Monday, March 28, 2022

Home Sweet Loan: Fiksi Rasa Realita

Selain pembicaraan tentang menikah dan anak, kepemilikan rumah menjadi topik yang sering dibicarakan di umur pertengahan 20. Awalnya aku nggak terlalu menyadari hal ini. Bahkan ketiganya pun belum ada didalam kehidupanku :P tapi hidup ditengah masyarakat medioker ya tentulah ikut nyerempet bahasan ini.

Home Sweet Loan: Fiksi Rasa Realita

Ternyata aku nggak sendirian. Pembicaraan rumah sampai dituliskan Ratu Cungpret dalam novel terbarunya: Home Sweet Loan. Nggak berhenti sampai situ dong. Komikus Bintang Emon pun membuat konten yang secara blak-blakan mengutarakan kegundahannya tentang harga rumah yang selangit.

Oke, kali ini bakal bahas lebih jauh tentang novel Home Sweet Loan. Novel yang aku dapetin dari mbak S. Thank you mbak S!

Blurb:
Empat orang yang berteman sejak SMA bekerja di perusahaan yang sama meski beda nasib. Di usia 31 tahun, mereka berburu rumah idaman yang minimal...nyerempet Jakarta. 

Kaluna, pegawai Bagian Umum, yang gajinya tak pernah menyentuh dua digit. Gadis ini kerja sampingan sebagai model bibir, bermimpi membeli rumah demi keluar dari situasi tiga kepala keluarga yang bertumpuk di bawah satu atap. Di tengah perjuangannya menabung, Kaluna dirongrong oleh kekasihnya untuk pesta pernikahan mewah. 

Tanisha, ibu satu anak yang menjalani "long distance marriage," mencari rumah murah dekat MRT yang juga bisa menampung mertuanya. 

Kamamiya, yang berambisi menjadi selebgram, mencari apartemen cantik untuk diunggah ke media sosial demi memenuhi gengsinya agar bisa menikah dengan pria kaya. 

Danan, anak tunggal tanpa beban yang akhirnya berpikir untuk berhenti hura-hura, dan membeli aset agar bisa pensiun dengan tenang. 

Apakah keempat sahabat ini berhasil menemukan rumah yang mampu mereka cicil? Dan apakah Kaluna bisa membentuk keluarga yang ia impikan?

***

Aku kasih buku ini rating 5/5 saking relate-nya. Ya, perasaan "SUMPAHHHH BENER BANGETTTT" ini nggak lain karena aku tinggal di wilayah Jabodetabek. Area padat penduduk dimana commuting antar kota dianggap wajar. Perjalanan 1 jam ke tempat kerja? Sangat wajar. Hal yang nggak pernah aku rasakan ketika tinggal di Jawa Tengah.

Disini aku beberin alasanku kasih bintang 5 ke novel ini.

1. Setting-nya kekinian. Dalam artian masa pandemi ini terasa. Sehingga pembaca bisa lebih menghayati ketika membacanya. Nggak berasa "udah lewat masanya". Ada obrolan tentang isolasi mandiri, masker, sampai kebutuhan kamar mandi terpisah dirumah.

2. Penyebutan daerah yang sering disasar untuk beli rumah...bagi yang belum mampu beli di Jakarta :') beberapa kali menemukan konten yang isinya membandingkan rumah di Jakarta tuh ampun-ampunan mahalnya. Maka mau nggak mau pilihan bagi yang kerja di Jakarta adalah mencari rumah di daerah sekitarnya.

Ada Citayam di Depok.
Bojonggede di Bogor.
Tangsel.
Parung pun ikut kesebut. 

Jabodetabek-centris banget ya? EMANG. Aku sadar banget sih bisa aja bagi yang nggak pernah tinggal disini nggak familiar dengan daerahnya. Bagiku ini seringgg banget kesebut hahaha. Risetnya Almira Bastari bagus deh apakah mungkin kita se-circle? *HALAH.

3. Rumah, beragam makna dan tujuan kepemilikan. Tepat seperti empat sahabat diatas. Pencarian rumah ada beragam sebabnya. Aku paling klik dengan Kaluna. Muak dengan rumah berisi anggota keluarga yang nggak bisa diajak kerja sama untuk menjaga kenyamanan. Muak nggak merasakan "nyaman"-nya rumah untuk ditinggali. Kebutuhan akan ruang pribadi. Yaampuuun...ini sih.

Di satu sisi aku suka ngekos karena punya ruang pribadi sendiri. Tapi juga kangen suasana rumah. Yang nggak rumah banget itu :" memang yah definisi rumah itu balik lagi ke masing-masing.

4. Manusia dan privilejnya. Ada orang yang nggak menganggap punya rumah itu hal besar. Ada yang mati-matian nabung. Manusia dengan privilej bisa pilih rumah dimana aja kan uangnya nggak berseri. Hahaha. Sementara manusia pas-pasan harus kompromi ini itu demi mencapai budget yang disanggupi.

5. Istilah dan tips dalam mencari rumah. Tanya pengembang secara detail. Sertifikat? Ada istilah girik (aku baru pertama denger dan thanks to novel ini ketika ngobrol dengan temen udah tau artinya). Jangan langsung tergiur harga murah (atau dibawah pasaran). Cari tau dulu penyebabnya apa. 

Cuplikan Home Sweet Loan Almira Bastari

Mau jual rumah? Perhatikan juga dokumennya. Sigh. I used to hate this administration things. Cuma ya gimana dong kayaknya disetiap fase hidup ada aja kebutuhan dokumen. Jadi warga negara aja kudu punya KTP kan itu udah contoh dokumen! Banyaakkk banget yang perlu disiapkan untuk menjalani kehidupan orang "dewasa".

Tentang Pencarian Jodoh

Biar tambah realistis, ada bumbu-bumbu pencarian jodoh dan rumitnya kehidupan pernikahan. Ada disinggung peran orang tua sebagai fund-raiser disaat sandwich generation marak bergaung. Yah, kadang aku pun berharap orang tua bisa biayain ini itu jadi uang gaji utuh buat kesenangan HAHAHA pemikiran macam apa ini :"))

Gitu deh. Plis baca biar kamu bisa ikut komentarin novel ini :P

1 comment

  1. Udah lama pengen baca buku ini gara-gara sering seliweran di timeline, hihi. Makin tertarik karena menurut mbak Lulu ini "relate" sama kehidupan wkwk 😁 Check-out ah habis ini~

    ReplyDelete

Halo! Terimakasih sudah membaca. Setiap komentar masuk akan dimoderasi. Untuk komentar dengan anonim tidak akan saya balas, ya. Yuk biasakan menjadi diri sendiri di dunia maya!