Oktober ini baru selesai baca buku satu kayaknya. Iya, satu. Bukan novel loh ya kalo novel mah beda lagi. Buku ini nemu di iJak pas banget liat home. Jadi siapakah Dhira ini?
Buat yang punya instagram mungkin udah tahu ya karena kak Dhira (kok sok akrab) ini bisa dibilang selebgram. Saya tahunya dari fitur popular-nya instagram. Ada foto dia sama suaminya ijab kabul gitu pake flower crown unyuk. Ummu Alila juga sempet posting berisi doa buat kak Dhira dan suami di instagram.
Apa yang pertama kali tertangkap di pandangan mata ketika ngelihat covernya? Jawaban saya: judulnya. Saya menebak isinya bakal tentang cinta entah itu motivasi, nasihat, atau pengalaman gitu. Dan, benarkah tebakan saya? Benar dan salah. Hehe. Benar karena memang "ada" cerita tentang kisah cintanya. Salah karena hanya sebagian kecil saja kisah cinta yang disuguhkan. Sisanya? Tergambar dari cover dengan ikon kota di dunia ituu.
Let's get started.
Buku ini ditulis menggunakan bahasa sehari-hari berdasarkan point of view-nya kak Dhira. Dia pun nyebut dirinya dengan kata ganti "gue" dimana itu mengesankan santai banget. Kak Dhira ini ceritanya galau karena one sided love. Tahu kan? Itu tuh kasus dimana kamu suka sama orang, tapi orang itu nggak tahu. Jatuhnya ya kamu galau sendiri, sedih sendiri, seneng sendiri waktu ketemu dia. Kayak gitu.
Gampang dong kalo suka tinggal bilang aja ke orangnya? NO. Nggak segampang itu. Alasannya: Kak Dhira udah memutuskan untuk nggak pacaran. Dia pun menuliskan kegalauannya di blog. Romantisnya, ayah kak Dhira menasihati putrinya juga lewat website pribadinya. Saya suka banget sama tulisan ayahnya. On point dan sangat kekinian.
Nggak mau kelamaan galau, kak Dhira yang saat itu tinggal di Jerman memutuskan untuk travelling. Kegiatan ini ditujukan buat tafakur alam gitu, mendekatkan diri pada Allah. Doi travelling ke beberapa negara mulai dari Belgia, Swiss, Spanyol dalam waktu kurang lebih 10 hari bersama sahabatnya.
Kisah travelling ke negara-negara inilah yang mendominasi isi buku. Menurut saya cerita travelling-nya lebih kepada perasaan dia selama perjalanan sih. Yah, walaupun tetep banyak informasi tentang wisata-wisatanya tapi nggak terlalu mendetail. Di setiap perjalanan dia berusaha memperhatikan orang gitu, terutama yang berpasangan. Contoh waktu dia lihat pasangan China yang ceweknya jutek padahal cowoknya kalem banget, dia kayak tersadar gitu jadi jutek itu nggak ada bagus-bagusnya sama sekali.
Di setiap tempat dia juga mencoba menuliskan harapan-harapannya untuk pangeran berkudanya nanti. Harapannya bisa jadi harapan yang saya inginkan juga sih *ehem*.
Akhir perjalanan kak Dhira di Cordoba yang paling menyentuh. Di Cordoba ini ada masjid yang sekarang berubah jadi gereja. Sedih banget rasanya waktu baca ini. Dia seakan-akan merasakan kengerian ketika umat Islam dibantai. Trus jadi semacam reminder betapa umat Islam zaman dulu tuh perjuangannya berat. Masa ini cuma gara-gara cinta yang belum halal aja galau gundah gulana? Gitu deh.
Kak Dhira juga sempat membahas mengenai ta'aruf impiannya. Menurutnya walaupun dia ta'aruf pasti pengen lebih kenal dulu nggak hanya bermodal CV. Di poin ini saya mengiyakan, hehe. Kaan kalo di CV nggak bisa menilai karakternya langsung yah. Berhubung kak Dhira udah nikah jadi penasaran deh kayak gimana prosesnya, ya? Mungkin kak Dhira berminat berbagi cerita? x)
Overall saya suka sama kisahnya, terutama jalan-jalannya. Apalagi di pegunungan Alpen ini bisa ditulis di bucket list. Di tiap bab ada kutipan yang menyertai. Baik itu ditulis kak Dhira sendiri atau mengambil dari tokoh terkenal. Buku ini juga disertai foto perjalanan kak Dhira. Sayangnya cuma dicetak warna biru, nggak warna aslinya. Hehe. Oh ya kritik dikit menurut saya peletakan foto sama tulisannya itu agak kurang sesuai ya. Banyak foto yang diletakan di tengah kalimat. Literally. Bikin kalimat itu kepenggal kan gimana gitu ya.
Btw, ada yang udah baca buku ini? Atau baru mau baca?
Btw, ada yang udah baca buku ini? Atau baru mau baca?
Jadi penasaran pengen ikut baca. Btw, anak-anakku juga suka sekali membaca di ijak. Soalnya di sini bacaannya bahasa upin ipin semua, hehehe
ReplyDeleteEmang ijak paling bisa diandalkan, hihi
Deletewah ini kisah nyata ya???
ReplyDeleteyupp
DeleteTravelling, cara elegan menghadapi patah hati.. Saya suka baca buku yg isinya jalan-jalan gini, jadi nambah daftar tempat yg pengin dikunjungi soalnya hehe
ReplyDeletebener banget mba saya juga gitu
DeleteAku belum baca Mbak. Jadi penasaran baca reviewnya nih :)
ReplyDeletemonggo mba dicari bukunya :D
DeleteBeluummm bacaaa.. Hehe. Genre muda nih ya kyknya. ijak itu apa sih? Dipi ga mudeng nih... Ga apdeettt.. Wkwkwk. Tolonglah dijelaskan...
ReplyDeletebaca ttg ijak disini ya mba hihi http://lulukhodijah.blogspot.com/2016/04/8-rekomendasi-aplikasi-android-news-and.html
Deletegenre anak muda single *gamau dibilang jomblo*