#GoVote Ballot Box artwork by Eric Comstock |
Bulan ini kampus saya lagi ada kegiatan besar. Namanya Pemira: Pemilihan Raya. Mirip-mirip pemilu lah, tingkatannya aja yang beda. Ini di tingkat kampus, alias universitas dan fakultas. Pada tahun ini di tingkat fakultas ada 2 pasangan calon ketua-wakil ketua BEM. Lumrahnya kalo 2 pasangan pastiii persaingan sampe ketegangannya lebih lebih. Lihat aja Pilpres 2014 kemarin. Panas kan? Gerah? Sangat.
Tiap paslon ini juga punya tim sukses (timses). Alkisah (eaa) ada timses dari paslon 1 yang menyebar suatu postingan. Postingan ini berisi tentang seorang mas-mas yang "mengkritik" paslon nomor 2. Desain kampanye paslon nomor 2 ini mirip banget sama desain yang dibikin si mas ini waktu pemira tahun lalu. Mas ini ngedesain buat ketua BEM yang sekarang lagi menjabat. Trus saya lihat ke OA paslon nomor 2. Eh udah dihapus. Padahal belum selesai tuh masa kampanye masih boleh beberapa jam lagi. Pertanyaannya: kenapa?
Yang bikin saya kaget adalah....dari para pendukung paslon nomor 2 ini. Kebanyakan pendukungnya itu orang-orang yaa kaliber lah di bidang perpolitikan fakultas. Udah jadi narasumber dimana-mana, moderator di acara mana saya ngerti. Herannya, komentar mereka ini justru apa ya..menyindir dengan bahasa kurang santun. Bukan bahasa kebun binatang, tapi untuk ukuran mahasiswa yang katanya kaum intelek cukuplah bikin mengernyitkan dahi. Gak segitunya deng intinya gak enak aja buat dibaca.
"Orang ini lagi ternyata..." Tha't what I thought.
Ya. Mereka ini juga yang tahun lalu bikin status dengan bahasa serupa. Tahun lalu kejadiannya ketua BEM terpilih itu BUKAN orang internal mereka. Yang ketuanya dari Senat, yang wakilnya pun sama juga. Statusnya nyindir lah apa lah intinya menyangsikan kepemimpinan mereka yang notabene bukan dari internal. Ada juga yang isinya jagalah rumah kami selayaknya blabla. Padahal BEM itu bukan punya mereka aja. Nyatanya yang memilih seluruh mahasiswa kan. What is exactly your problem? Masalahnya seakan-akan yang mimpin BEM ini harus dari kaumnya. Ngga tau deh.
Saya pengin saran aja, sebelum memutuskan untuk menjadi tim sukses atau mendukung salah satu pasangan, bisa mempertimbangkan hal-hal dibawah ini:
Dukunglah pasangan calon yang visi misinya sejalan dengan kamu
Penting banget baca grand design, visi misi sebelum memilih memberikan dukungan. Buat saya itu yang terpenting diatas hubungan pertemanan, timbal balik dikasih jabatan (ada nggak sih yang kayak ginian? haha). Bukan karena gengsi doi temen satu lembaga. Jadi saat mendukung itu seakan-akan kita memperjuangkan diri sendiri *tsaah*
Berhati besar
NAH INI PLIS TOLONGLAH. Siapin dulu sebelum mendukung. Namanya aja pemilihan pasti ada yang kepilih dan ada yang enggak. Berhati besar dampaknya kalo paslon dukungan kepilih nggak sambong. Kalo nggak kepilih ya legowo. Nerimo. Saya nggak pake istilah "menang-kalah" karena emang nggak ada yang menang dan kalah. It's just a matter of number. Dengan berhati besar juga bisa menghindari sindir-menyindir looh, hehe. Bebas sindir menyindir insyaAllah bebas perpecahan #SalamDamai.
Pahami istilah-istilah politik
Survei elektabilitas, black campaign, masih banyak lagi istilah-istilah yang harus dipahami. Contoh sederhana ini survei elektabilitas. Pahamilah survei itu tujuannya apa, esensinya, faedahnya. Jangan sampe gara-gara kurang memahami yang beginian begitu ada pihak ketiga melakukan survei langsung dipertanyakan. Boleh loh tanya kalo emang nggak ngerti. Asal nggak ngotot dan mau menerima pendapat. Masa jadi timses belum paham? Kan malu, hehe.
Sebarkan kelebihan dari paslon dukunganmu BUKAN menyebarkan keburukan/aib paslon lain
Daripada nambah dosa nyebar-nyebar keburukan orang mendingan cari tau kelebihan paslon dukunganmu itu apa. Biar orang semakin yakin untuk memilih. Allah aja mau lho nutupin aib hamba-Nya. Masa kita malah membukanya secara terang-terangan?
Tips-tips diatas ditulis oleh remahan rempeyek diantara kalian kacang sukro *apaan*. Yah tetep kalem aja toh pemiltas maupun pemira ini dari kita untuk kita. :)
PS: Mungkin ada yang mikir ngapain juga diungkit-ungkit? Jawaban saya: buat pembelajaran.
Dukunglah pasangan calon yang visi misinya sejalan dengan kamu
Penting banget baca grand design, visi misi sebelum memilih memberikan dukungan. Buat saya itu yang terpenting diatas hubungan pertemanan, timbal balik dikasih jabatan (ada nggak sih yang kayak ginian? haha). Bukan karena gengsi doi temen satu lembaga. Jadi saat mendukung itu seakan-akan kita memperjuangkan diri sendiri *tsaah*
Berhati besar
NAH INI PLIS TOLONGLAH. Siapin dulu sebelum mendukung. Namanya aja pemilihan pasti ada yang kepilih dan ada yang enggak. Berhati besar dampaknya kalo paslon dukungan kepilih nggak sambong. Kalo nggak kepilih ya legowo. Nerimo. Saya nggak pake istilah "menang-kalah" karena emang nggak ada yang menang dan kalah. It's just a matter of number. Dengan berhati besar juga bisa menghindari sindir-menyindir looh, hehe. Bebas sindir menyindir insyaAllah bebas perpecahan #SalamDamai.
Pahami istilah-istilah politik
Survei elektabilitas, black campaign, masih banyak lagi istilah-istilah yang harus dipahami. Contoh sederhana ini survei elektabilitas. Pahamilah survei itu tujuannya apa, esensinya, faedahnya. Jangan sampe gara-gara kurang memahami yang beginian begitu ada pihak ketiga melakukan survei langsung dipertanyakan. Boleh loh tanya kalo emang nggak ngerti. Asal nggak ngotot dan mau menerima pendapat. Masa jadi timses belum paham? Kan malu, hehe.
Sebarkan kelebihan dari paslon dukunganmu BUKAN menyebarkan keburukan/aib paslon lain
Daripada nambah dosa nyebar-nyebar keburukan orang mendingan cari tau kelebihan paslon dukunganmu itu apa. Biar orang semakin yakin untuk memilih. Allah aja mau lho nutupin aib hamba-Nya. Masa kita malah membukanya secara terang-terangan?
Tips-tips diatas ditulis oleh remahan rempeyek diantara kalian kacang sukro *apaan*. Yah tetep kalem aja toh pemiltas maupun pemira ini dari kita untuk kita. :)
PS: Mungkin ada yang mikir ngapain juga diungkit-ungkit? Jawaban saya: buat pembelajaran.
Iyaa, belajar politik kan dari sekolah dan kampus, kalau kampanye senat saja caranya ngga elok dan ngga santun, gimana nanti kalau jadi politikus di Senayan? Atau jadi pejabat publik?
ReplyDeleteyes, dimulai dari awal harusnya :)
Delete