Coba tanyakan
kepada mahasiswa masa kini, tempat nongkrong mana saja yang hits saat
ini. Pasti dengan mudah mereka menjawabnya. Bahkan mungkin tanpa berpikir
banyak, serta lebih dari satu tempat yang dapat disebutkan. Lalu, cobalah tanya
dimana masjid yang rutin mengadakan kajian keislaman? Belum tentu yang menjawab
sebanyak jawaban pertanyaan pertama.
Bukankah miris?
Di saat tempat-tempat dimana ilmu diberikan secara mudah dan gratis sedikit
peminatnya. Justru, tempat nongkrong yang jauh dari manfaat serta menghabiskan
uang lebih diminati. Sebagai seorang aktivis dakwah, apa yang dapat kita
lakukan? Apakah membiarkan begitu saja, atau melarang dengan tegas? Ada kalanya
kita perlu memberikan masukan-masukan. Namun, apakah cukup begitu saja?
Berdasarkan
teori perilaku, seseorang tidak akan mudah berubah hanya dengan satu kali
interaksi. Diperlukan interaksi terus-menerus agar sebuah informasi dapat
diimplementasikan dari informan kepada receiver. Sebagai mahasiswa
dengan banyak kesibukan, tentu saja untuk mengingatkan setiap hari bukanlah hal
mudah. Disinilah peran mentoring dapat berjalan. Apa itu mentoring? Mentoring
adalah kegiatan pendidikan dan pembinaan agama Islam dalam bentuk pengajian
kelompok kecil yang diselenggarakan rutin tiap pekan dan berkelanjutan. Setiap
kelompok mentoring terdiri atas 3 – 10 orang, dengan dibimbing oleh seorang
pembina yang disebut pementor.
Tidak ada
jaminan bahwa mengikuti mentoring akan lantas mengubah kita menjadi pribadi
yang sempurna. Namun, setidaknya dalam mengikuti mentoring akan menstabilkan
iman. Ada beberapa sebab berkurangnya iman. Sebab ini dibagi menjadi dua,
faktor internal serta faktor internal. Kebodohan, kelalaian, perbuatan maksiat
dan dosa, serta nafsu yang mengajak keburukan menjadi faktor internal yang
menyebabkan berkurangnya iman seseorang. Peran pementor disini sangat besar
ketika mentee, sebutan bagi anggota mentoring mulai lalai. Pementor
harus segera peka dan mulai memberikan siraman kembali agar iman mentee tidak
layu.
Sedangkan faktor eksternal diantaranya syeitan,
dunia dan fitnah (godaann)nya, serta teman bergaul yang jelek. Karena itu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memperingatkan kita dari hal ini
dalam sabda beliau,
الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ
أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ
“Seorang itu berada di atas agama kekasihnya (teman dekatnya), maka hendaknya salah seorang
kalian melihat siapa yang menjadi kekasihnya.”
Sebagaimana sabda Rasulullah diatas, memilih
teman menjadi faktor penting dalam kestabilan iman seseorang. Sebab itu, untuk
meningkatkan keimanan banyak hal dapat dilakukan. Salah satunya adalah belajar
ilmu yang bermanfaat yang bersumber dari al-Qur’an dan as Sunnah. Dalam
belajar, tentunya peran seorang guru diperlukan. Para proses mentoring, peran
pementor juga berperan sebagai guru.
Tidak hanya itu saja, dalam lingkar mentoring
rasa kekeluargaan sangat besar. Meskipun tidak ada hubungan darah namun rasa
memiliki tetap ada. Dimana lagi mahasiswa bisa mendapatkan keluarga ketika jauh
dari keluarga yang sesungguhnya? Mentoring lah jawabannya.
Post a Comment
Halo! Terimakasih sudah membaca. Setiap komentar masuk akan dimoderasi. Untuk komentar dengan anonim tidak akan saya balas, ya. Yuk biasakan menjadi diri sendiri di dunia maya!