Wednesday, December 28, 2016

Pelajaran dari Sebuah Perjalanan

Assalamu'alaikum semuanyaaa.

Musim liburan memang paling menyenangkan untuk menghabiskan waktu bersama keluarga. Apalagi saya dengan keadaan ummi yang bekerja. Kali ini kami memutuskan untuk sekadar menghabiskan waktu ke mall. Alasannya simpel: di mall semua tersedia. Lagi pula akhir tahun biasanya banyak diskon, hihi. Tanpa ekspektasi membeli apapun, kami pun berangkat.

Saya tidak bercerita tentang kegiatan apa di mall. Ya, ngapain? Di mall isinya itu-itu aja kan. I write this to share my thoughts when I look around.


***

Kami berempat menaiki angkot ke mall. Rasa-rasanya saya sudah jarang sekali naik angkot untuk transportasi sehari-hari. Dulu jaman SD saya pengguna bus. Dari kelas 3 SD sampai lulus pulang - pergi naik bus. Sedikit orang-orang yang tahu tentang hal ini. Makanya sering teman-teman saya merasa kaget ketika saya memiliki kesempatan untuk menceritakannya.

Salah satu hal menyenangkan ketika berada di angkutan umum adalah bisa memperhatikan lingkungan sekitar. Angkot pertama yang kami naiki ini sepi. Hanya berisi kami berempat dan satu penumpang lain.

Sungguh, saya merasa kasihan pada supir angkot saat ini. Jumlah penumpang semakin berkurang seiring dengan banyaknya kendaraan pribadi. Mudah pula untuk mendapatkannya. Saingan sesama angkot juga banyak. Meskipun sesama supir angkot, belum tentu mereka mau untuk berbagi giliran mendapat penumpang.

Saat menunggu penumpang, sang supir mengambil sebuah kotak di dekat setirnya. Bisa menebak isinya apa? Rokok. 

Duh, tambah mris nggak sih? Saya nggak habis pikir kenapa orang-orang "kecil" masih banyak yang membakar uangnya percuma dengan membeli rokok. Coba lihat lebih dekat sekeliling kita. Mungkin banyak orang semacam ini. Tukang parkir, tukang ojek, pemulung. Haduh, sedih rasanya.

Padahal jelas-jelas merokok itu berdampak buruk bagi mereka. Pertama: uang yang seharusnya bisa untuk membeli makanan bergizi bagi keluarganya justru habis tinggal asap saja. Hitunglah harga rokok paling murah 12.000. Sehari menghabiskan setidaknya 1 bungkus. Dikalikan 30 hari selama sebulan. Habis 360.000. Bisa buat beli beras berapa kilo? Telur? Tempe?

Kedua: sudah banyak penelitian, peringatan, kampanye yang menyebutkan bahaya merokok bagi kesehatan. Bagaimana dengan kesehatan mereka? Let's say mereka dijamin oleh BPJS Kesehatan. Tahukah berapa banyak dana BPJS Kesehatan yang dikeluarkan "hanya" untuk pengobatan perokok ini? 

"Beban biaya, khususnya penyakit tidak menular akibat paparan asap rokok sangat besar. jantung ginjal, stroke, semua ini menyedot lebih dari 70 persen dana yang dikelola BPJS," ujar Staf Ahli Menteri bidang Hukum Kesehatan Tritarayati atau yang akrab disapa Tari dalam acara 3rd Indonesian Health Economics Association (InaHEA) Congress di Yogyakarta. (1)

70% dari triliunan rupiah. Dana sebanyak itu jika misalnya dialihkan untuk kegiatan preventif ataupun sektor lain pasti bisa lebih terasa manfaatnya ke banyak orang.

***

Lalu permasalahan pengamen. Pernahkah teman-teman memberikan uang kepada pengamen yang usianya relatif muda? Yang masih terlihat sehat, kuat dan bugar badannya?

My mom said this to me.

"Kadang bingung juga ya. Mau ngasih mereka uang, nanti mereka nggak termotivasi buat cari kerja. Nggak dikasih, mereka juga lebih baik daripada merampok."

See? It's such a dilemma.

***

Hal-hal kecil seperti ini seringkali membuka mata saya. Mengetuk hati nurani saya. Selama ini sering sekali mengeluh cuma gara-gara hal-hal sepele. Saya juga kepikiran jadi kepikiran kegiatan mahasiswa sekarang yang cenderung membuang-buang uang. Malam keakraban, beli seragam ini, seragam itu, hangout bareng, party sana sini. Saya nggak menyalahkan mereka. Apa hak saya? Karena rasa-rasanya saya juga menjadi salah satu dari mereka.

Saya cuma pengen bilang. Yuk, teman-teman kita instropeksi diri. Mumpung momennya pas akhir tahun. Setahun ini, apa yang udah diperbuat. Apakah aktivitas kita masih saja berorientasi pada diri kita? Kesenangan duniawi semata? Sudahkah kita memberikan sesuatu kepada orang di sekeliling kita? 

Bisa kok kita membantu orang-orang "kecil" di sekitar kita dengan berbagai cara. Contohnya membeli barang dari orang yang suka jualan keliling itu. Entah makanan, mainan, atau printilan. Kalaupun merasa nggak ada manfaatnya untuk kita barang itu, atau makanan itu kurang pas dengan selera kita, bisa kita berikan ke tetangga. Atau anak-anak kecil disekitar kita. Namanya anak-anak, denger om telolet om aja udah seneng apalagi dikasih jajan? Haha.

Atau seperti yang diceritakan ibu saya tentang temannya. Dengan melebihkan nominal uang ketika membeli sesuatu. Contoh harga barang itu 10.000 tapi kita berikan 11.000. Anggap saja sedekah. Bisa jadi nilai 1.000 itu nggak ada apa-apanya buat kita, tapi buat mereka begitu berarti.

Well, masih banyak cara sih nggak cuma segi materi aja. Mungkin untuk para perokok itu bisa dengan membelikan permen pengganti rokok? Hehe.

Saya suka sekali dengan kata kak Fathia Izzati di salah satu videonya.


"If you like if you don't have something tangible to give someone, if you don't have money to buy someone somehing at least you can give them your time, your knowledge, and your wisdom."

Daaan ini salah satu alasan juga kenapa saya memasukkan kegiatan volunteer di dalam resolusi tahun 2017

Menutup postingan ini dengan sebuah hadist.

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia (lainnya).” 
(HR. Ahmad, ath-Thabrani, ad-Daruqutni. Hadits ini dihasankan oleh al-Albani di dalam Shahihul Jami’ no:3289).

(1) http://health.kompas.com/read/2016/07/30/080000723/Penyakit.Terkait.Rokok.Paling.Banyak.Sedot.Dana.BPJS
(2) https://muslimah.or.id/6435-pribadi-yang-bermanfaat.html

5 comments

  1. Tfs mbaak. . Saya kadang juga bingung gtu, tp niat membantu itung" mendengarkan musik gratis. . Terus menulis mbaak, terus berbagi kebermanfaatan lewat tulisan 😊

    ReplyDelete
  2. Aku nggak anti rokok, tapi sedih juga kalo lihat orang ngerokok. Aku sering tana lho, mending nggak makan daripada nggak ngerokok. Secara byk sodaraku perokok juga huhuhu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Miris kan ya :( ikutan klinik berhenti merokok aja mba di kampusku ada hihi

      Delete
  3. Aturan merokok di negara kita memang gak jelas, alias ambigu. Ini salah satu yang alasan mengapa susah sekali mengendalikan perokok di tempat umum, bahkan yang sudah zona bebas rokok sekalipun

    ReplyDelete

Halo! Terimakasih sudah membaca. Setiap komentar masuk akan dimoderasi. Untuk komentar dengan anonim tidak akan saya balas, ya. Yuk biasakan menjadi diri sendiri di dunia maya!