Thursday, April 02, 2015

Wattpad Review: Rembulan di Pinggang Bukit

I was a novel addicted. Eh no, I am. Not I was. Saya suka sekali membaca novel walaupun jarang membelinya. The main reason is my parents would buy me Islamic books to increase my knowledge rather than a mere novel. For me, novel wasn't that "mere". Memang, ada beberapa genre novel (dan mungkin isinya) yang hanya berisi kisah cinta picisan. But this is not. Saya kenal wattpad mungkin sudah 3 tahun? 4 tahun? Kurang lebih segitu. Saya suka wattpad karena....gratis. Who doesn't love free stuff? HEHE. Walaupun begitu, ini adalah pertama kalinya saya mereview novel dari wattpad. Blame the author for this awesome work of her! 

Meet the author, Susan Arisanti. Well, I don't really know who is she. Yang saya tahu adalah all her works are awesome! Daebak! Jjang! Disaat wattpad dibanjiri novel sex yang ditutupi oleh kata cinta, beliau berani menulis hal yang berbeda. Kenapa saya hanya mereview Rembulan di Pinggang Bukit? Because it filled with youth spirit. Berhubung saya merasa masih muda, jadi cukup nyambung dan nyaman dibaca lah ya. Hehe. 

Berkisah tentang sepasang anak manusia yang bersahabat dari kecil dan kemudian saling jatuh cinta. Tapi apa yang mereka lakukan dengan cinta itu? Mereka menyembunyikannya. Tidak seperti remaja kebanyakan sekarang yang justru mengumbar apa yang mereka sebut "cinta" dengan terang-terangan. Mereka berdua menjaga perasaan itu hanya untuk diri sendiri. Dan selanjutnya menyerahkan kepada Allah SWT Sang Pemilik Hati.

Mufaisha dan Juma, nama mereka. Sepanjang membaca novel ini, banyak sekali quotes-quotes yang saya dapatkan. Walaupun genre utamanya (menurut saya) romance, tetapi disini banyak sekali diselipkan hal-hal keislaman. Dimana hal ini bisa menebarkan kebaikan dan mengajak kepada yang benar tanpa harus menggurui. Saya selalu kagum dengan penulis, saya selalu berpikir secerdas apakah untuk menjadi penulis? Untuk menjadi penulis tentulah tidak hanya menulis fiksi. Ada (mungkin) banyak fakta yang diselipkan yang diracik sedemikian rupa hingga menjadi bacaan fiksi yang menarik untuk dibaca.

Di novel ini, Mufaisha si jenius banyak mempertanyakan hal-hal tentang Islam, tentang alam semesta, tentang ilmu pengetahuan. Sedangkan Juma memberikan contoh bagaimana seharusnya seorang lelaki menghormati perempuan. Ah, apa ya kata-kata yang tepat? Saya tidak pandai berkata-kata tapi saya sangat merekomendasikan pada generasi muda untuk membaca ini. Mengapa? Agar mereka yang mulai merasakan virus merah jambu mengerti bagaimana untuk mengelolanya hingga tidak menjerumuskan ke jurang dosa.

Walaupun sudah ditulis hingga Epilog 2, sampai sekarang bahkan saya masih penasaran ending bagaimanakah yang akan disuguhkan oleh penulis. Wajar rasanya bila saya mengharapkan happy ending bukan? Bahkan ada pepatah "if it's not happy, than it's not an ending". Hahaha tetapi saya bukanlah pembaca yang menuntut. Saya ingin memberikan apresiasi kepada setiap apa yang penulis berikan. Semoga saja, epilog terakhir memuaskan dan bisa menambah iman saya juga. 
“Cinta adalah sebuah penyakit karena berpisah, isyarat dan astrolabium rahasia-rahasia Ilahi. Pada-Nya tempat berpulang setumpuk asa, juga cinta yang hakiki.” - Rembulan di Pinggang Bukit

4 comments

  1. I read that story on watty.. that's the sweetest story i ever read. What a great story... ;)

    ReplyDelete
  2. Aku udah baca sampe 2kali ini cerita
    udah beli jg novelnya, suka banget sama karya2nya kak susan arisanti

    ReplyDelete
  3. Suka banget..pas jaman masih di wattpad,dari publish chapter per chapter.
    Sayang banget,aku ketinggalan po waktu itu..Fu fu

    ReplyDelete

Halo! Terimakasih sudah membaca. Setiap komentar masuk akan dimoderasi. Untuk komentar dengan anonim tidak akan saya balas, ya. Yuk biasakan menjadi diri sendiri di dunia maya!