Sekalian lewat postingan ini ngucapin terima kasih sama ibuku atas semua perannya di dalam hidupku yang nggak bisa tergantikan (kalo beliau baca sih....).
Dulu pas masa remaja, layaknya anak puber pernah berpikir "kok ibuku gini?" dalam artian yang nggak bagus. Bukan benci, hanya nggak suka dan ibu belum menjadi sosok inspiratif buatku.
Barulah setelah menjalani kehidupan fana ini seorang diri, berasa deh betapa ibuku ituu.....suangar pol nek jare wong Jowo. Sungguh tahan banting dan cerminan independen woman. Kok bisa? Ini nih alasannya...
1. Karir OK
Haiyah ini apa sih bahasanya. Ibuku tuh guru PNS. Sepanjang perjalanan karir PNS-nya aku melihat sendiri untuk naik pangkat, jabatan, RIBETNYA bukan main. Ibuku ya tentu sajaa merecokiku dengan dokumen administrasi. Sampai saat ini menjelang pensiun sudah masuk golongan IV. Mantap betul.
Sedangkan aku sendiri belum pernah naik pangkat jabatan sudah berkeluh kesah WHYYY SO RIBET WHYYY I hate birocrazy :" ibuku sangat resilien dan tahan banting.
2. Jujur
Masih berkaitan dengan pekerjaan. Ibuku ini sebutan kerennya adalah commuter. Rumah di Semarang, kantor di Demak. Setiap hari harus nglaju, bahasa jawanya. Yang namanya nglaju kan capek ya? Ya doongg...
Ibuku terpikirlah untuk mengajukan mutasi. Bisa? Bisaa. Asal ada duitnya :P ibuku jelas nggak mau. Alhasil sampai detik ini ibuku bertahan dengan nglaju daripada sogok menyogok. Kadang tuh suka nggak tega udah berumur masih bawa kendaraan sendiri. Lagi-lagi aku membandingkan dengan kondisiku yang berkendaraan ga sampe luar kota tiap pulang kerja ngeluh CAPEEEKKKK.
Lebih baik jujur dan menjalani hidup sebaik-baiknya, mungkin itu filosofi hidup beliau.
3. Selalu mau belajar dan berkembang
Ibuku melanjutkan pendidikan magisternya di usia 40+. Kuliah dengan beasiswa. Tanpa ada tujuan untuk naik pangkat :)) lagi-lagi ngomongin karir ya. Maklum tsay wanita kantoran tuh ga bisa lepas dari karir, kan?
Masih kemaren rasanya ibuku curhat cari responden penelitian, unik tingkah laku manusia saat diwawancara, dll. Kadang tuh kepikiran, apa jangan-jangan ibuku selalu pengen S2 cuma baru ada waktunya sekarang ya? Dengan kami para ekornya yang menuntut perhatian, baru sempet kuliah sekarang.
Selain kuliah, ibuku juga mulai menulis. Bahkan menerbitkan beberapa buku. Ada yang ditulis sendiri, ada juga keroyokan atau antologi. Nulisnya pun nggak main-main lho. Beliau sampai riset ke tempat pembuatan apem comal demi memuluskan jalannya. Nggak kalah sama Dee Lestari yang main ke Bantargebang buat nulis Aroma Karsa, kan? :P
Mungkin benar waktu memutuskan menikah, punya anak, sementara memutuskan merawat anak-anaknya. Bukan berarti mimpi beliau berhenti gitu aja dan merasa "cukup" dengan kondisinya saat ini. Semangat belajarnya masih oke bahkan membara.
Sebenernya masih banyak hal baik dari ibuku yang menjadi inspirasi. Selalu peduli dengan sesama, baik ke semua orang, menjalin silaturahim, peka, menghargai. Sampai aku tuh pernah bilang ke temenku, siapapun yang jadi menantu ibuku beruntung banget. Karena ibuku jauh dari kata rempong.
Ibuku sering menempatkan perasaan orang lain diatas perasaan dirinya sendiri. Termasuk dalam menghadapi aku dan sodara kandungku. Kami punya sifat masing-masing yang bertolak belakang. Misalnya aku yang dari luar keliatan heartless dan "dingin". Ibuku selalu bilang aku tuh penyayang wkwkwk ini antara beneran atau membesarkan hatiku aja :P but the point is she always got nice things to say about others. Not badmouthing anyone.
Duh jadi kangen ibuku. LOL. I know she's not perfect, she doesn't call me often (harusnya aku yang nelpon sih) but I know she loves me and I can always depend on her. Ibuku, sampai kapan pun akan jadi inspirasiku.
ibu, ibu, ibu dan ayah. pahlawan kita
ReplyDelete