Friday, March 02, 2018

Cerita 42 Hari #KKNLyfe: Multidisiplin dan Lainnya

Bagian ini masih berlanjut tentang program multidisiplin dan kegiatan lain diluar proker yang kami kerjakan.


Sambil berjalannya program monodisiplin kami mulai memikirnya mau program multidisiplin apa, ya? Yang bisa merangkul tiga keilmuan (Kesehatan Masyarakat, Hukum, dan Teknik) secara bersamaan. Beberapa malam kami lewati untuk brainstorming. Kami semua turut menyumbangkan ide mau apa. Yang sudah sudah, biasanya pemberdayaan UMKM. Coret. Lokasi KKN kami belum punya UMKM. Baru sebatas home industry. Desa wisata? Coret. Nggak punya lokasi wisata pun.

Akhirnya setelah melalui perdebatan panjang kami memilih satu. Apa itu? Bikin vertical garden. Permasalahannya diambil dari program yang udah ada. Namanya KOTAKU (Kota Tanpa Kumuh). Program milik pemerintah ini berjalan di salah satu RW. Kami mencetuskan untuk mendukung gimana ya biar nggak keliatan kumuh? Solusinya vertical garden. Tanaman yang dipilih berjenis TOGA (Tanaman Obat Keluarga). Tujuannya apalagi kalau bukan untuk dimanfaatkan oleh warga. Kalau cuma bunga bagus dilihat aja kurang bisa dimanfaatkan, gitu.

Kami mulai membuat daftar alat dan bahan apa yang akan dibutuhkan. Ada tanaman, botol bekas untuk menanam, pipa pralon, cat, dan pritilan lainnya. Perlahan tapi pasti kami mencicil untuk mendapatkannya.

Yang jadi pe-er pertama, dimana nyari tanamannya? Cari info sana sini dapet buat nyari di daerah Pulosari. Daerah ini wilayah gunungnya Pemalang. Sejenis sama Bandungan-nya Semarang. Adem dan banyak tanaman yang bisa dipilih. Diputuskanlah kami untuk ke Pulosari langsung demi mendapatkan bibit yang murah.

Dan, di bagian ini drama KKN saya terjadi. Intinya saya nggak ikut ke Pulosari karena suatu hal. Saya ngambek LOL kok malu juga ya setelah dipikir-pikir. I just hate the fact I'm being left alone. Nggak alone deng, being left. Selama ada kesempatan buat pergi I will try hard to join. But the reality hits me with NO. Akhirnya nggak ikut HUHUHU krai aku iri gaes dengan kalian yang ikut kesana. Capek-capek ria pun aku relaaaa! 

Skip.

Singkatnya, di sesampainya di Pulosari yang waktu tempuh 1 - 2 jam dari Beji ini teman-teman langsung menuju ke Balai Desanya. Disitu perkenalan diri dan menceritakan tujuan hidup untuk cari bibit Toga. Kami diterima oleh Sekretaris Desa setempat dan diarahkan ke seorang Ibu yang masyaAllah baeknya luar biasa. Nanti saya ceritakan sendiri di postingan tentang liburan ya hihi. Ibu Nunung namanya. Beliau guru yang juga seorang pengusaha. Punya kebun yang luaaaaaaaaaas banget pokoknya luas banget gaes itu macem-macem isinya. Tanaman bunga ada, TOGA ada, sayuran ada, jamur ada. Punya kolam lele juga. Luar biyasa beliau ini di mata kami orang kaya yang baik hatinya.

Kami yang awalnya berniat untuk beli bibit malah dikasih GRATIS TIS TIS tanpa membayar sepeser pun. Padahal lumayan susah nyari bibit TOGA dibanding bibit bunga atau sayuran. Malah kami juga dibekali sirup jahe buatannya sendiri. Cerita ini versi Kordes yang satu-satunya berani mendekati saya saat galak LOL. 

“Kok bisa ya di dunia yang sekarang ini masih ada orang sebaik beliau? Pokoknya nanti waktu liburan bareng-bareng kita harus mampir kesana lagi!”

Berapi-api dia ngomongnya. Saya waktu itu diem aja karena masih...KZL hahaha sorry. Ya Alhamdulillah, ternyata masih banyak orang baik di bumi ini. Saya termasuk ke dalam orang yang percaya kalau orang baik ya insyaAllah ketemunya sesama orang baik. Bukan berarti saya udah baik, saya sih masih berusaha jadi orang baik :)

Tanaman udah dapet. Kami mencari botol bekas ukuran 1,5 L (nggak perlu nyebutin merk kan :p). Dari hasil nanya ke ibu kader, ada tuh tempat pengepul di deket rel kereta api. Kami pun meluncur kesana. Dapet 100 botol seharga Rp 25.000 udah mentok banget ditawar nggak mau. Entah kami yang nggak pandai menawar. Kocaknya waktu ngambil botol bekas ini koh On dan Bob yang dapet giliran. Bob bilang, “Bawa-bawa ini tuh nggak berat. Cuma malunya itu looo berasa banget di jalan diliatin orang”. Terima kasih Bob udah mau menahan malu demi program multidisiplin kita! 

Selanjutnya pipa pralon beli di pasar loak nggak ngerti berapaan harganya yang ngurus mah cowok-cowok. Beli cat. Lem pralon. Pritilan kayak gitu memenuhi posko dan suaranya saat motong-motong botol, potong pralon, nauzubillah brisik minta ampun! Demi program multi ini kami rela begadang sampe lewat tengah malem. *mendadak kangen*

Persiapan lain yang kami lakukan sowan dulu ke ketua RW dan ketua RT setempat. Tentunya setelah diberi lampu hijau dari pak Lurah, ya! Ngukur tembok yang mau dipasangin vertical garden. Beneran ngukur pake meteran kami ini para cewek. Sekali-kali merasakan jadi anak teknik nggak ada salahnya yha sis. Seru kan tapi? Seru lah! 

Prosesi pemasangan Alhamdulillah nggak menemui banyak masalah. In fact, we had lot of fun! Dibantu para ibu-ibu kader yang baik hatinya mau buat berkotor-kotor ria. Disedian makanan (tolong ini di highlight) bejibun.



Intinya kami melihat penerimaan masyarakat itu sebagai salah satu indikator kesuksesan program kami. Nggak berhenti sekedar menanam aja, kami pun memberikan sedikit penjelasan di forum arisan PKK kegunaan TOGA yang kami tanam ini apa. Begitu selesai rasanya WUSSS lega banget coy. Thanks team for working hard back then!

Selesai nih? Udah? Belum laah! Masih ada tugas membuat video profil desa KKN. Di video ini isinya selain profil desa ada potensi desa dan kegiatan selama KKN. Lagi-lagi, di bagian bebikinan video ini menyenangkan shekaleee dan nggak terlupakan. Kami berembuk lagi mau konsep video kayak apa. Dan saran ditampung. Eksekusi dengan keluarannya parodi Dilan menjadi: Dolan 1945! 

Tau nggak sih ternyata saat saya cerita ke temen-temen, mereka surprised gitu. Kok bisa sih punya ide sekreatif itu? *lirik Kordes*. Semua bahu membahu demi mengerjakan video berdurasi 17 menit ini. Ada yang jadi kameramen, sutradara, pemeran utama, pemeran pembantu (kata Her jangan pake pembantu tapi FIGURAN lol baiklah), editor, narator, penulis naskah. Mayan banyak ugha ternyata. Lucunya kami nggak membagi ke satu persatu orang langsung. Tinggal yang merasa bisa ngerjain apa, ya udah dikerjain aja. Kurang simpel apa kelompok kami coba?

Para cewek dapet bagian masing-masing. Dit camera woman, Uul editor, Con pemeran utama, dan saya nulis naskah (dikit) dan kebagian narator. Sejak proses shoot sampai editing kerasa banget kebersamaannya. Kami ngebut ngerjainnya setelah liburan (salah satunya ke Bukit kukusan) leha-leha 3 hari 2 malam melupakan kepenatan KKN :”D

Yang bikin terharu lagi para cowok-cowok yang mau begadang buat ngerjain video. Iya, mereka berlima begadang beberapa hari. Kami para cewek cukup menjadi supporting system yang beliin makan, bikinin minum, semacam itu. Seriously guyssss I can still feel proud of us for this time. Kelompok lain tuh yang editing satu dua orang, ini berlima! Kami nggak ada beranteman. Nggak ada saling lempar tanggung jawab. Kalem banget kayak air mengalir. Seandainya saya nggak bikin drama waktu itu mungkin ini kelompok ter-selaw selama KKN. Berterima kasihlah ke saya gaes atas penciptaan dramanya *ketawa jahat*. 

Mau nonton videonya nggak? Tunggu ya, belum dirilis resmi di Youtube nih. Nanti kalo udah pasti bakal saya share disini. Wajib nonton ya dan dengarkanlah betapa medoknya suara saya.

Rangkaian terakhir dari KKN ini adalah penyusunan Laporan Rencana Kegiatan (LRK) dan Laporan Pelaksanaan Kegiatan (LPK). Sebenarnya pengerjaan LRK dan LPK ini nggak ribet. Yang bikin ribet adanya info tambahan dan serba dadakan dari yang diatas (entah siapa lol). Perjuangannya tuh: ngeprint malem-malem di kantor kelurahan, nyari tempat yang bisa jilid soft cover, drama nge-burn CD dan DVD. Saking hectic-nya keteledoran saya terulang. 

Saya pun heran, kenapa saya teledor di saat yang genting? Sebelum KKN saya niatnya mau bawa motor. Pas banget sebelum hari H pengumpulan motor dan ngecek dompet: STNK-nya nggak ada. Udah lemes. Dan ini di lokasi KKN saya meninggalkan absen di tempat fotokopian. Rasanya tuh........WHY oh WHY? Alhamdulillahnya absen yang udah kayak jimat nggak boleh ilang itu bisa ditemuin. Kalo enggak.......entah gimana nasib saya sebagai Sekdes. Tinggal nama kali.

Saking nggak terlupakannya, nulis ini pun sambil senyum senyum nggak jelas mengingat momen-momen itu. Padahal saat itu udah pengen nangis rasanya lollll.

***

Disamping kegiatan inti, kami juga mengikuti kegiatan yang lain. Ada posyandu tiap awal bulan, hampir tiap hari di dusun yang berbeda. Selama kami bisa ikut, ya kami ikut. Seringnya ikut juga sihhh. Nggak cuma yang FKM aja, yang lain juga ikut. Seru aja liat cowok-cowok ini nimbang, jadi perhatian ibu-ibu yang dateng ke posyandu.

Brb nyari foto waktu posyandu yang ada cowonya dulu hahaha
Kemudian ada Poliklinik Desa (PKD) setiap Selasa dan Jum’at. Yang ini Cuma cewek-cewek aja yang ikut dan giliran, berdua setiap jatahnya. PKD ini kepanjangan tangan dari puskesmas. Ditujukan buat warga yang pengen memeriksakan diri bila ada keluhan kecil semacam panas, gatal-gatal. Disini nggak ada dokter, sebagai gantinya bidan yang memeriksa. Saya kurang paham sebenernya, bidan itu bolehkah memberikan diagnosis dan meresepkan obat diluar ibu hamil? Yang tau bisa share di kolom komentar yahh! Obatnya jenis generik. 

Peran kami disitu jadi....pencatat registrasi ahahahaha kok nggak keren ya kedengerannya. Selain itu kami juga meracik obat kok, jadi belajar baca tulisan bidan (penting!).

Di bidang agama (azek) saya dan Uul turut berpartisipasi di salah satu RW berupa ngajar ngaji bocil. Nggak nyangka banget anak-anak ini begitu seneng diajar sama kami yang galak. Hehe. Saya strict banget soalnya tentang ngaji ini. Kalau nggak lancar ya nggak dinaikin. Nggak ada tuh prinsip nggak tega. Justru harus tega biar nanti waktu dewasa lancar bacanya. Bapak ketua RW, ibu, dan keluarganya baik banget. Menerima kami dengan tangan terbuka. Malah di akhir pertemuan kami yang nggak ngasih apa-apa diberikan bejibun buah tangan huhuhu nggak tau harus berterima kasih kayak apa.


Sedihnya, denger kabar kalau ibu dipanggil duluan sama Allah. I was shocked. Pengen banget ke Pemalang waktu itu. Sempet nggak percaya waktu dikabarin Pak Lurah. It was...so sudden. Kami berdua merasa kehilangan. Belum sempet buat berkunjung lagi kesana, ibu udah nggak ada. I even cried back then. Kami Cuma bisa kirim doa semoga amal ibadahnya diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Amiin...

***

Nulis sambil me-recall bikin saya sadar ternyata WOW 6 minggu bersama itu bukan waktu yang sebentar ya. Udah berapa postingan ini? Masih ada tentang gimana kami bertahan hidup bersama dan liburan yang belum sempat ditulis. Bear with me yah, it's still a long way to end this story :P

Post a Comment

Halo! Terimakasih sudah membaca. Setiap komentar masuk akan dimoderasi. Untuk komentar dengan anonim tidak akan saya balas, ya. Yuk biasakan menjadi diri sendiri di dunia maya!