Judul: Shine
Penulis: Jessica Jung
Terbitan: November 2020
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Jumlah Halaman: 360
Sinopsis
Apa yang bersedia kau pertaruhkan demi mewujudkan impianmu?
Bagi Rachel Kim, remaja Korea-Amerika yang berusia tujuh belas tahun, jawabannya adalah: hampir segalanya. Enam tahun lalu ia direkrut oleh DB Entertainment—salah satu perusahaan musik K-pop terbesar di Seoul. Aturan menjadi trainee DB Entertainment cukup sederhana: latihan 24 jam sehari dan 7 hari seminggu, tampil sempurna, dilarang berkencan. Mudah, bukan?
Tidak juga. Ketika skandal-skandal mulai bermunculan dalam industri yang berusaha keras mempertahankan citra kesempurnaan tersebut, apakah Rachel cukup kuat untuk menjadi pemenang? Atau apakah ia akan berakhir dalam keadaan hancur?
JESSICA JUNG, bintang K-pop dan mantan vokalis utama dalam girl group paling terkenal di Korea, Girls Generation, mengajak kita masuk ke dunia K-pop yang penuh warna dan intrik, di mana harga yang harus dibayar untuk kesuksesan—dan cinta—sangat tinggi. Kini saatnya bagi dunia untuk mengetahui apa yang harus dilalui seorang gadis untuk mencapai impiannya sebagai bintang K-pop yang BERSINAR.
Review
Jujurly aku tidak mempunyai ekspektasi apa-apa terhadap novel ini. Pun sebelumnya nggak pernah membaca buku terbitan idol Korea. Jessica Jung memang bukan pertama kali. Ada Tablo, Lee Chan Hyuk (Akdong Musicion) salah duanya. Pernah mengintip dikit bukunya Lee Chan Hyuk: Fish in The Water. Tapi nggak cocok yaudah nggak berlanjut.
Ok, sinopsisnya cukup menggambarkan secara keseluruhan. Kisah Rachel Kim berjuang menjadi idol. Yang ngikutin pasti familiar nih dengan istilah trainee. Yep. Calon idol ini perlu ditraining sebelum debut. Latihan utamanya udah pasti dance (menari) dan nyanyi. Dua hal itu menjadi basic skill seorang idol. Apakah cukup sampai situ? Enggaklah. Ada latihan interview, latihan berpakaian, kontrol berat badan, dan sebagainya.
Menjadi trainee pun nggak setahun dua tahun. Ada yang 3, 5, bahkan 7 tahun demi menjadi idol. Nggak heran, bisa aja seorang idol menjadi trainee sejak usia belasan tahun. Rachel Kim salah satunya. Demi mewujudkan impiannya itu, keluarga mereka pindah dari Amerika ke Korea Selatan.
Statusnya sebagai blasteran ternyata cukup menyulitkan untuk bergaul. Yep, isu rasis diangkat disini. Saat di Amerika, Rachel dibilang terlalu Asia. Namun setibanya di Korea Selatan, dia sering dianggap terlalu Amerika. Miris nggak, sih? Iya. Salut dengan Jessica yang mengangkat isu ini di novelnya.
Kemudian diceritakanlah gimana cara Rachel Kim berusaha debut. Awalnya dengan membuat dirinya viral. Jadi gaes kalo ada idol kalian viral karena suatu hal, bisa jadi itu settingan. Bukan bukan. Malahan sebagian besar aktivitas per-idol-an itu udah settingan. Demi apa? Ya demi cuan lah.
Udah tau kan industri idol tuh termasuk yang bawa banyak keuntungan? Bukan dari penjualan album aja ya. Photocard, fanmeet, light stick, sampai kolaborasi seperti BTS Meal. Eh malah nyasar sampe BTS...HEHE.
Jadilah novel ini menceritakan lika-liku Rachel hingga debut. Dibumbui romance (apalah arti Korea tanpa romance story) serta perundungan yang dialami.
***
Dengan membaca novel ini aku malah berpikir, "Berapa persen ya yang beneran dialami sama Jessica?" Hahaha. Maklum ya tokoh Rachel disini punya adik perempuan 1 bernama Leah. Meanwhile in real life Jessica terkenal kan dengan sisterhoodnya sama Krystal.
Ada beberapa hal yang aku suka dari novel ini.
1. Niat Rachel untuk menjadi idol. Bukan untuk membahagiakan orang tua - yang umum digunakan oleh idol. Melainkan dia merasa saat di Amerika, Kpop lah yang menghibur dia. Yang menguatkannya. Seperti tau makna Kpop dihidupnya dan gimana perannya gitu loh. Sampe di poin kadang justru dia merasa bersalah karena demi mengejar mimpi itu, keluarganya pindah ke Korea.
2. Memasukkan budaya Korea Selatan, tepatnya haenyo di Jeju. Haenyo adalah wanita penyelam, pencari ikan. Legend banget sih ini hampir di variety show berkunjung di Jeju pasti ditampilkan.
"Ini pekerjaan yang sulit. Tapi kami melakukan demi menghidupi keluarga kami, demi mencari nafkah, dan menewuskan warisan budaya. Kami adalah generasi haenyo yang terakhir, dan kami mengemban tugas itu dengan bangga.Walaupun air laut sangat dingin dan rasa lelah menusuk tulang, yang terpenting bagi kami adalah tetap ingat bahwa kami kuat. Kami berani. Kami kuat. Ketika kami merasa tidak sanggup melakukan pekerjaan ini lagi, kami teringat bahwa kami sudah melakukannya, dan kami akan terus berusaha melakukannya.Penting sekali bagi kita untuk mengingatkan diri sendiri bahwa kita adalah orang-orang kuat, terutama sebagai wanita di Korea. Siapa lagi yang akan berkata seperti ini kepada kita? Tidak seorang pun. Kitalah yang harus mandiri, kitalah yang harus meyakinkan diri kita sendiri tentang apa yang mampu kita lakukan, dan kitalah yang harus melakukan apa yang kita tahu mampu kita lakukan".
Dari sini aku menangkap pesan women empowerment yang disampaikan Jessica. Apalagi ketika ada momen dimana Rachel dinomor duakan karena dia perempuan. Dibanding idol lelaki. Diceritakan pula menjadi idol perempuan tuh bebannya lebih berat daripada lelaki. Rasanya salah dikit aja karirnya tamat.
Bisa diliat deh ya sama HyunA akhirnya kaya gimana *LHO MALAH GOSIP*. Yha begitulah. Klean yang mengikuti kehidupan pribadi idol gak cuma lagu-lagunya doang sedikit banyak bisa ngerti jalan ceritanya. Udah banyak variety show pun yang memperlihatkan betapa hidup jadi trainee itu perjuangan. Paling populer? Produce 101. Ya populer karena bertabur muka cantik - ganteng. Ya populer karena kontroversi pemungutan suaranya. Hahah.
Fyi aku membaca buku ini versi Bahasa Indonesia di Gramedia Digital. Terjemahannya nggak memusingkan dan nyaman dibaca. Menurut info yang beredar buku ini ada sekuelnya. Yup, endingnya memang bisa dibilang open sih. Nggak happy tapi juga nggak sad. Di Goodreads sendiri tertulis judulnya Bright dan prediksi terbit Oktober 2021.
Apakah aku akan membaca sekuelnya? Hmm blm tau. Kita liat aja nanti.
Anyway, apakah kamu sudah membaca novel ini? Bagaimana menurutmu?
Now that I listed this, shows I read more fiction this month! Apa emang tiap bulan, ya? Hehe. Aku merasa emang butuh pelarian dari berita duka yang hampir tiap hari datang. I cope it by reading fiction especially metropo/citylite.
I can say Gramedia Digital is such a life changer! Agak menyesal kenapa baru sekarang bisa kontrolnya. Dulu pernah nyoba sih sekali karena diskonan. Turned out males bacanya numpuk doang di rak digital. Faktor pake hp bisa jadi karena banyak distraksi. Sekarang udah free distraction dan enakeun euy baca sebelum tidur. Anggap dongeng pengantar tidur lah ya.
So here are the list!
1. Ganjil Genap - Almira Bastari
Wishlist dari jaman kapan nih. Udah baca Resign dan itu suka pake banget. Feel-nya dapet. Menikmati bangetlah. Dan ini feelnya juga dapet. Kenyataan bahwa pacaran belasan tahun malah ngga jadi nikah itu hadeuh ya. Tapi nyatanya memang ada yang seperti itu.
Dari novel ini merasa ayem aja umur segini belom nikah hahaha. Lah tokoh utamanya aja hampir 30 tahun beloman nikah. Toh yang penting usaha kan, nyatanya dia usaha tapi ada aja faktor yang bikin berhenti melangkah ke jenjang serius.
2. Say Hi - Inggrid Sonya
Cerita tentang itik buruk rupa yang bergaul dengan 2 primadona sekolah. Saking insecure-nya dia main aplikasi ala tinder dan berakhir dengan "pacaran" anonim. Disini rasa rendah diri yang digambarkan dapet banget. Gimana remaja mencari kepercayaan diri tuh...sulit. Jangankan remaja ya, orang dewasa aja kadang masih kesulitan.
Konflik cinta segitiga, salah paham dengan lawan jenisnya kuat banget. Untuk novel remaja sih kataku ini tebel banget ya. Dan konfliknya tuh buatku yang udah masuk 20an kayak "Gini doang kok dipermasalahin". LOL. Nyatanya emang masa remaja tuh masa jungkir balik sukasukaan lawan jenis gak sih? :))
3. Keajaiban Toko Kelontong Namiya - Keigo Higashino
My first reading from Keigo Higashino. Penasaran banget ini berseliweran di timeline. Nggak menyesal. Emang sebagus itu! Jarang nih aku baca fantasi. Ya meski porsi fantasinya nggak mendominasi ya.
Ada 3 pencuri yang beristirahat di rumah tua. Disini mereka menemukan kotak surat dan isinya. Karena satu dan lain hal akhirnya mereka membalas surat tersebut. Ternyata rumah ini adalah Toko Kelontong Namiya yang udah terkenal untuk menerima konsultasi tentang masalah apapun. Kakek Namiya - pemiliknya - selalu menjawab pertanyaan dengan serius.
Bahkan ketika ada bocah nanya, "Gimana caranya agar aku bisa mendapatkan nilai sempurna saat ujian? - dijawab dong, "Mintalah gurumu untuk membuat soal tentangmu. Maka kamu akan mendapat nilai sempurna". Nggak ada pertanyaan yang nggak penting.
Nah orang di masa lalu ini mengira bahwa yang jawab Kakek Namiya. Awalnya memang gitu. Lama kelamaan yang jawab ini ketiga pencuri di masa sekarang. Pada akhirnya surat menyurat ini mengubah mempengaruhi kehidupan para manusia di masa lalu. Dan...plot twist-nya tetep ada dong. Apakah itu? Baca aja bukunya. Seru deh. Maunya sekali duduk langsung selesai ngga bisa diputus dijalan.
4. The Star and I - Ilana Tan
Jujurly aku baca ini kurang dapet feelnya. Malah heran kok dulu seri 4 musim bisa suka banget ya? Apa emang aku aja yang merasa gini? Faktor latarnya diluar negeri dan tokoh bukan orang Indonesia sementara penulis lokal tuh bisa mempengaruhi juga. At least buatku.
Plotnya klise dan banyak digunakan: sepasang sahabat saling jatuh cinta. Tapi masing-masing nggak mau mengungkapkan dan punya kesalahpahaman sendiri. Setelah bertahun-tahun terpisah terkuak deh bahwa saling suka dan mengungkapkan kesalahpahamannya.
5. Shine - Jessica Jung
THIS! Penasaran banget idol nulis novel??? Nggak expect apa-apa dan malah puas. Idenya tentang trainee bertahun-tahun nunggu debut. Btw ini hal biasa ya di Korea. Lalu usahanya buat debut, kisah cintanya dengan idol di satu agency, dll.
Yang aku highlight disini adalah gimana Rachel Kim as Korean-American merasa krisis identitas. Di Amerika dianggap terlalu Asia. Di Korea dianggap terlalu Amerika. Ini tuh sebenernya salah dimana sih? Aku bingung. Harusnya manusia yang terlahir blasteran diperlakukan seperti itu? Adakah cara untuk menghentikan cycle macam ini? HUH. Ingin menuliskan ulasan lengkapnya di postingan terpisah (semoga sempat :P).
6. Revive Your Heart - Nouman Ali Khan
Buku keracunan Dena Haura. Gara-gara buku ini juga malah berlanjut hunting ke buku Islami lain terbitan luar negeri. Sekalian belajar perspektif lain dari Muslim yang tinggal di negara minoritas.
THIS IS GOOD. NO, GREAT. Bagus banget cuy bukunya. Buat yang udah pernah dengerin ceramah beliau di youtube pasti suka. Ada 5 bab yang diturunkan lagi ke 13 sub-bab.
Bab 1: Connectiong to Allah Through Du'a
Bab 2: Creating a Cohesive Muslim Community
Bab 3: Our Financial Dealings
Bab 4: Some Contemporary Issues
Bab 5: Focusing on Akhirah
Singkatnya, buku ini holistik. Hablumminallah: menjaga hubungan dengan Allah. Hablumminannas: menjaga hubungan dengan manusia. Ditambah isu kontemporer yang relate dengan keadaan sekarang. This is must read!
7. Inisial K - Nara Lahmusi
HAH? Adalah satu kata paling tepat setelah selesai membaca ini. Ga terlalu paham dengan konflik ceritanya. Tujuan tokoh utamanya apa. Tiba-tiba udah kelar aja...
8. Retrocession - Ayunita Kuraisy
Rekomendasi litbase nih. Masih percintaan diantara sahabat, pencarian pelarian, hmm rumit kalilah perasaan tu. Lumayan seru, minusnya nggak relate aja karena dia high class banget hahaha *maklum rakjel*
9. You Do You - Fellexandro Ruby
Buku pengembangan diri yang cukup hype. Bahkan following instagram berumur 30an pun masih mau baca. Memang ilmu yang dikasih disini daging banget. Pemaparannya praktek + teori. Dari awal dikasih cara baca buku ini.
Yang aku lakuin dong: lompat ke bab paling menarik. Disini dimulai dengan mengenal diri sendiri, menciptakan ikigai, memahami apa yang dibutuhkan dalam hidup. Sumber penghasilan apa aja, gimana melipat gandakannya menggunakan skill tertentu. Ah ya, ada ilustrasi finansial pula untuk dapetin uang 1M pertama.
Now I know why this book hyped up.
10. Almond - Won Pyung Sohn
Gagal mendengarkan audibook akhirnya kembali ke terjemahannya. Menurutku kok terjemahannya kurang dipahami dan kurang smooth ya? Beda deh sama aku baca Toko Kelontong Namiya atau Gadis Minimarket. Faktor penerjemah atau faktor penulisnya ya?
Ini cerita anak manusia yang nggak punya ekspresi. Dan nggak punya perasaan. Literally. Sedih, apa tuh? Takut, kenapa harus takut? Senang, emang perlu? Pada akhirnya dia belajar menyesuaikan diri dibantu ibunya.
Sedihnya, nenek dan ibunya ditusuk didepan mata dan dia ga bisa apa-apa. Alhasil ujian demi ujian silih berganti. Termasuk kedatangan Gon. Bully yang akhirnya justru menjadi temennya. Banyak yang mengulas novel ini justru penuh perasaan. Buatku enggak sih, cuma deskripsi setiap perasaannya detail. Mungkin itu dia poin lebihnya.
11. Progresnya Berapa Persen? - Soraya Nasution
Another story dimana anak buah jadian sama bosnya. Judulnya catchy banget ya. Sebuah kalimat yang sering diutarakan si bos. Aku suka sama tokoh utama lakinya: Pakde. Penggambaran laki-laki dewasa yang langsung serius hubungannya hahaha. Ternyata bisa ada fase bingung, denial juga. Hingga akhirnya sadar dengan perasaannya.
12. Belok Kiri Langsing - Achi TM
INI MOOD BANGET! Alkisah si tokoh utama cewek pernah kurus, 5 tahun lalu. Saat maraton dia ketemu cowok gendut. Nah dia ngatain si gendut ini. Ga terima dong dikatain, disumpahin tuh. Eh gendut beneran. Seiring dengan menggendatsnya si cewek ini ternyata kelakuannya berubah.
Makan ga kontrol.
Males gerak (susah juga kan).
Apartemen berantakan.
Dll dll intinya dia menjadi sosok yang beda dibanding saat kurus.
Hubungannya dengan pacar pun menjadi berubah. Malah diputusin. Unch. Sad. Mana udah nyicil KPR bareng LOL nggak kebayang! Lalu gimana cara dia mengobati patah hatinya? Apa hubungan dengan si cowok gendut?
Akkhhh ini too sweet! Ditambah nilai religius yang diangkat tanpa menggurui. Luv banget.
13. Lose or Love Her Again - Desy Miladiana
Last book. Bicara tentang pernikahan. Si istri kabur meninggalkan suami tanpa sepatah katapun. Selama 4 tahun masih berstatus suami istri tapi berpisah. Ngga taunya di tempat kerja baru ketemu sebagai sekretaris. Si suami yang pada dasarnya masih mau mengusahakan pernikahan pun mencoba untuk mengambil hati istri lagi. Sekaligus mencari tahu apa yang salah dari hubungan mereka.
Ekstrem juga ya 4 tahun tanpa kabar sementara status nikah :" Indeed marriage is challenging and nothing impossible.
***
Bookmail bulan ini disponsori oleh BBW dan menang voucher jadi mau ga mau belanja hehe. Sisanya memang seperti yang aku bilang di postingan sebelumnya, untuk belajar agama dari ustadz luar negeri.
Baca: Nikmat Belajar
1. Revive Your Heart - Nouman Ali Khan (ternyata beli dibulan Juni HEHE lupa maapkeun) - Rp 171.000
2. Secrets of Divine Love - A. Helwa (Rp 120.600)
3. Littler Woman: A Modern Retelling (Rp 73.000)
4. Salt and Saffron - Kamila Shamsie (Rp 73.000)
5. With Dying, Death and Wisdom End in An Age of Denial in Mind (Rp 84.000)
6. Cure: A Journey Into The Science of Mind Over Body (Rp 95.000)
Baru sadar semua beli di Tokopedia.
Baca buku - highlight - take notes - read aloud.
Ikut kelas - diskusi online - share insight di medsos.
Ikut bimtek - pretest - postest - baca ulang.
Aktivitas sebulan terakhir. Aku mulai menemukan nikmatnya belajar. Belum sampai di level Maudy Ayunda yang excited tiap ujian, sih. Melainkan timbulnya rasa rendah hati dan menyadari bahwa menuntut ilmu tuh ternyata nikmat ya.
Duduk di bangku pendidikan formal selama kurang lebih 16 tahun, baru kali ini aku merasakannya. Dulu-dulu kemana ya? Entahlah. Kenapa bisa begitu?
1) Aku udah tahu dan paham esensi belajar
2) Bisa pilih topik sesuai keinginan tanpa terikat kurikulum maupun paksaan
3) Paham metode belajar paling cocok denganku
4) Mampu mengkondisikan suasana belajar menjadi nyaman
Pendidikan formal agak menakutkan buatku karena 1) ada rasa bersaing dengan orang lain 2) ujian dengan patokan angka sebagai parameter, tidak mengedepankan proses. Terkait poin nomor 1 ini, aku ingat perkataan Mbak Ama dari Hannah Indonesia. Bahwa sebagai manusia bersainglah dengan diri sendiri. Sedangkan dengan orang lain berusaha untuk bekerja sama.
Artinya apa? Ya yang harus kita lawan adalah diri sendiri. Kemalasan, rendah diri, overthinking, dan bermacam kebiasaan buruk lain yang berdampak pada penurunan produktivitas maupun peran di bumi ini.
Fixed Mindset vs Growth Mindset
Nah, aku juga baru menyadari bahwa selama ini terjebak di Fixed Mindset. Apa itu? Intinya aku merasa bahwa selamanya aku akan seperti ini maka aku tidak mau membuka diri kepada hal lain diluar sana. Aku merasa cukup dalam artian pengembangan diriku sampai disini aja. Merasa cukup itu perlu, tapi bukan dalam hal belajar.
Posisi sebagai pegawai negeri yang selalu dibayangkan akan dilakukan hingga akhir hayat aku sadari menjadi salah satu pemicunya. Zona nyaman banget nggak, sih? Hehe. Aku merasa hanya perlu fokus meningkatkan skill dan kemampuan di bidang ini. Which...wrong!
Fixed mindset inilah yang membuatku jalan ditempat. Berkutat pada 1 hal saja padahal diluar sana banyak hal lain yang belum dicoba. Untuk melawannya *halah* aku harus mulai memupuk kepercayaan. Bahwa skill apapun akan berguna. Pun kehidupanku juga nggak akan selamanya seperti ini.
Melihat Ibu DK Wardhani yang anaknya homeschooler. Praktisi eco living. Eh baru tau ternyata mantan PNS meski membutuhkan 2 tahun untuk di ACC resign-nya. Lalu ada juga Kak Ica *akrab* yang identik dengan working mom justru resign. Bukan, bukan resign-nya ya fokusnya. Poinnya adalah hidup itu dinamis. Everything is possible. We never know what the future hold.
Tugas kitalah mempersiapkan diri sebaik-baiknya. Agar ketika terjadi disrupsi (lagi dan lagi) kita bisa beradaptasi dengan mudah dan cepat. Ini menyangkut resilience juga. Aku sadar pandemi ini menguji seberapa resilience kah aku? Jawabannya: masih di skala rendah. Hahaha. Ya, aku pun masih belajar terus untuk menerima kenyataan dan moving forward despite challenging condition nowadays.
Jangan pernah bilang bahwa kondisiku ini lebih baik dari kondisimu. No. What you saw is NOT everything. And I believe everyone has their own battle. Membandingkannya bukanlah hal bijak.
Baca: Membandingkan Luka
Growth mindset bagiku dimulai dengan mempelajari hal baru dengan SERIUS. So, what I learn these days?
1. Ikut kelas Eco Family dari Family Hour
Yap, berbayar. Agar aku komitmen. Selaras dengan pendalaman visi hidup, terutama keluarga yang akan aku bangun nantinya (kalau Allah kasih kesempatan). Mempersiapkan dari sekarang selagi ada waktu. Tauhid - hidup berkelanjutan - belajar - membaca. Keempat pilar itu yang ingin aku tanamkan sebagai core value.
Thanks to quarter life crisis dan episode overthinking, aku bisa mengurainya dengan lebih baik sekarang.
2. Belajar agama
Another AHA moment. I learn not ritually but rather back to essence of Islam. Konsep Islam. Menemukan kembali Allah agar dekat dengan-Nya. Menggali apa peranku di dunia. Bagaimana cara hidup seorang Muslim sesuai tuntunan. I want to grow my fitrah. It also an effort to have peaceful mind, because only the remembrance of Allah, the heart will find peace.
Bersyukur aku diberikan jalan untuk belajar. Ya kemampuan, kesempatan, waktu. Semua itu kehendak Allah deh. Bisa juga tambahan doa ibuku sampai mau-maunya aku belajar. Dengan belajar, aku tahu 1) how to live 2) keep humility. Ya karena sadar dong pengetahuan manusia tuh nggak ada apa-apanya dibandingkan ilmu Allah.
![]() |
Bonus foto cenah terlalu cute akutu *HAHA* |
I hope you also have growth mindset ya so that we can always learn - unlearn - repeat.
Subscribe to:
Posts (Atom)