Wednesday, January 30, 2019

Belajar Sistem Jaminan Halal di HokBen bersama LPPOM MUI Jateng

“Dilarang membawa makanan/minuman dari luar” 

Gengs, pernah nggak nemu larangan macam itu di restoran? Apa yang ada di benak kamu saat membacanya? Langsung buruk sangka kalo tempat itu mau mengeruk untung sebanyak-banyaknya? Hoho. Sebaiknya hilangkan pikiran itu mulai sekarang.


Nay. Ternyata bukan karena itu loh gaes. Di beberapa restoran sengaja mencantumkan larangan itu justru untuk perlindungan konsumennya. Kok bisa?

Iya. Terutama tempat makan yang udah punya sertifikasi halal. Pengunjung dilarang bawa makanan/minuman dari luar karena dikhawatirkan bisa membawa kontaminasi bahan non-halal. Ya kan ngga tau toh, di dalam makanan atau minuman yang dibawa pengunjung ada cemaran bahan non-halal-nya atau enggak? Padahal untuk mendapatkan sertifikat halal dari LPPOM MUI itu ngga gampang.

Hayo, udah pernah denger tentang LPPOM MUI belum?

Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-Obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) adalah lembaga dibawah naungan Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang bertugas memberikan fatwa halal. Sesuai namanya, produk yang diberikan berupa pangan, obat-obatan, dan kosmetika.

Selanjutnya saya akan bahas lebih spesifik tentang kehalalan makanan ya, gaes. 3 kata ini menjadi kunci dalam kehalalan makanan.


Seorang Muslim (orang beragama Islam) diwajibkan untuk mengkonsumsi makanan yang halal dan thayib. Darimana kita bisa tau makanan itu halal? Banyak caranya. Misalnya dari dalil Al-Qur'an udah jelas diharamkan mengkonsumsi babi. Ada beberapa trik untuk membedakan daging babi dengan daging sapi.


Keliatannya mudah ya. Iya mudah karena masih berupa bahan. Tapi, saat babi itu udah diolah menjadi bentuk lain. Sosis, bacon, atau yang lainnya, apakah kita bisa membedakannya juga? Sudah barang tentu rupanya berbeda dari awal. Nggak berhenti sampe situ aja. Gelatin bisa terbuat dari babi. Atau dari alat masaknya deh, kuas makanan. Itu bulunya ada kemungkinan dari babi loh. Karena apa? Karena hewan ini ternyata diolah dari berbagai macam, gaes.


Gimana hayo, cara mengetahui itu bukan babi? Tentunya nggak gampang ya. Nanya penjual? Iya kalo penjualnya jujur. Atau kalo penjualnya tau. Kalo nggak tau, gimana tuh? Makanya LPPOM MUI memberikan sertifikat halal untuk menjamin Muslim bahwa makanan yang dimakan itu diperbolehkan menurut ketentuan syariat.

*** 

Alhamdulillah, beberapa waktu yang lalu saya dan temen bloger Gandjel Rel dapet ilmu bergizi tentang sertifikasi halal. Langsung dari ahlinya loh gaes. Ada Bu Oftiana Irayanti dan Bu Irma Fadlilah dari LPPOM MUI Jawa Tengah.

Saya termasuk orang yang agak ketat dalam pilih makanan. Bahkan sampe sekarang saya belum pernah makan mie S dari korea yang hits itu lho. Karena waktu itu memang belum ada logo halal MUI-nya. Sekarang Alhamdulillah udah ada ya. Logo halal MUI itu kayak gini.


Bukan cuma tulisan huruf hijaiyah ha dan lam trus dibawahnya tertulis HALAL. Yang terakhir itu penjual ngga bertanggung jawab yang ngga mau bersusah payah untuk melakukan sertifikasi halal.

Loh, tapi kan sama aja Halal? Ngga bisa gitu. Untuk mendapatkan sertifikat halal itu ngga gampang. Melalui proses panjang yang dibagi menjadi 3 tahapan.


Singkatnya, SEMUA proses ditelusur dari A-Z. Mulai dari vendor penyedia bahan apabila menggunakan pihak ketiga. Proses pengolahannya di dapur. Apabila perusahaan punya beberapa cabang, saat pertama kali mengajukan sertifikasi halal ya semuanya dikunjungi satu per satu.

Ada pertanyaan menarik nih yang dilemparkan Bu Irma, semisal di perusahaan H ada menu dari ayam. Agar nantinya halal untuk dimakan, ayam itu disembelih. Kalo jumlah ayam yang disembelih ratusan, bahkan ribuan, apakah satu persatu dibacakan bismillah atau secara bersamaan saja?

Jawabannya adalah: satu persatu. Hooo baru tau kan? Nggak bisa tuh langsung barengan dibacain Bismillah gitu aja. Penyembelihan pun harus dilakukan oleh Juleha. Loh, siapa lagi itu? Juleha adalah Juru Sembelih Halal. Hihihi. Lucu ya, singkatannya.

Para juru sembelih ini harus muslim dan tau cara menyembelih sesuai syariat. Termasuk didalamnya mengucap basmalah dan harus memastikan bahwa ketiga jalan kehidupan di hewan yang disembelih terputus. Ketiga jalan ini antara lain jalan pernapasan, jalan pencernaan, dan terakhir jalan pembuluh darah.

Harus pasti nih gaes. Karena kalo ngga pasti, hewan itu dianggap hidup. Nah waktu masuk ke pengolahan berikutnya, berarti dia dibunuh secara paksa dong. Jatuhnya jadi ngga halal karena bangkai. Oh, no! Jangan sampe kayak gitu deh ya.

Selain sertifikat halal, ternyata LPPOM MUI juga menilai implementasi Sistem Jaminan Halal perusahaan. Nah, apalagi itu?

Jadi gini gaes. Sertifikat halal punya masa berlaku selama 2 tahun. Selama itu pula perusahaan tetap diawasi LPPOM MUI. Karena perusahaan punya kewajiban melakukan laporan berkala setiap 6 bulan ke LPPOM MUI. Laporan ini dlakukan untuk memastikan bahan yang dipake sama seperti saat mendaftar. Apabila ada bahan tambahan lainnya juga dipastikan kehalalannya sesuai syari’at.

Nah, kalo sertifikat halal basisnya diliat dari produk perusahaan, Sistem Jaminan Halal melihat dari pabrik (fasilitas produksi). Apakah pabriknya bersih? Ngga ada kontaminasi bahan non halal dari luar? Semua itu dicek dan ada nilainya. Untuk bisa dapat sertifikat halal, nilai SJH miminal B. Iya, ada nilainya mulai dari A, B, hingga C.

Perusahaan yang selama 3 kali berturut-turut mendapatkan implementasi Sistem Jaminan Halal dengan nilai A diberikan reward. Berupa Sertifikat Sistem Jaminan Halal. Perusahaan yang udah mengantongi sertifikat Sistem Jaminan Halal artinya udah terjamin kehalalannya secara keseluruhan. Bahan makanan, cara pengolahan, kondisi perusahaan, lengkap deh pokoknya.

Kalo di bidang keamanan pangan ada HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point), di Sistem Jaminan Halal ada yang namanya HAS (Halal Assurance System) 23000:1 dengan 11 kriteria.


Fyi, untuk bisa memperoleh sertifikat halal dan sertifikat sistem jaminan halal, perusahaan diwajibkan memiliki tim auditor internal. Tim ini khusus mengurusi kehalalan produk dan berkoordinasi dengan LPPOM MUI.

Karena di Indonesia sertifikasi halal masih bersifat sukarela, jadi konsumen bisa menilai perusahaan mana sih yang peduli dengan konsumen Muslim khususnya? Mau gitu loh bersusah payah untuk menjamin bahwa produknya halal. Sedangkan dari ulasan diatas kita tau bahwa mendapatkan keduanya ngga gampang.

*** 

Jangan khawatir, di Indonesia udah ada kok gaes perusahaan yang peduli. Tebak apa? HokBen! Kamu familiar dengan nama ini? Awalnya namanya Hoka-Hoka Bento. Karena banyak yang ngerasa lebih asik disebut HokBen, akhirnya di-rebranding menjadi HokBen.

Yup, meskipun menyediakan masakan Jepang, semua makanan di HokBen udah terjamin kehalalannya. Buktinya? Ini nih udah punya sertifikat halal di tahun 2008 dan sertifikat sistem jaminan halal di tahun 2017. Mantuul!


Kabar gembiranya, HokBen buka cabang baru di Semarang. prok prok prok! Letaknya ada di Majapahit. Masuk ke kawasan Semarang Timur ya, gaes. Store HokBen ini store stand alone alias berdiri sendiri ngga di dalam mall pertama di Semarang. Asyiik!

Parkir luas gaes

Suasana di lantai 1
Kelebihannya yang ngga bisa didapet di mall: disini kamu bisa drive thru!. Mager turun dari kendaraan? Tenang. Kamu bisa pesen lewat sini aja. pake motor bisa, mobil bisa. Selain drive thru, fasilitas lainnya: buka 24 jam, tersedia layanan birthday party dan private room, musholla bersih, bisa delivery di 1500505 maupun ojek online.

Jadi gimana, butuh tempat nongkrong enak, terjangkau, dan pastinya halal? Yuk cuss ke hokben!

6 comments

  1. Hooh, Dek, aku pernah dengar cerita tentang nyembelih ayam yang ribuan pakai mesin, baca basmalahnya ya satu2 alias bengoren mulutnya. Hihi.

    Semoga minggu depan bisa nyicip ke sini langsung sama keluarga. Kan enak nggak perlu sampai tengah kota.

    ReplyDelete
  2. Dan saya baru tahu, ternyata yang hitam seperti gambar di atas logo Palsu. Di warung-warung banyak saya temukan, atau mungkin itu produk dari usaha rumahan. Walau usaha rumahan kan perlu juga meyakinkan konsumen dengan logo yang asli, yang memang di keluarkan oleh MUI, yo Mbakyu.


    Titip salam untuk Juleha, eh! :D

    ReplyDelete
  3. Terima kasih banyaaak informasi yg informatiff mbaaak.Jd lebih paham mengenai perolehan label halal disetiap kemasan produk yg dikonsumsi, baru tau juga ttg juleha mbak hehehe lucu juga namanya. .

    Kok juga jd mendadak kangen hokben ya mbak aku, nasinya buedaa dan dagingnya gak bsa ada yg ngalahin lezatnya. Yummmy plus udah terjamin halal, alhamdulillah ☺️☺️

    ReplyDelete
  4. Jadi pengen makan di hokben, terakhir bulan kemarin makan di hokben paragon nggak nafsu gara gara patah hati.
    Duh baru tau kalau hokben buka cabang baru di Majapahit, jadi pengen mampir ke sana, Mbak.

    ReplyDelete
  5. Baru tahu ternyata proses dapat logo halal itu tidak mudah ya. Artikelnya informatif sekali, Kak.

    ReplyDelete
  6. Kebetulan aku kerja disakah satu industri makanan & minuman, walaupun ga terjun langsung tp aku juga merasakan rumitnya ngurus label halal, bener2 ga mudah

    ReplyDelete

Halo! Terimakasih sudah membaca. Setiap komentar masuk akan dimoderasi. Untuk komentar dengan anonim tidak akan saya balas, ya. Yuk biasakan menjadi diri sendiri di dunia maya!