Sunday, November 15, 2020

Bicara Kematian

Masih di awal Oktober lalu. Pagi hari akhir pekan kesekian #DiKosAja. Penjaga kos saya nyampein sesuatu. Beliau nitip kosan untuk ditinggal. Ada keperluan di kampung untuk takziah kakaknya. I was blank that time. I just woke up and getting wudhu to pray Subuh. 

Beberapa jam setelahnya beredar pula kabar duka. Ibu dari teman saya meninggal. Dua kabar kematian hanya dalam beberapa jam.

Yang pertama terpikirkan, "Apakah penjaga kos saya itu juga merasa waktunya dipanggil semakin dekat? Is she calm or stressed by this thought? - mengingat saya yang notabene masih muda justru beberapa kali punya suicidal thought.

I know better that death never determined by age. Umur berapapun bisa aja meninggal. Bayi baru lahir beberapa detik pun bisa aja dipanggil kan. Entah kenapa saya pun menemukan tweet mengenai kematian. Apa sih sebenernya yang bikin manusia takut mati?

Beberapa responnya:

1. Kenapa harus takut? Padahal kematian itu juga bagian dari kehidupan

2. Banyak dosa (jawaban terbanyak)

3. Ketidakpastian apa yang terjadi setelah kematian

Nomor 3 valid ya. Sepertinya belum ada orang yang kembali bangkit dari kematian dan menceritakan pengalamannya saat mati. Atau kisah viral beberapa tahun lalu tentang siksa kubur itu benar adanya? Who knows.

Ada pula jawaban singkat yang bilang dia nggak takut mati dan siap kapan aja. WOW, bagaimanakah caranya memiliki mindset seperti itu?

Apakah saya terlalu mencintai possession/kepemilikan di hidup ini sampai takut mati?

Apakah bener saya takut mati? Ya ngga bisa bilang berani juga sih...

Dalam suatu kajian pernah saya dengar ada baiknya sering mengingat kematian. Karena dia adalah pemutus kesenangan. Tepatnya gimana lupa. Dan di Al-Qur'an pun ada ayat yang menceritakan tentang kematian. Tentang bagaimana kehidupan setelah mati dari orang beriman dan yang enggak.

Apa yang terjadi ketika saya mati? Apakah jejak digital saya bisa jadi amal jariyah? Atau justru dosa jariyah?

Akan dalam kondisi apa saya dipanggil? Tentu berharap husnul khotimah. Bukan saat lagi scroll timeline instagram atau nonton drakor :( because there's a saying manusia akan dimatikan sesuai dengan kebiasaan. Ini pentingnya memupuk kebiasaan beribadah kali, ya. Biar bisa mempersiapkan kematian dengan sebaik mungkin. 

Am I prepare enough? And what it is that I need to prepare?


2 comments

  1. Bagian nonton drakor, duh, aku akhir-akhir ini nyari dopamin lewat nonton drakor, Non. Walau capek juga nonton drakor, tapi ada rasa menyenangkan.

    ReplyDelete

Halo! Terimakasih sudah membaca. Setiap komentar masuk akan dimoderasi. Untuk komentar dengan anonim tidak akan saya balas, ya. Yuk biasakan menjadi diri sendiri di dunia maya!