Alhamdulillah...kabar gembiranya adalah diri ini berhasil menjejakkan ke 2 pulau di Indonesia. Yaituuu...jengjengjeng. Pulau Sulawesi dan Sumatera.
Kali ini cerita perjalanan di Sumatera dulu. Tepatnya di Sumatera Barat, tanah Minang. Seperti biasa tempat yang gue kunjungi memiliki nilai sejarah. Tempat ini bernama Lubang Jepang Bukittinggi.
Letaknya ga jauh dari Jam Gadang yang ikonik itu. Jalan kaki makan waktu 10-15 menitan lah. Btw gue baru tau Jam Gadang letaknya bukan di Kota Padang. Melainkan Kota Bukittinggi. Jaraknya sekitar 95km dari Kota Padang atau makan waktu 3 jam tergantung kecepatan menyetir.
Lubang Jepang Bukittinggi sekomplek dengan Ngarai Sianok. Dikemas dalam tempat wisata namanya Taman Panorama. Biaya masuknya Rp 20.000/orang untuk turis dalam negeri. Turis luar negeri Rp 25.000/orang. Yang mau berkunjung kesini hati-hati ya, masih banyak monyet liar. Gue perhatiin sih nggak agresif. Kata pemandu wisatanya pun, mereka tergolong kalem dibanding yang di Bali. Gue ga bisa konfirmasi sih berhubung belum pernah ke Bali.
Nah, untuk masuk Lubang Jepang Bukittinggi ada pilihan pake pemandu atau enggak. Setiap pemandu udah tersertifikasi dan resmi ya. Ada kartu pengenal, seragamnya pun rapi. Biayanya menurut gue cukup terjangkau, apalagi kalau ramean. Patungan perorang jatuhnya murce lah. Cukup Rp 80.000 per grup. Sebagai perbandingan, gue pernah ke Benteng Rotterdam dan biaya pemandunya adalah Rp 100.000.
First impression untuk gua ini adalah...cukup tertata. Bersih. Ga banyak sampah. Semua yang gue tulis disini berdasarkan dengerin pemandunya dan sedikit googling yah. Tentu saja you can correct me if I'm wrong.
Dengan panjang mencapai 1400 m, Lubang Jepang Bukittinggi diklaim sebagai gua terpanjang di Asia Tenggara yang dibuka untuk umum. Gua ini awalnya difungsikan sebagai bunker alias penyimpanan senjata oleh tentara Jepang di tahun 1942. Dibangun oleh romusha yang berasal dari berbagai pulau di Indonesia. Beberapa diantaranya Jawa, Kalimantan dan Sulawesi. Tentara Jepang sengaja mencampur berbagai suku disini. Dengan harapan mereka ga bisa berkomunikasi satu sama lain karena bahasanya berbeda. Baru kerasa deh, bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan ternyata sepenting itu, ya?
Gua ini cukup nyaman untuk dijelajahi. Tingginya diatas rata-rata orang Indonesia. Lebar 2 meter. Nggak pengap ataupun horor sama sekali. Menurut gue yang bukan indigo ini yaa biasa aja. Lalu sudah ada tambahan pencahayaan di sana-sini yang semakin meningkatkan keestetikannya.
Ah, ya. Pemandu kami bisa banget nunjukkin spot foto yang bagus. Hasil fotonya pun ga mengecewakan. Udah pro-lah!
Berikut adalah peta dari Lubang Jepang Bukittinggi.
Lumayan banyak ya terowongannya? Yap betul. Makanya gue saranin pakai jasa pemandu biar ga cuma berasa keluar masuk aja tapi dapet cerita dibaliknya.
Gua ini diklaim dibangun di jenis tanah yang kalau kecampur air justru semakin kokoh. Namanya apa? Ga ngerti. Ga dijelasin. Tapi biar semakin aman, pemerintah sudah melapisi dengan campuran batu dan semen. Harapannya biar ketika ada yang pegang-pegang dindingnya ga terkikis.
Kekokohan gua ini terbukti ketika gempa besar di tahun 2009. Nggak ada runtuh sama sekali, cuma lapisan semennya aja. Hebat, ya?
Beberapa terowongan yang ditunjukin oleh guide adalah ruang yang difungsikan sebagai ruang pengintaian, ruang penyimpanan senjata, penjara, dan dapur. Di ruang pengintaian, kami masih bisa melihat keatas kelihatan langsung luar.
Kemudian ada beberapa titik ujung semacam pintu rahasia yang tembusnya ke arah ngarai. Di bagian penjara sebenarnya udah nggak keliatan pintu penjara aslinya. Yang saat ini terbuat dari besi adalah buatan pemerintah. Sedangkan aslinya pakai kayu dan sudah lapuk.
Jahatnya penjara ini adalah, dia difungsikan sebagai tempat "pembuangan" romusha yang udah ga bisa kerja. Namanya aja kerja paksa ya, ga digaji. Ga dikasih makan. Diperes banget deh tenaganya. Wajarlah kalau akhirnya capek dan sakit-sakitan. Nah pekerja yang udah keliatan sakit gini dimasukin penjara sampe bertemu ajal. Makanya, ketika direstorasi, penjara ini banyak tulang belulang manusia dan baunya ga enak. Sampai harus diurug tanah untuk menghilangkan baunya.
Kemudian ada dapur. Pemandu kami menekankan dapur ini tuh cuma akal-akalan. Ga ada aktivitas memasak sama sekali. Buktinya apa? Dinding tembok bersih ga ada bekas kehitaman. Logikanya kan kalau dapur ada aktivitas masak pakai api bakal nyisain bekas ya. Ini bersih. Artinya yang disebut dapur ini tempat makan para romusha yang sumber pangannya juga diambil paksa oleh tentara Jepang. Darimana? Ya dari petani Indonesia sendiri.
Duuuh, gregetan banget! Sejahat itu ya penjajah tuh. Sama sekali nggak ada perikemanusiaannya. Entah terbuat dari apa hatinya.
Gue ngebayangin sih, sebenarnya ada berapa ya pahlawan Indonesia tuh? Mereka yang namanya ga tercatat didalam buku sejarah. Tapi nyawanya harus dikorbankan untuk membangun sesuatu yang dimanfaatkan oleh penjajah. I think they are truly heroes. May they rest in peace.
Yang menarik lagi dari Lubang Jepang Bukittinggi adalah, sejarawan belum dapet jawaban kemana tanah galian gua ini dibuang. Dengan gua segede itu pastinya banyak banget tanah yang diambil. Ada asumsi yang mengatakan kalau tanahnya dibuang ke laut. Yeah, no one knows.
***
Yang gue salut dari pemerintah adalah keseriusannya dalam melestarikan peninggalan sejarah ini. Kami dikasih tahu bahwa ada rencana untuk membangun mushola, toilet, sampai diorama didalamnya. Pakai teknologi canggih gitu. Tapi Alhamdulillahnya semua itu didrop. Kaan namanya gua kenapa malah ditambah banyak fasilitas? Malah mengurangi nilai historisnya. Semoga ajaa tetep kejaga sampai tahun-tahun berikutnya.
Untuk menjejelajahi Lubang Jepang Bukittinggi, pastikan punya tenaga yang cukup. Karena keluarnya tuuh bakal ketemu tangga yang lumayan tinggi untuk bisa balik ke titik awal. Ketika kita masuk ke gua jujur ga berasa sedalem apanya. Karena ketika udah turun tangga, selanjutnya tuh datar aja gitu. Eh gataunya naik lumayan banyak.
But no worries sih. Diatas gua ini kami bisa lihat gambaran Ngarai Sianok yang ada di uang kertas pecahan Rp 2000. It. Is. Truly. Amazing. Nggak nyangka si anak rumahan ini bakal bisa berkelana sejauh ini *appreciating myself.
Selayaknya tempat wisata, di pintu keluar bakal disambut penjual suvenir. Kirain disini tuh lebih mahal daripada Pasar Atas. Ga taunya lebih murah. Masa kaos tulisan Bukittinggi cuma dipatok Rp 100.000 untuk 4 buah! Padahal di Pasar Atas cuma dapet 3. Malah untuk ukuran XL harga satuannya Rp 50.000. Haha. Memang agak laen, tapi ya sudahlah ya.
Jangan lupa beli meskipun 1-2 barang. Hitung-hitung menggerakkan perekonomian rakyat.
Buat gue pribadi, berkunjung ke tempat sejarah ini sangat menarik. Apalagi kalau sebelumnya udah cari tahu dulu. Apa yang kita kepoin nantinya bisa ditanyakan ke pemandu. Selain menambah wawasan, gue juga merasa jiwa nasionalisme dan patriotisme gue sedikit naik setelah berkunjung. Yaa dengan ini gue tahu bahwa untuk mencapai kemerdekaan Ibu Pertiwi sekarang ini banyak banget pengorbanan yang dilakukan pendahulu kita.
Mungkin saat ini kita (gue?) merasa agak hopeless dengan mereka yang dipercaya untuk mengelola negara. Dengan berkaca dari hal-hal yang sudah lewat, I hope I can continue their legacy to make Indonesia truly home.
Guanya kelihatan bersih dan nggak menyeramkan, malah ada spot fotonya juga ya. Seneng banget baca artikel tenyang peninggslan sejarah gini.
ReplyDeleteWaah..aku blm pernah ke sini. Pemandangan dr atas cakep banget yaa..bikin makin ingin ke sana juga euy. Terima kasih sharing pengalamannya mba..
ReplyDeletePenjajah tuh ya. Mereka mau membangun gua yang digunakan untuk berperang dengan bangsa kita. Eh malah pakai tenaga dari bangsa kita. Jahat sih. Pake tanpa upah, nggak dikasih makan pula.
ReplyDeleteJadi mupeng pengin jalan2 ke sana juga Lu... Diriku termasuk penyuka sejarah, klo jalan2 di berbagai tempat bersejarah juga senang pake pemandu. Bisa dapat banyak insight klo pake pemandu tuh, jadi ga sekadar jalan belok sana sini tanpa tau apa yang mesti dicari maknanya.
ReplyDeleteIh iya banget mbaa. Semoga semakin banyak menjelajah ke tempat bersejarah, ya!
DeleteKokoh ya guanya dan terawat banget, bersih sehingga nyaman untuk dikunjungi, mengingatkan kita betapa berat untuk jadi Indonesia jangan disia-siakan perjuangan pahlawan, semoga situasi carut-marut ini segera membaik ya..
ReplyDelete