Tuesday, December 07, 2021

Bandung Trip Day 1: Kiara Artha Park dan Alun-Alun Kota Bandung

Entah ilham darimana si partner nulis ini. Kayaknya gegara dancing fountainnya. Keliatannya sih termasuk baru dibangun. Akupun pernah ngelihat status temen asal Bandung yang kesini.

Kiara Artha Park Bandung

Jam 5 kami berangkat ditemani hujan rintik-rintik. Konsepnya taman, ditengah ada danau (?) buatan sedalam 4 meter. Nah di danaunya tuh seharusnya ada air mancur warna-warni. Berdasarkan info yang kudapat dari Google, baru diresmikan awal tahun 2020. Selain dancing fountain, tersedia beberapa bangku dengan patung pahlawan, jogging park, kampung Korea dan mini train. Dua hal terakhir disebut ini nggak aku temukan.

Manusia hanya bisa berencana, hasil akhir Allah yang menentukan. Ternyata jam 5 udah tutup pemirsa. Lesson learned: harus cek akun media sosial dulu biar ga kecolongan. Kirain udah ga boleh masuk, tapi oleh satpamnya disilakan aja. Dengan konsekuensi ya ga ada apa-apanya. Emang sih :)) hanya keliatan gunung yang mengitari. Itupun samar-samar aja, masih hujan shay.

Kami ngapain disitu? Foto-foto aja hahah. Cahaya kuning dan kursinya lumayan kok bisa bikin cantik foto. Apalagi kalau dikasih filter. Beuh tambah cantik *anak instagram cenah*

Foto di Kiara Artha Park Bandung
Gimana gengs cakep gaaa?

Kecewa sih iya. Nggak lama. Toh ini masih hari pertama kan. Udah nol aja ekspektasi. Musim hujan pula travelingnya. Mau gimana lagi, coba? :P

Sempet ngintip di sekeliling, ada foodcourt. Ada food chain gede macem solaria pun. Lalu ada persewaan sepeda dan skuter. Lagi-lagi udah tutup jadi kami ga bisa nyobain. Puas disitu kami beranjak ke alun-alun kota bandung.

Alun-Alun Kota Bandung


Sholat dulu biar lega disini. Ini pertama kalinya aku ke masjid raya bandung. Aku perhatikan bangunannya kelihatan berumur, ya. Mungkin kalo di Semarang mirip sama Masjid Baiturrahman yang ada di simpang lima. Masjid ini ikonik dengan tamannya yang luas itu.

Lagi-lagi karena pandemi, nggak boleh kesitu. Alias ditutup. Dipalang pake tali tambang pas di pintu keluar masjidnya. Baiklah. Udah malem juga sih gelap. Nggak tau kalo sebelum pandemi apakah ramai?

Perpaduan antara rasa lapar dan hujan rintik-rintik membuat kami lapar. Kami mencari makan di Teras Kuliner Aqua Cikapundung Barat. Area ini mirip dengan Mangkunegaran di Surakarta. Sepanjang jalan bertebaran penjaja street food. Mulai dari tradisional, nusantara, asian, hingga western.

Lunpia Basah Bandung

Pilihan pertama jatuh pada lunpia basah. Sebagai warga Semarang, lunpia basah ini beda banget ya sama lunpia Semarang. Jika lunpia Semarang bentuknya mirip sosis solo alias digulung, lunpa basah ini terbuka. Jadi di sebuah wadah plastik dialasi kulit lunpia. Baru diisi dengan touge, ayam dan mie semacam kwetiaw. Yang aku inget gitu sih. Dan dia cita rasanya manis. Atau karena aku ga pesen yang pedes, ya?

Aku pernah liat instagram story salah satu temen yang ngga cocok sama lunpia basah. I wonder why and I anticipated it. Turn out bisa-bisa aja aku konsumsi. Maybe I’m just not that picky unless the food is spicy. As long as it is edible, I can eat just fine.

Di area ini banyak muda mudi kongkow. Keluarga juga. Ah, I miss my family but I can’t hope we’re being like that :)) enjoy aja being with my travel partner. Sebuah kebodohan terjadi. Kami pesan lunpia basah itu 1 untuk berdua. Alhasil sumpit yang dikasih sepasang aja dong. Eh malah 1 nya aku jatuhin. Pas di sendal pula. Haduhaduhadu emang ini sensor motorik tangan agak payah.

Sate Gurita

Next target adalah sate gurita. Menariknya lebih ke penjajanya itu memainkan api luar biasa wkwkwk. Rasanya? Biasa aja sih malah cenderung gosong. Overcooked nih keknya. Yasudah tak apa. Berhubung hujan semakin deras, kami memutuskan untuk pulang setelah membungkus kacang rebus dan sekoteng.

Sekoteng

Kalo Jawa Tengah punya wedang ronde, bandung punya sekoteng (atau daerah barat?). Yang khas bandung tuh bandrek bukan sih? Sekoteng ini kuahnya campuran jahe dan susu kental manis. Isiannya kolang-kaling, mutiara, serpihan semprong serta kacang tanah digoreng. rasanya tetep enak kok. Cuma ada yang kurang aja sebagai penggemar ronde isi kacang itu. Kurang nampol! Hahaha. Kan yang dicariin rondenya.

Petualangan hari itu berakhir dengan ngegofood, ngobrol sampai hampir tengah malam dan tidooor!

Post a Comment

Halo! Terimakasih sudah membaca. Setiap komentar masuk akan dimoderasi. Untuk komentar dengan anonim tidak akan saya balas, ya. Yuk biasakan menjadi diri sendiri di dunia maya!