Caution dulu: aku baru sebatas apply dan belum punya kepastian untuk keluar negeri (semoga dikasih segera :p)
Buat beberapa orang (termasuk aku) berkuliah diluar negeri itu impian. Apalagi dengan beasiswa. Setelah nonton variety show dari Ruangguru ada kesadaran bahwa ada loh sekolah yang fokusnya tuh emang masukin lulusannya ke luar negeri. Alhasil dari awal udah dikasih tahu how to dan dibimbing langkahnya. Beda dengan sekolahku dulu yang fokusnya lebih ke gimana biar lolos ke perguruan tinggi negeri (PTN).
Pilah pilih univ negeri, jaga rata-rata nilai tiap semester untuk memastikan jalur undangan di tangan aku kira udah usaha paling "keren".
Sampai kemudian mimpi yang lama terkubur itu menggedor kenyataan untuk minta diwujudkan. Tepatnya di masa pandemi. Ketika bisa dibilang kehilangan semangat hidup, dan salah satu yang menyalakan apinya adalah mengejar mimpi.
Tapi, mulai darimana?
Beruntunglah aku berada di lingkungan yang tepat buat apply beasiswa. Buanyak banget jumlahnya tuh. Kita bisa pilih dan fokuskan ke beasiswa mana yang value serta benefitnya paling cocok untuk kita.
Untuk yang masih bingung, kudu gimana sih untuk daftar beasiswa keluar negeri? Tulisan ini bertujuan untuk memberikan informasi yang semoga aja bermanfaat.
1. Tentukan topik
Beda dengan kuliah sarjana atau diploma, dari awal kita harus tau apa topik riset yang mau diambil. Kuliah S2 atau S3 belajar dalam kelasnya nggak sebanyak waktu S1.
Dulunya aku pun bingung mau ambil topik apa. Secara, jurusan kuliahku yaitu Kesehatan Masyarakat itu luas banget. Kami bukan spesialisasi. Justru cenderung mempelajari banyak hal tapi hanya di permukaan aja.
Ada yang bilang kerja dulu biar paham dengan gap atau masalah yang mau dicari penyelesaiannya. Ada juga yang bilang langsung aja habis lulus S1 lanjut S2 dengan mendalami topik riset sebelumnya. Atau menjawab pertanyaan yang sebelumnya nggak diteliti di S1 karena keterbatasan apapun.
Aku pribadi akhirnya mendapat ide topik dari pengalaman kerjaku. Pengalaman memang nggak bisa bohong sih. Masa sih selama kerja semuanya ideal dan nggak ada masalah? Pasti ada dong. Nah ketika udah muncul 1 topik ini, catet di notes dan lanjutkan dengan mencari literatur terkait untuk memperdalam dan merumuskan permasalahan.
2. Tentukan jurusan/universitas tujuan/negara tujuan
Setelah itu, cari jurusan atau universitas yang dipengenin. Bisa jadi ada yang pilih negara tertentu karena yaa maunya emang kuliah di negara itu? Nggak masalah juga. Sepertiku yang lebih memilih masih di lingkup Asia dibandingkan benua lain.
Nggak perlu dengerin kata orang,
"Ih sayang banget cuma disitu"
"Ih bagusan juga univ atau jurusan X"
Do your own research. Mau pilih berdasarkan ranking? Campus life? Riset? Semua ada keunggulannya masing-masing.
Misalnya,
Udah nentuin mau meneliti untuk pengembangan vaksin Covid. Oh ternyata kampus yang farmakologinya bagus ada di Europe. Mengingat disana ada Pfizer, AstraZeneca yang notabene industri farmasi maju. Lanjut, cari tau kampus mana yang cocok.
Universitas yang bagus dan nggak abal-abal umumnya mencantumkan dengan jelas apa aja jurusan yang tersedia. Termasuk study plan, jumlah SKS, batas minimal mata kuliah yang harus diambil, bahkan sampai siapa pengampunya.
Jadi, mau pilih negara dulu atau univ dulu? Semua balik ke individu.
3. Tentukan beasiswa yang cocok
Beasiswa ini buaaanyak macemnya. Beberapa yang populer sekarang:
1. LPDP: Beasiswa dari pajak rakyat Indonesia untuk Warga Negara Indonesia (WNI). Setiap tahunnya LPDP buka 2 gelombang. Dan ada daftar universitas pilihan yang bisa dipilih. Pastikan kalau mau daftar beasiswa ini, jurusan dan universitasnya ada didalam daftar.
2. GKS: Global Korean Scholarship. Beasiswa dari pemerintah Korea untuk siapa saja yang eligible. Menarik karena nggak wajib sertifikat bahasa, justru dapet pelatihan bahasa dulu sebelum masuk perkuliahan.
AAS (Australia Award Scholarship), Chevening, Fulbright, daan masih banyak lainnya!
Dalam memilih beasiswa menurutku penting untuk lihat apa aja yang didapatkan. Apakah hanya tuition fee? Atau dengan biaya hidup? Asuransi? PP dari dan ke negara tujuan? Cermati semua hal yang tercantum dalam petunjuk (guideline). Pastikan yang terbaru!
Penting juga untuk tahu apa aja yang membuat beasiswa bisa dibatalkan, kondisi seperti apa yang mengharuskan membayar penalti. Intinya dimana ada hak disitu ada kewajiban yang menyertai.
Paling populer mungkin LPDP. Dimana awardee diwajibkan pulang dan menjalankan apa yang ditulis di essay selama sekian tahun. Nggak mau menjalani? Ya sudah pilihlah beasiswa lain.
4. Catat baik-baik timeline dan persiapkan persyaratannya
Setiap beasiswa, kampus, dan negara punya alur pendaftaran sendiri. Misalnya di GKS ada 2 pilihan. Daftar lewat kedubes atau langsung ke universitas. Di Italia, beda lagi. Semua pendaftaran universitas udah jadi 1 dalam 1 website. Semua informasi ini tersedia di internet sebenarnya. Tapi, kalau merasa kesulitan menurutku bisa banget nanya ke kedutaan besar terkait. Dateng ke pameran pendidikan juga bisa menjadi salah satu jalannya.
Pameran ini bisa diselenggarakan penyedia jasa. Bisa juga dari kantor-kantor pemerintah atau swasta. Kantor pusatku tahun kemarin menyelenggarakan ini dan ngebantu banget buat dapetin informasi tanpa perlu googling. Mikirin mana informasi yang bener. Langsung dapet didepan mata!
Saranku sih buat semacam summary atau learning plan dalam apply beasiswa. Sangat memudahkan dan nggak bikin kamu berkali-kali googling demi mendapatkan informasi yang sama, hanya karena kamu LUPA.
***
Nah, setelah keempat langkah tadi udah dipenuhi. Atau belum? Gapapa. Disini aku coba infoin beberapa dokumen dasar yang perlu dipersiapkan.
1. Paspor
Yup, dokumen ini sudah layaknya KTP di negara kita. Mau menginjakkan kaki kemanapun, wajib hukumnya bawa paspor. Buat aja dulu paspornya sebagai identitas kita.
2. CV Akademik
Beda dengan riwayat hidup untuk daftar kerja, disini isinya riwayat pendidikan, penelitian yang dilakukan, dan aktivitas atau sertifikasi apa yang kita punya. Sebaiknya menuliskan yang relevan dengan topik penelitian nantinya.
3. Transkrip nilai dan ijazah terakhir
Saranku terjemahkan kedalam bahasa sesuai permintaan. Aku sendiri terjemahin pake penerjemah tersumpah di UI. Dan memang diminta waktu daftar beasiswa.
4. Sertifikat profisiensi bahasa
Naah ini beneran basic banget. Sebagai rakyat dari negara yang bahasa ibu (native)-nya bukan bahasa Inggris, ini lumayan berat. Di ongkos maupun effort. Haha. Umumnya yang digunakan IELTS atau TOEFL. Bisa googling saja perbedaannya apa.
Untuk LPDP sendiri mewajibkan overall band 6.5 kalau mau daftar luar negeri. Tapiii ada juga nih kampus yang punya standar sendiri. Pastiin bisa mencapai skornya dan persiapkan baik-baik. Karena biaya untuk tes ini lumayan mahal yaitu Rp 3.150.000 (tahun 2024). Oh iya, sertifikat ini ada masa berlakunya. Jangan sampe kelewat udah kedaluwarsa.
5. Essay/motivation letter/study plan
Di dokumen ini calon pemberi beasiswa bisa tahu rencana ketika kuliah apa aja. Formatnya lagi-lagi tergantung beasiswanya.
Misal, di LPDP ada essay berisi apa aja rencana kontribusimu ketika selesai studi? Dibagi dalam jangka pendek, menengah, dan panjang. Boleh nulis apa aja asalkan masih realistis dan bisa diwujudkan. Jangan sampe udah nulis yang boombastis dan WAW banget hanya untuk membuat calon pemberi beasiswa terpukau, eh ternyata realitanya kok sulit?
6. LoA
Apa itu LoA? Ini aku ambil dari website LPDP ya.
Letter of Admission/Acceptance (LoA) Unconditional adalah surat resmi dari perguruan tinggi yang menyatakan bahwa seseorang telah diterima sebagai mahasiswa di perguruan tinggi tersebut.
LoA Conditional adalah surat pernyataan bahwa telah diterima di sebuah Perguruan Tinggi dengan beberapa persyaratan tertentu. Artinya, kandidat belum sepenuhnya dinyatakan diterima karena belum memenuhi beberapa persyaratan yang ditentukan, misalnya sebagai berikut.
Apa semua butuh LoA? Nggak ya. Ada yang tipenya kayak kita waktu S1 daftar univ kemudian ujian, gitu juga ada. Taunya darimana? Yaa baca dan cari informasinya dong :))
***
Pada akhirnya sih semua butuh effort. Ya waktu, tenaga, pemikiran, biaya. Ingat, tidak ada makan siang gratis. Selalu ada harga yang dibayarkan. Baik itu secara sadar maupun enggak. Saat ini udah banyak penyedia jasa yang merangkumkan kebutuhan beasiswa kita. Asal....ya bayar. Semua butuh usaha. Tinggal kita pilih mau usaha yang seperti apa.
Sebenarnya aku mau juga cerita tentang beasiswa yang aku daftar. Tapi nanti yah kalo udah ada kepastian lulus (amin). Semoga bermanfaat!
Selalu keren tuh melihat teman2 yang bisa kuliah di LN. Rasanya pasti wawasannya luar biasa
ReplyDelete