan MRT. 


Plus aku bisa mendengarkan lagu kedatangan subway yang legend itu :P

"Enak naik bus atau subway?"

Bagi orang Indonesia yang jarang jalan kek kami enakan naik bus. LOL. Lebih mudah menavigasi. Nggak bingung pilih peron. Plus nggak perlu naik turun ratusan anak tangga. Takut aku tu pulang-pulang tambah kurus :P

Selain keempat hal diatas, kami juga udah eksplor gerbang utama Yonsei University! Emang ada apaan? Biar ga kepanjangan, nyambung di post selanjutnya ya. Dadaah!

Post a Comment

Halo! Terimakasih sudah membaca. Setiap komentar masuk akan dimoderasi. Untuk komentar dengan anonim tidak akan saya balas, ya. Yuk biasakan menjadi diri sendiri di dunia maya!