Penulis: Ann Liang
Bahasa: Bahasa Inggris
Jumlah Halaman: 384 halaman
ISBN: 9781335523129
Blurb
After getting rejected by every single Ivy League she applied to and falling short of all her Asian immigrant parents’ expectations, seventeen-year-old Jenna Chen makes a wish to become her smarter, infinitely more successful Harvard-bound cousin, Jessica Chen—only for her wish to come true. Literally.Now trapped inside Jessica’s body, with access to Jessica’s most private journals and secrets, Jenna soon discovers that being the top student at the elite, highly competitive Havenwood Private Academy isn’t quite what she imagined. Worse, as everyone—including her own parents—start having trouble remembering who Jenna Chen is, or if she ever even existed, Jenna must decide if playing the role of the perfect daughter and student is worth losing her true self forever.
Review
So, buku ini adalah salah satu yang lama kutunggu. Aku sudah baca 4 karya sebelumnya: If You Could See The Sun, I Hope This Doesn't Find You, This Time It's Real, dan A Song to Drawn Rivers. Rating yang kuberikan bervariasi sih, mulai dari 3 sampai 5. Terbaik itu If You Could See The Sun.
Di buku ini tokoh utamanya adalah Jenna Chen. Jessica Chen merupakan sepupunya. Sesama imigran, keturunan China, dengan nasib berbeda. Jessica hidup ((bergelimang harta)). Dari mata Jenna, semua yang dia inginkan udah dimiliki oleh Jessica.
Sampai gongnya ketika menunggu pengumuman kelolosan Harvard, Jessica keterima dan Jenna enggak. Layaknya Asian parent yang suka membanding-bandingkan anaknya, orang tua Jessica pun begitu.
Di mata orang tuanya yang ekonomi lebih rendah daripada keluarga Jessica, pendidikan adalah segalanya. Dengan mendapatkan tempat di Ivy League, bagi orang tuanya maka itu menjadi gerbang menuju masa depan yang terjamin.
Do you think the world is a fair place? If you're too weak, you'll be eliminated.
Saking putus asanya, ketika ada bintang jatuh pun dia berharap dengan sepenuh hati: I wish I was Jessica Chen. And then? Dunia mengabulkannya. Keesokannya dia bangun dalam tubuh Jessica. Hanya saja jiwanya masih Jenna Chen.
Cerita tentang imigran Asia dan keambisiusannya..
Apakah ketika Jenna sudah menjadi Jessica, dia bahagia?
Perhatian warga sekolah diperoleh. Guru-guru selalu menyanjungnya. Sayangnya, hanya wujud fisiknya yang Jessica. Pemikiran dan kemampuannya masih Jenna Chen. Dia pun melakukan "kesalahan" dengan nggak memperoleh nilai sempurna di suatu ujian.
Nilai yang menurut Jenna cukup. Tapi bagi seorang Jessica udah dibawah standar. Akhirnya Jenna mengerti kalau strugglenya manusia sempurna adalah mempertahankannya. Standar buatnya udah tinggi. Sekelilingnya akan selalu beranggapan dia selalu memenuhinya. Ternyata melelahkan, seakan harus lari. Lari. Dan lari mengejar kesempurnaan.
A model student causes no trouble. A model student makes no noise. A model student gives everything they have and asks for nothing. They simply keep their head down and study and get the best scores on behalf of the school, and then they graduate as valedictorian, with their perfect winning streak, and they head to the best universities in the world to train even harder to become a model citizen, so they can continue to be good. They’re so good that nobody bothers to notice when something’s wrong. They’re so good they’re an afterthought. They’re so good they might as well not exist, except to be used as evidence that success is possible, that the system is perfectly sound, that anyone who struggles can only blame themselves.
Berat banget ya jadi imigran Asia di negara Barat tuh. Harus selalu membuktikan diri dan berusaha keras untuk unggul. Sekalinya buat kesalahan, yang dibawa-bawa adalah rasnya.
Di sisi lain Jenna berwujud Jessica ini mencari-cari dimana sebenernya jiwa Jessica. Di kehidupan nyata pun, Jenna seolah-olah hilang. Orang udah nggak mengingatnya, sampai orang tuanya sendiri.
Akhirnya, Jenna sadar.
Let it go back to the way it was. I don’t want to be Jessica Chen anymore; I wish I could be Jenna Chen again. I’m Jenna Chen. I’m Jenna. Please, I miss it. I miss everything. I miss my life, because even when I felt like I had nothing, I had everything. I just didn’t know it at the time. You never do, until it’s in hindsight.
Kata orang Jawa sih: sawang sinawang
Pasti ada titik dimana kita iri sama kehidupan orang lain. Kok keliatannya dia gampang ya dapetin ini itu? Kok dia sering banget keluar negeri? Ini dan itu lainnya. Pencapaian orang lain selalu lebih banyak dari kita.
Terlalu sering lihat keluar sampai lupa mensyukuri apa yang udah dikasih ke kita.
***
Well, berhubung topiknya tentang prestasi sekolah, nilai, dan pertemanan, buku ini lebih relate dibaca sama remaja sih menurutku. Buat dewasa, konfliknya itu kayak, "Alah gitu doang?". But to be fair maybe back than I also did the same. Just different level ambisiusnya aja :"))
Lalu alurnya agak lambat. Terlalu bertele-tele di bagian Jenna berkonflik dengan diri sendiri. Untungnya ada bumbu romance dikit. Jadi hidup Jenna nggak berkutat di akademik mulu.
Gimana, tertarik buat baca?
Post a Comment
Halo! Terimakasih sudah membaca. Setiap komentar masuk akan dimoderasi. Untuk komentar dengan anonim tidak akan saya balas, ya. Yuk biasakan menjadi diri sendiri di dunia maya!