Here goes the story...
Saya nggak menyangka akan ada (yang berani) mengadakan pelatihan offline (luring). Setelah selama ini semua pelatihan diadakan secara daring. Untuk pertemuan udah nggak heran, sejujurnya. Di tiap kota ada Satgas Covid-19 dengan aturannya. Intinya sih boleh mengadakan asal durasi nggak lebih dari 2 jam serta jumlah peserta maksimal 50% dari kapasitas.
Untuk pelatihan ini saya nggak tau aturan Satgas Covid-19 di Semarang kayak gimana. Iya, tempat asal saya. Syarat ikut pelatihan mengharuskan hasil swab negatif. Karena memenuhi, saya pun berangkat. Hotel ini kalo saya lihat di Google masuk dalam kategori bintang 4. Nggak perlu sebut nama, ya :))
Sebelum berangkat tentu saya mempertanyakan penerapan protokol kesehatan. Oleh panitia ditunjukkan video profil hotel tersebut. Beberapa poin yang digambarkan antaranya:
1. Semua staf menggunakan masker dan face shield
Sebelum berangkat tentu saya mempertanyakan penerapan protokol kesehatan. Oleh panitia ditunjukkan video profil hotel tersebut. Beberapa poin yang digambarkan antaranya:
1. Semua staf menggunakan masker dan face shield
2. Desinfeksi kamar (ngga dijelasin di caption waktunya kapan)
3. Makanan dalam box diantar ke kamar
Apakah yang terjadi sesuai dengan video profilnya?
Realita? Nggak semua pengunjung mematuhinya. Ketika kami bertiga didalam lift, ada pasangan + 1 anak yang memaksa masuk. Hih, kzl! Petugas pun tidak ada yang mengawasi.
Masukan: seharusnya ada petugas didalam lift layaknya di Mall Solo Square. Pihak hotel HARUS tegas dan menyiapkan ini semua jika memang benar peduli terhadap kesehatan pengunjung.
Sempat pula saya melihat petugas di lobby maskernya diturunin. Waktu saya mendekat baru dinaikin :) halo :) apakah :) masker :) hanya :) aksesoris :) nggak cuma itu lho. Cleaning service-pun juga sama. Saat udah jalan di koridor kamar (saya asumsikan udah selesai bebersih. Nggak megang alat lagi) sambil main hengpong, maskernya cuma ditaruh di dagu :) *ini gak senyum ikhlas!*
Kedua, sesampainya di kamar suasana sih nggak berasa beda dari sebelum pandemi.
Kedua, sesampainya di kamar suasana sih nggak berasa beda dari sebelum pandemi.
Apakah didesinfeksi setiap hari?Kata temen saya: ngimpi 🤣 bahkan sprei saja saya notice beberapa hari ngga diganti. Saya ngeh karena sprei yang terpasang ada nodanya. Dan masih bertahan hingga hari kepulangan. Entahlah desinfeksinya seperti apa. Padahal didalam kamar kami berdua, lalu setiap hari ada cleaning service yang kita gatau kan status kesehatannya kaya gimana?
Apakah ada monitoring kesehatan rutin? Harusnya pihak hotel transparan tentang ini. Kalau perlu setiap hari tuh terpasang siapa petugas yang membersihkan, berapa suhunya. Jangan beralasan ribet! Kan ini emang tanggung jawab hotel. Kita semua dituntut untuk Adaptasi Kebiasaan Baru.
Ketiga, lanjut apalagi kalau bukan makan. Kirain bakal dianter sampe kamar gitu ya sesuai video. Realitanya adalah... Buffet! Worst is setiap lapak ambil sendiri. Duh, tepok jidat dah. Dimana letak new normalnya?
Lebih parah lagi meja makan tetep berhadapan. Yang berempat tetap berempat. Lelah hayati. Ngga niat Adaptasi Kebiasaan Baru sama sekali. Mirisnya lagi, pengunjung pas bolak balik ambil makan ada dong yang ga pake masker. Udahlah menguji kesabaran dan kewarasan banget ini 🤧
Apakah ada monitoring kesehatan rutin? Harusnya pihak hotel transparan tentang ini. Kalau perlu setiap hari tuh terpasang siapa petugas yang membersihkan, berapa suhunya. Jangan beralasan ribet! Kan ini emang tanggung jawab hotel. Kita semua dituntut untuk Adaptasi Kebiasaan Baru.
Ketiga, lanjut apalagi kalau bukan makan. Kirain bakal dianter sampe kamar gitu ya sesuai video. Realitanya adalah... Buffet! Worst is setiap lapak ambil sendiri. Duh, tepok jidat dah. Dimana letak new normalnya?
Lebih parah lagi meja makan tetep berhadapan. Yang berempat tetap berempat. Lelah hayati. Ngga niat Adaptasi Kebiasaan Baru sama sekali. Mirisnya lagi, pengunjung pas bolak balik ambil makan ada dong yang ga pake masker. Udahlah menguji kesabaran dan kewarasan banget ini 🤧
Area makan outdoor diambil dari kamar |
Yang diganti menjadi box hanya makan malem aja. Itu pun ngambil sendiri di area makan. Sama aja, siapa yang bisa jamin itu box ngga dibuka dan dipegang dulu sebelum diambil?
***
Saya tuh sedih juga loh tau banyak hotel yang terpaksa unpaid leave karyawannya. Tapi dengan kondisi kayak gini, siapa sih yang mau buat nginep di hotel atau sekadar staycation? Berisiko banget jadi klaster penularan baru, kan.
Satu hal lagi yang nggak kalah penting. Terutama untuk kamu influencer yang mulai gencar mempromosikan hotel. Ya saya paham sih kita butuh uang buat makan. Tapi coba lebih kritis dan tanyakan, apa mitigasi risiko yang udah dibuat hotel ketika ada pengunjung maupun karyawan terkonfirmasi positif Covid-19?
Apakah akan dihubungi pengunjung pada hari itu juga?
Atau malah ditutupin?
Ini ngeri banget sih. Beberapa kali diceritakan yang terjadi saat ada kasus justru ditutup-tutupin. Kapaaannnn pandemi kelar gini caranya tuh?
Saya nggak berandai-andai. Worst thing happened to me during this stay is that one of training participant confirmed positive. And now I have to self-isolation until my swab test come out. Lebih detailnya akan saya ceritakan kalau statu sudah terkonfirmasi jelas :")
Pada akhirnya, saya nggak akan pernah merekomendasikan menginap (dimanapun) yang kamu gatau seperti apa praktik penerapan protokol kesehatannya. Apalagi yang cuma GIMMICK doang. Jangan! Nyawa sendiri taruhannya. Saya sih masih mau hidup sehat dan tenang :")
Post a Comment
Halo! Terimakasih sudah membaca. Setiap komentar masuk akan dimoderasi. Untuk komentar dengan anonim tidak akan saya balas, ya. Yuk biasakan menjadi diri sendiri di dunia maya!