Enaknya punya blog ber-niche lifestyle slash personal adalah saya bisa baca ulang apa aja yang udah dilalui selama setahun. Seneng loh rasanya mengingat kembali. Kayak ada perasaan, "Oh, aku ternyata bisa ngelakuin ini!" dan terkejut dengan hal-hal yang diluar rencana.


Walaupun sejujurnya saat baca postingan apa aja yang mau dicapai di 2017..idih malu sendiri. Mana pencapaiannya mana?!?! Dari apa yang tertulis disitu kayaknya nggak ada 70% tercapai. Sigh.

Let's see what have I done di tahun ini.

Pertama adalah YAYNESS di 2017 ini dikasih kesempatan melakukan pertama kali. Apa itu? Naik pesawat. Kedengarannya sepele banget ya lol but trust me ini beneran nggak terlupakan. Sepanjang naik pesawat itu saya nggak bisa tenang barang sedetik pun saking tegangnya. Eya. Bersyukur juga setelah tahu ada temen yang ternyata naik kereta pun belum pernah. Nikmat mana yang kamu dustakan, coba?

Pertanyaan "Ngapain sih magang jauh-jauh ke Kalimantan?" entah berapa kali terlempar dari mulut orang-orang sekitar. Ku hanya bisa menjawab seperlunya karena..they don't need to know the truth *halah*. Percaya deh 1,5 bulan di pulau seberang membawa banyak perubahan dalam diri saya. Terutama mindset. 


Selain Kalimantan dikasih juga kesempatan ke Solo buat study tour. Perjalanan-perjalanan kayak gini selalu saya syukuri. Sebagai anak rumahan yang susah banget buat ijin kemana-mana, saya bersyukur ngotot pengen ikut kesana-kemari. Nggak menyesal sama sekali. Saya tahu banget kesempatan nggak bakal dateng dua kali. 

Ditambah setelah namatin buku traveling-nya Trinity Traveler yang judulnya The Naked Traveler Series ituh, keinginan untuk traveling semakin menggebu-gebu. I have to travel a lot and learn a lot! Uang bisa dicari, tapi pengalaman nggak bisa diganti.

Selanjutnya bicara tentang organisasi yang saya ikuti sampai tahun ketiga. YaAllah Gusti rasanya emang campur aduk banget ya. Saat kamu berada di puncak dari pimpinan, sudut pandang kamu dalam melihat masalah sangat berbeda. Pertimbangannya udah nggak diri sendiri lagi, tapi gimana nanti buat organisasi? Mikirnya udah enggak capek ngerjain tugasnya. Lebih capeknya ke urusan dengan banyak orang. Again, saya belajar untuk menempatkan diri sebagai pimpinan itu seperti apa. Mengambil kebijakan yang nggak merugikan banyak orang. Terima kasih ya, buat para sesepuh khususnya Nisa sekred yang penyabar, Aam si PU, Raysha, Inggrid, Inten. Thanks for being there! *peluk satu-satu*

Ciwi-ciwi setrong

Sesepuh minus banyak


Also I get a chance to stand on stage. Nggak sebagai pembicara sih, baru jadi moderator aja. Tapi ya itu tadi saya bersyukur banget. Melihat kondisi saya yang cenderung nggak berani ngomong di depan hahaha. Drama banget lagi sehari sebelumnya pake sakit. Sampe ditanyain mau diganti apa enggak and I said NOOO! Kapan lagi kesempatan ini datang. Hehe.

Jadi moderator euyy
Alhamdulillah, semoga ada pengabdian selama 3 tahun di organisasi ini ada manfaatnya. I love you keluarga biru.

Akademik gimana? Alhamdulillah IP dan IPK lancar jaya dalam artian masih bisa terkontrol. Plus tahun ini memberanikan diri jadi asisten praktikum. Yeyy! Kuliah pun tinggal 3 mata kuliah aja nih. Pengalaman Belajar Lapangan, Kuliah Kerja Nyata, dan Skripsi yang masing-masing punya 3 SKS. Soon KKN di bulan Januari, setelah itu skripsi! Doakan saya bisa lulus di pertengahan 2018 ya. Amin!


Soal blog, nah ini nih. Masing angot-angotan banget. Apa ya bahasa kerennya? Moody? Belum merasa profesional sebagai blogger. Sejak gabung komunitas blogger ngerasa bagai butiran jasjus di pinggir gelas. Belum ada apa-apanya cuy saya inih :')

Yang menyenangkan sih masih banyak dedek-dedek emez nge-DM di instagram maupun kirim e-mail buat nanya-nanya tentang FKM. Berhubung saya baik hati tentu saya jawab HAHAHA. Kadang ngerasa kasihan juga sih gimana ya kan saya masuk tahun 2014 which is 3 tahun lalu. Pastinya udah banyak yang berubah apalagi soal SNMPTN/SBMPTN. Sampe-sampe ada bapak yang nge-email buat anaknya nanti. Duh kasih sayang seorang bapak yang besar banget, ku sungguh iri... *elap air mata*

Hal buruknya adalah...saya menyadari bahwa pengaturan keuangan, waktu, dan kesehatan masih nol besar. Huhu. Lagi-lagi soal self-management. Banyak kebiasaan nggak sehat yang saya lakukan di tahun ini. Makan sembarangan literally apa aja dimakan. Terutama waktu PBL udah isinya micin-micin aja itu. Melewatkan sarapan. Haduuh mana nih yang menunjukkan anak kesehatannya? Malu euy sama diri sendiri.

Geng PBL + Lurah Kedungmundu + Camat Tembalang
Yang saya sadari ternyata saya nggak suka makan sendirian *penting*. Jadi di keluarga saya nggak pernah makan yang duduk bareng di meja makan. Makannya sendiri-sendiri. Nah gara-gara PBL ini saya tertohok dengan perasaan, "Ternyata enak ya makan bareng..". Nggak heran saya jor-joran banget buat makan selama PBL. Karena ada yang nemenin. Makannya jadi lebih banyak nggak kayak dirumah. Ironi ya padahal di rumah makan gratis malah nggak ada mood. Zzzz...

Intinya di tahun 2017 ini banyak banget nget hal baru yang didapetin. Terutama yang berkaitan dengan terjun langsung di masyarakat dan orang banyak. Dan evaluasinya saya harus bisa menjaga semangat biar nggak kenceng di awal kendor di akhir. Prinsipnya hidup itu jangan lari sprint yah, marathon aja biar energinya bisa tetep stabil di akhir.

Semoga masih diberi kesempatan untuk jadi pribadi yang lebih baik lagi di 2018! Gimana dengan 2017 kalian?

(PS: TERIMA KASIH JUGA UNTUK WANNA ONE YANG TELAH MEWARNAI HARI-HARI SAYA *FANGIRL MODE*)
Top 3 Korean Drama in 2017 - Sadarkah kalian bahwa tahun ini saya nggak terlalu banyak ngereview drama Korea? Yhaa maafkan.


Karena frekuensi saya nonton drama Korea juga udah berkurang jauh banget. Seinget saya sepanjang tahun ini nonton cuma pas jaman magang. Itu emang sengaja nyetok setelah tau bakal berpisah dari wifi lol. Terus sama dramanya Lee Jong Suk yang nggak boleh nggak nonton laah! Haha.


Berhubung ini akhir tahun saya memutuskan nulis top 3 korean drama alias drama korea terbaek versi saya, tentu. Warning dulu sebelumnya ini bener-bener versi saya, genre yang saya suka, dan beneran saya nonton dengan khusyuk. Halah. Cuma 3 aja berhubung ya itu tadi cuma nonton dikit. 

Poin yang saya masukkan saat rekomendasi drama korea adalah: 1) Plot ceritanya, 2) Akting pemainnya, 3) Endingnya, dan 4) Genrenya. Jadi nggak ada tuh ceritanya saya rekomendasiin drama HANYA karena aktornya ganteng. 

Daripada penasaran, yuk cuss!

1| Circle
Source: Dramafever
Periode tayang: Mei - Juni 2017
Jumlah episode:12
Stasiun TV: TVN
Genre: Sci-Fi, Misteri

This is probably my favorite K-drama this year! Dua jempol tangan ditambah dua jempol lagi di kaki kayaknya nggak cukup buat apresiasi.

Drama ini dibagi menjadi dua bagian waktu. Pertama di tahun 2017. Kedua di tahun 2037. Awal mulanya di tahun 2007. Cerita dimulai dari sepasang kembar laki-laki yang main di hutan pada malam hari. Kim Woo Jin (Yeo Jin Goo) dan Kim Bum Gyun (An Woo Yeon) namanya. Saat menuju jalan pulang mereka dikejutkan dengan kehadiran yang mereka sebut alien. Alien ini berwujud perempuan rambut panjang dan irit bicara. Sang ayah yang menjemputnya kemudian ikut membawa serta alien ini.

Sejak ada alien kehidupan mereka berubah total. Ibu mereka pergi dari rumah. Ayahnya pun bertambah sibuk. Baru kemudian cerita menuju ke tahun 2017.

Di tahun ini Woo Jin udah jadi mahasiswa. Sedangkan Bum Gyun masuk penjara karena obsesinya cari alien yang dia anggap udah merusak keluarga mereka. Pencarian ini ternyata membawa bencana bagi mereka. Mereka ketemu dengan sesuatu yang bernama "Bluebird". Bum Gyun diculik, Woo Jin yang berusaha membebaskan justru menjadi tawanan.

Source: Hancinema
And then..
Maju ke tahun 2037. Di tahun ini dunia udah maju banget. Kesan futuristik ditonjolkan disini. Handphone yang tembus pandang, telepon jadi VR berasa ngomong didepannya, komputer yang bisa dibawa kemana-mana cuma pake cube mini. Dan yang paling revolusioner adalah adanya "Smart City" dimana warganya semua diwajibkan memakai chip.

Chip ini ditanam di leher manusia. Fungsinya adalah mengendalikan emosi seseorang. Jadi saat orang itu udah mulai naik darah a.k.a emosi, baik itu marah maupun sedih, chip akan berwarna merah dan berusaha mengontrolnya. Dengan emotion-control ini semua orang nggak ada yang bersikap berlebihan. That's why Smart City called as zero criminal city.

Padahal di balik itu semua ada hal yang nggak diketahui warganya. Apa itu? Ternyata chip yang ditanam berfungsi pula sebagai pengendali ingatan. Jadi ingatan orang ada bentuknya dalam video. Operator yang disebut super-computer ini bisa memilih ingatan mana yang di blok biar nggak ada dalam benak manusia lagi. Dan mana yang dipertahankan.

Gosh, rasanya pengen ngereview bikin satu post sendiri masa. Hahaha! Drama ini bikin merinding sendiri dengan percobaan-percobaannya yang langsung menggunakan manusia sebagai objeknya. Trus bikin mikir kayaknya bisa aja suatu saat ini terjadi....atau malah udah dikembangin? Kan, kan, jadi berteori sendiri.

Selain itu saya juga sempet nangis nonton ini karena bromance si kembar yang kuat banget. Huhu. Siblings goal lah pokoknya. Yang belum nonton bisa banget ditonton. Dijamin seru dan nggak membosankan! Oh ya ada idol yang maen loh disini coba tebak siapa?

2| Voice 
Source: Soompi
Periode tayang: Januari - Maret
Jumlah episode: 16+2 Spesial
Stasiun TV: OCN
Genre: Thriller, Procedural

Drama ini didedikasikan untuk mereka yang seneng detektif-detektifan yah. Buat yang mencari jejak-jejak romance disini jangan harap. Nggak bakal ada. Darah berceceran dimana-mana, kesadisan pun, sampe rate viewers-nya dinaikin dari 15+ sampe 19+. Yang lumayan bikin seger mata ada Yesung Super Junior HAHA ku pun baru tau waktu udah nonton. Bagus aja aktingnya jadi orang kalem.

Nah ceritanya ada polwan yang punya kemampuan lebih. Dia bisa dengerin suara orang detail sampe pattern-nya. Pendengarannya diatas rata-rata lah ya. Nah tujuan perempuan bernama Kang Kwon Joo (Lee Ha Na) masuk kepolisian guna menyelidiki siapa pembunuh ayahnya. Unfortunately satu-satunya clue yang dia punya adalah rekaman suara pelaku. 

Source: Soompi
Di sisi lain detektif Moo Jin Hyuk (Jang Hyuk) kehilangan istrinya yang dibunuh secara sadis. Mukanya hancur sampai nggak berbentuk. Dilatarbelakangi sakit hatinya ini dia berusaha sekeras tenaga mencari pelakunya. Bersama dengan Kwon Joo mereka menginvestigasi kasus demi kasus lewat Golden Time Team.

Ada 8 kasus yang ditampilkan di drama ini. Nggak semuanya berhubungan, tapi ada juga yang ternyata masih ada kaitannya dengan pelaku pembunuhan baik ayah Kwon Joo maupun istrinya Jin Hyuk. Mereka juga didukung oleh tim yang terdiri dari Park Eun Soo (So Eun Soo) yang bertugas di 112 Report Center dan Oh Hyun Ho (Yesung) sebagai ahli IT.

Poin plus dari drama ini adalah kedetailan-nya dalam meruntutkan kasus demi kasus. Soundtrack-nya pun mendukung banget di tiap adegan kekerasannya. Kerasa horor dan misterius. Memacu adrenalin banget. Saking populernya di Korea sana, rencananya bakal ada Voice season 2 di pertengahan tahun 2018 nanti.

Saya termasuk yang nggak sabar buat nunggunya. Hehe.

3| Because It's My First Life
Source: Destri
Periode tayang: Oktober - November 2017
Jumlah episode: 16
Stasiun TV: TVN
Genre: Romantic Comedy

Satu-satunya genre romance yang saya rekomendasiin! Hehe. Awalnya tau dari temen saya. Dua orang semangat banget nyuruh nonton. Kan akhirnya saya tertarik.

Cerita tentang cowok kaku Nam Sae Hee (Lee Min Ki) menikah dengan Yoon Ji Ho (Jeong So Min). Alasan pernikahan mereka bukan karena cinta. Tapi karena Sae Hee butuh uang untuk bayar cicilan rumah. Ji Ho butuh kamar untuk berteduh. Akhirnya mereka menikah dengan kontrak 2 tahun dimana Ji Ho tetap membayar sewa ke Sae Hee tiap bulannya.

Source: Castko
It sounds crazy rite? But probably this actually happen somewhere out there. Mereka nggak mikirin bahwa pernikahan itu bukan cuma dua orang yang bersatu. Tapi juga dua keluarga. Disinilah serunya, penonton dibawa untuk "mikir" bahwa menikah itu nggak maen-maen loh. Menikah itu nggak semudah itu loh. Ini nih lika-liku menikah. Kayak gitu.

Ji Ho punya 2 sahabat kental. Woo So Ji (Esom) cewek kantoran yang nggak kepikiran buat nikah. Dan Yang Ho Rang (Kim Ga Eun) yang cita-cita hidupnya menikah karena pengen jadi ibu rumah tangga yang baik untuk suami dan anaknya kelak. 

Bumbu-bumbu percintaan mereka berdua juga menjadi poin penting di drama ini. Bagaimana So Ji yang kelihatannya paling sukses ternyata tersiksa. Keinginannya punya perusahaan sendiri belum terwujud, malah menjadi karyawan. Ditambah lagi pergaulan antar karyawan yang masih suka merendahkan posisi perempuan. It's so sad because it's so real. Perempuan di tempat kerja masih dipandang sebelah mata dan dijadikan objek permainan.

Ho Rang yang udah pacaran bertahun-tahun justru si pacar saat ditagih kapan mau nikah mengaku nggak siap. Ugh, siapa nih yang kayak gini? Hahaha. 

Drama ini juga ratingnya tinggi loh di Korea sana. Gegaranya isu yang diangkat beneran realistis dimana beneran terjadi di masyarakat. Walaupun genre romance tapi tetep ada value yang didapetin sih menurut saya. Nggak yang murni lovey dovey gitu kan so cringe yah.

***

Itu dia top 3 korean drama in 2017 versi saya. Baru sadar ih ternyata channel-nya tv kabel semua bukan tv public gitu hahaha. Btw, ada drama favorit kamu juga nggak disini? Atau malah ada rekomendasi lain? Boleh banget share disini! :)

Lagi, entah keberapa kalinya denger kabar seleb yang bunuh diri. Tahun kapan gitu personil Linkin Park. Saat itu respon saya nggak gimana-gimana. Habisnya jujur aja emang nggak terlalu ngerti itu siapa. Nah yang ini pun juga nggak tau banget gitu. Cuma, saya ngerti dikit-dikitlah tentang reputasi boyband-nya di Korea sana. Yup, pasti udah tahu ya siapa yang saya maksud. Personil dari Shinee, boyband yang cukup legend. Terlahir dari SM Entertainment which is one of Big 3 agency di Korea. Bukan agensi baru, dan bukan juga agensi yang terhitung kecil.

Baca: Idol Korea dan Body Goals

Dari kacamata orang biasa yang hanya memperhitungkan materi, dia nggak ada kekurangan apapun jua.
Ganteng ✔
Tajir ✔
Terkenal ✔
Jarang kena skandal ✔
Secara nalar, kurang apalagi coba?

Berita ini bikin saya mikir, mikir, dan mikir lagi. Kenapa ya, orang bisa memutuskan untuk bunuh diri? 

Dari situ, seng-iseng saya bikin polling kecil-kecilan di instagram. Sederhana aja pertanyaannya. Pertama, kalian pernah nggak sih merasa depresi? Dari 56 vote yang masuk, cuma 7 yang jawab nggak pernah. Respect buat kalian, sungguh! 


Pertanyaan kedua yang saya lempar, pernah ada pikiran mengakhiri hidup dengan bunuh diri? Dan...dari 50 orang yang vote, 10 diantaranya menjawab PERNAH. Oh wow! Dari survei abal-abal semacam ini aja 1/5 pernah ada pikiran untuk bunuh diri. I was quite...surprised.

Gimana dengan saya sendiri? Jawaban dari pertanyaan pertama: of course pernah. Dan jawaban dari pertanyaan kedua pun juga sama: pernah. Nggak bohong. Saya pertama kali mendeteksi bahwa saya depresi dari kelas berapa dan alasannya apa sampe sekarang masih teringat betul. Pikiran untuk bunuh diri? Kok bisa? Well, I also had my reason for that.

***

Tapi kok sekarang masih bisa "bertahan"? Selain emang alasan bunuh diri itu bukan hal yang bisa diterima di sisi agama, sebenernya ada loh beberapa cara untuk mencegah benar-benar melakukan bunuh diri. Sekedar pikiran untuk kesana pun. Semoga aja kalian yang mungkin pernah kepikiran bisa merasa tercerahkan dengan apa yang saya tulis.

Pertama banget, you have to understand yourself. Yes, kamu harus benar-benar memahami identitasmu. Bukan sekedar siapa kamu, dimana kamu dilahirkan, oleh keluarga yang seperti apa. Nggak cuma kayak gitu. Buatlah poin kekurangan dan kelebihan baik physically and mentally. Percayalah, untuk memahami siapa kamu sebenarnya nggak semudah membalik telapak tangan.  Butuh waktu, tentu. Sabar aja dan jangan bosan-bosan buat explore. Banyak hal yang bisa dikulik dari dirimu sendiri.

Kenapa sih, kita harus tau tentang diri sendiri? Dengan mengerti, memahami diri sendiri kita nggak bakal gampang untuk merasa insecure. Nggak gampang "kena" omongan orang. Nggak gampang merasa down apabila ada hal-hal diluar sana yang "lebih" daripada apa yang kita punya. Because we already accepted who we are. Kita tahu siapa kita sebenarnya. Orang lain nggak perlu tahu, cukuplah kita.

Kedua, tahu tujuan hidup. Nah ini kayak berat banget gitu ya? Hidup itu ibarat sebuah perjalanan. A journey that will come to an end, someday. Di perjalanan kita nggak bisa nih asal jalan aja. Kemana kita akan berhenti kalau kita nggak ngerti destinasi akhir kita sebenarnya dimana?
Adanya tujuan hidup juga bisa membuat kita kuat untuk bertahan di jalan yang udah kita pilih. Nggak peduli orang nyalahin kamu. Nggak peduli kanan kirinya ada hambatan. Nggak peduli untuk ngelewatinya harus dengan berdarah-darah. Cuy, ini tujuan hidup kamu yang diberikan sama Allah. Yang menjalani adalah kamu, bukan orang lain. Yang nantinya dimintai pertanggung jawaban pun dirimu sendiri, bukan orang lain. Find your destination. Tentuin dari sekarang. Biar nggak hidup kayak buih yang gampang diombang-ambingkan.

Ketiga, have beliefs. Ini saya ngutip dari buku Rules of Life-nya Richard Templar. Sebagai manusia kita wajib punya suatu kepercayaan yang dipegang teguh. Karena saya muslim, saya bakal mengatakan dengan beragama kita bisa memperkuat batin kita. Ada Tuhan yang bisa kita percayai keberadaannya. Yang bisa menjadi tempat kembali untuk kita.

Akan ada saatnya kamu merasa bahwa hidup ini terlalu rumit. Dan kamu butuh sandaran yang bisa dipercaya. Hal-hal kayak gini, jujur aja nggak bisa didapatkan dari sekedar percaya sama manusia. We need "someone" that we know much higher than us. Tempat kita berlabuh di kala beban berat menerpa.

Baca: Be Calm, Be Strong, Be Grateful

And have your own peace. Maksudnya disini kamu harus tau suasana macam apa sih yang bisa buat kamu berpikir jernih. Saya ambil contoh setelah baca buku Teman Tapi Menikah-nya Ayudia. Buat dia kedamaian bisa didapatkan di Bali. Maka dia melahirkan pun bela-belain di Bali.

Ada juga Nadya Hutagalung yang sepanjang saya tahu dia selalu menyempatkan diri untuk ke Nepal. Nggak lain dan nggak bukan karena dia merasa ambience disana itu tenang.

Bukan berarti saya menyarankan untuk harus ke tempat yang jauh. Kadang cukup menyendiri di bangku taman sambil mengamati orang lalu-lalang pun cukup bikin tenang. Tiap orang punya cara sendiri, dan tugasmu lah untuk mencari atau justru menciptakannya.

***
So that's all I can say. Life is indeed hard. But, never give up! There's always a reason to live. Fighting!
Kayaknya baru kapan hari nulis tentang PBL. Tau-tau PBL-nya udah kelar aja. Padahal niat awal mau diceritain tiap minggu kegiatannya itu ngapain. Emang ya ekspektasi dan realitas nggak bisa disatukan *sigh*.



Untung ada pembaca setia lol yang nagih cerita saya. Jadinya termotivasi buat nginget-inget lagi dari awal. Perlukah saya menyapa pembaca ini di blog? Hahaha. Faizah, dibaca sampe kelar ya tulisan ini!

So, PBL dilaksanakan selama 5 minggu. Sabtu Minggu pun juga tetep berangkat, di aturan awalnya. Tapi namanya juga mahasiswa, ada aja caranya buat cari celah refreshing. Trust me, it feels suffocating being in the same place with same people for 35 days.

Di awal mulai PBL kami udah mengatur nih timeline kegiatan. Minggu pertama ngapain, kedua ngapain, daaan seterusnya. Kami udah berusaha banget buat melakukan timeline itu secara serius. Walaupun akhirnya agak-agak melenceng dikit. Nggak terlalu jauh kok. All is well.

Minggu pertama

Hari pertama yang seharusnya Senin digeser karena bertepatan dengan persiapan kedatangan Jokowi ke kampus. Saat Jokowi datang, kami nggak bisa lihat. Sedih deh hilang kesempatan buat dapet sepeda! Haha. Kami mengikuti upacara penerjunan tim PBL di Kantor Kecamatan Tembalang. Disitu kami dipertemukan oleh bapak camat Tembalang dan lurah Kedungmundu. 

Selesai upacara langsung meluncur ke TKP alias posko. Apa yang ada di benak kalian saat denger kata “posko”? Rumah? Ternyata...bukan sodara-sodara. Yang kami tempati ini Balai Kelurahan. Kebayang nggak, kayak gimana? Semacam aula besar dan luas buat pertemuan warga. Kayak gitu. Kenapa dapet di Balai, karena rumah dinas Pak Lurah yang ada disampingnya dipake untuk posko KKN universitas swasta. It’s okay lah. Selama ada Wi-Fi dan colokan kami bisa bertahan hidup kok lol kids jaman now.

Budayakan kula nuwun

Minggu pertama kami sowan ke kelurahan, FKK (Forum Kesehatan Kelurahan), Gasurkes (Tenaga Surveilans Kesehatan), dan Ketua Pokja 4. Ditambah ke Puskesmas Kedungmundu juga sebagai kepanjangan tangan pemerintah yang ada di masyarakat. Khususnya kelurahan Kedungmundu. Kulo nuwun semacam ini tuh perlu banget lho biar kita bisa diterima di masyarakat. Nggak yang tiba-tiba dateng terus minta ini itu.



Saya yang diamanhi jadi Penanggung Jawab bidang Gizi ikut juga untuk dateng kerumah Ketua Pokja 4. Eh tau nggak Pokja 4 itu apa? Jadi gini kan di PKK itu ada banyak pokja yah. Nah pokja 4 ini yang ngurusin kesehatan masyarakat kayak posyandu, KB, dll. Senangkep saya gitu sih. Correct me if I’m wrong ya! Dari pembicaraan dengan beliau, yang paling saya inget itu satu. Bahwa untuk jadi kader kesehatan (khususnya posyandu) harus MAU dan MAMPU.


Maksudnya gimana? Gini, kenapa harus MAU? Yha kalo nggak mau nantinya ngerjakan tugas nggak ikhlas dong. Ujung-ujungnya program nggak jalan. Kenapa juga harus MAMPU? Karena bakal ada saat-saat dimana harus mengeluarkan dana pribadi. Kedua hal ini saling berkait, nggak bisa dipisahkan. Dan di lapangan realitanya nggak gampang nemuin kader yang punya 2 karakter ini.

Maka dari itu berterima kasihlah kepada kader di wilayah kalian yang udah mau bersuka rela untuk kerja sosial demi kesehatan masyarakat yang lebih baik!

Berharganya data

Nah selain ke masyarakat kami juga ke puskesmas untuk meminta data pencatatan terkait Gizi dan KIA. Jangan dibayangkan sekali minta langsung dapet data yang bisa langsung dipake. No! Saya nggak ingat berapa kali harus bolak-balik ke puskesmas saking seringnya demi hal yang bernama “data” ini.

Perihal data ini emang lucu-lucu menggemaskan, kalo nggak mau dibilang bikin bingung. Haha. Awalnya kami berniat minta rekap 3 tahun bekalangan aja. Tapi tuh susah banget kayak ada data yang pencatatannya per bulan. Ada data yang pencatatannya per tahun. Ada data yang ditulis tangan. Ada yang udah rapi terketik. Belum lagi saat di-cross check ke data kader, 

“Loh kok angkanya beda?” *garuk-garuk tembok*

Disitu saya merasa sedih gaes. Ujung-ujungnya kami pake data tahun 2017 aja dengan analisis tiap bulan mulai Januari-September.

Udah dapet tuh data mentah. Lanjut ke pengolahan. Masalah pengolahan data ini nggak bisa maen-maen. Ibarat pondasi rumah, sekali aja ada salah maka bangunan diatasnya nggak bakal bertahan lama. Di PBL ini juga seperti itu. Semua langkah-langkah harus dilakukan secara BERURUTAN. Nggak boleh part ini diskip dulu baru ke part lanjutnya. Nggak bisa. Alhamdulillahnya di kelompok saya ada anggota yang paham tentang data karena beliau posisinya udah kerja. Di puskesmas pula.


Berhati-hatilah saat menggunakan data. Dengan data ini literally bisa melakukan apa aja. Makanya nggak heran start-up kayak Go-Jek banyak yang minat. Karena mereka punya apa? Data. Data tentang konsumen, behaviornya, their interest, dll. Eh maapkan jadi kemana-mana ya lol.

Menganalisis data

Masih kuat bacanya nggak? Haha. Ternyata panjang kali lebar banget yah cerita PBL ini. Padahal baru minggu pertama loh *terharu*.

Data mentahan yang didapat diolah untuk dibuat analisis GAP, tren, dan besar masalah. Ketiga analisis ini diperlukan karena dalam melihat masalah kesehatan nggak bisa dilihat Cuma dari besar masalah aja, misalnya. Harus dari berbagai sudut pandang. Kalau Cuma satu sudut pandang aja dikhawatirkan pemilihan masalahnya nggak sesuai dengan apa yang dialami masyarakat di lapangan. Nah loh, ribet ya? Iyalah.


Ada tuh dosen yang bilang, kadang orang bukan nggak ngerti cara penyelesaian masalah. Tapi pilih yang mana tergolong masalah aja belum tepat. Ya gimana tau penyelesaiannya ya kan? 

Buat saya yang peminatannya bukan di statistik ataupun administrasi kesehatan, I can say it was hard. It wasn’t what I learned before. Huhu. I wanna cry. Merasa kayak nggak tau apa-apa gitu. I feel insecure at that time. Tapi ya mau gimana lagi, yang namanya Sarjana Kesehatan Masyarakat emang dituntut serba bisa. So I decided to learn, learn, and learn again. 

Selesai analisis data, berlanjut ke menentukan 1 aja masalah yang dianggap benar-benar masalah. The real problem we have to solve menggunakan metode MCUA. Silahkan cari tau sendiri metode ini kayak gimana ya if you’re curious enough *wink*

Metode ini nggak yang ribet banget gitu, lebih menitikberatkan dari kesepakatan kelompok aja. Dan, dari semua proses diatas keluarlah satu masalah yang harus diselesaikan. Cling! Kurang Energi Kronik (KEK) pada ibu hamil.

***

Hectic amat yak minggu pertama? Baru sadar juga nggak terlalu banyak foto related yang bisa dimasukin disini. Kebanyakan foto aib anak-anak lol. Lanjutannya di postingan selanjutnya aja biar nggak kepanjangan. See you!
Di tepi sungai Barito
Terlahir dari keluarga yang tergolong biasa-biasa saja membuat saya nggak berani memiliki banyak keinginan. Saya masih inget betul kala SMP keinginan saya Cuma satu, tas baru yang lebih bagus. Tas yang saya pakai saat itu sudah mulai rusak. Kelihatan dari resletingnya yang buat ditutup aja harus menggunakan peniti. Padahal di saat yang sama, teman saya yang lain kebanyakan pengennya punya handphone yang ber-trackball. Pasti tahu kan yah handphone yang saya maksud? J

Pun begitu saat SMA. Ada satu hal yang membuat saya iri setengah mati. Teman dekat saya bilang bahwa dia akan travelling ke China bersama keluarganya. Bagi saya , bahkan sekedar naik pesawat pun udah menjadi hal yang istimewa. Biaya tiketnya tinggi dan rasa-rasanya nggak bakal terjangkau. 

Beranjak kuliah, Alhamdulillah saya merasa perekonomian keluarga bisa dibilang meningkat.  Naik pesawat bukan lagi hal yang mewah. Dimulai dari kakak saya yang berkesempatan untuk terbang ke Thailand (dimana yang membiayai ayah saya), ke Malaysia untuk PPL, dan kakak satunya lagi sudah pernah menginjakkan kaki di Papua. Lalu ayah saya merasakan juga dengan tujuan umroh.

Saat itu saya masih bertanya di dalam hati, “Kapan ya aku bisa merasakan hal yang sama?”.

Jujur saja. Saya jarang sekali bepergian jauh. Ada alasan syar’i yaitu harus didampingi laki-laki dari keluarga ketika pergi. Bukan jadi masalah memang saat ada yang punya waktu luang untuk menemani. Sayangnya, lebih sering kakak atau ayah saya nggak punya waktu untuk menemani saya bepergian. Jadilah saya orang yang disebut “anak rumahan”.

Kesempatan itu akhirnya datang

Tapi, hidup memang penuh kejutan ya. Saat saya nggak terlalu berharap-harap, kesempatan itu justru datang. Tepatnya di semester 6 kemarin. Ceritanya, kami mahasiswa ini harus mengikuti kegiatan magang di instansi tertentu. Pilihannya dibebaskan pada mahasiswa. Awalnya saya sudah mengincar satu instansi di kota kelahiran, Semarang. Entah angin darimana, saya berpikiran, “Kenapa nggak magang di Banjarmasin aja?”

Pilihan Banjarmasin terbersit karena itu tempat terjauh yang bisa saya jangkau. Kenapa? Tentu saja karena ada keluarga disana, yaitu paman (adik kandung ibu). Dengan memberanikan diri, saya mengajukan keinginan ini ke ayah. Beliau adalah pemegang keputusan terbesar di keluarga saya. Dag dig dug..rasanya. Takut ditolak. Huhu.

Syukur Alhamdulillah, beliau mengiyakan. Malah yang biasanya dicecar pertanyaan ini itu, beliau santai saja memperbolehkan. Belakangan, beliau justru menelepon salah satu koleganya di Kalimantan Selatan untuk berjumpa. Meet up, kata kids jaman now. Mungkin ini yang dinamakan pucuk dicinta, ulam pun tiba.

Hal pertama yang saya lakukan, jelas mencari tiket. Saya pilih pesawat untuk ke Banjarmasin. Sebenarnya ada pilihan melalui jalur laut. Tapi saya nggak pengen terombang-ambing di laut dalam waktu lama. Kayaknya belum sanggup untuk mengatasi mabuk laut. Di saat seperti itu, berpikirlah, “Mau beli tiket di Traveloka!”

Terimakasih kepada kakak-kakak dan teman-teman yang udah sering terbang kesana kemari. Saya nggak perlu ribet datengin travel agent satu persatu. Orang-orang ini udah sering cerita beli tiket di Traveloka itu nggak ribet. Tanpa pikir panjang, saya unduh aja aplikasinya di gawai.

Kenapa Traveloka?

Meskipun baru pertama kali menggunakan aplikasinya, saya nggak menemukan kesulitan yang berarti. It was user-friendly. Jauh dari kata yang sering dihindari banyak orang: ribet. Untuk cari tiket ke Banjarmasin gampang aja. Tinggal pilih bandara di kota asal. Saya pilih satu-satunya bandara di Semarang: Ahmad Yani. Tujuannya: Bandara Syamsudin Noor Banjarmasin. Dan jangan lupa tanggal penerbangannya. Tanggal 16 Juni saya terbang karena tanggal 19 Juni udah harus mulai magang.

Saya beli 2 tiket untuk sendiri dan ayah yang memang akan mengantar. Ditambah 1 tiket lagi untuk kepulangan ayah di hari berikutnya. Dengan hati riang gembira saya membayar ketiga tiket ini. Mission completed, pikir saya.

Nggak taunya setelah bayar, ayah saya tiba-tiba nanya, “Tiket pulangnya bisa diganti hari nggak?”. Euggg, dhuarr! Kenapa baru bilang setelah bayar. Huhuhu. Saya bilang sama ayah, “Dicoba dulu deh, kayaknya bisa”. Padahal di dalam hati nggak tahu gimana caranya. Hiks. Maklum yah ini pertama kalinya pesan tiket pesawat eh tau-tau diminta buat reschedule.

But thanks to internet. Saya beranikan diri buat reschedule lewat aplikasi Traveloka yang udah saya unduh tadi. Ternyata sekali lagi, sama sekali nggak ribet! Sesuai sama fitur yang disebutkan: easy reschedule.

Klik aja “Reschedule”, pilih hari yang diinginkan. Terakhir, transfer kekurangan biaya tiket (jika harga tiket lebih tinggi). Biaya yang harus saya tambah sebesar Rp 400.000. ada setengahnya dari harga tiket di awal. Wajar sih, karena tanggal itu memang menjelang Lebaran. Banyak orang rantai di Kalimantan yang mau pulang ke Jawa. Itu asumsi saya yah.


Sebelum mentransfer untuk menambah biaya, mata saya tertuju pada tulisan, “Punya voucher?”. Wah, kok baru kebaca ya! Hihi. Baru sadar ternyata ada promo yang bisa diambil. Saya iseng aja cari dan voila! Dapet potongan Rp 100.000 pake kode voucher mudik. Hihi. Lumayan buat beli kuota tuh. Hestek kids jaman now.

Akhirnya merasakan penerbangan pertama!

Tiket udah di tangan, hati rasanya plong. Yang tersisa cuma mengepak barang bawaan aja. I’m soo excited! 

Saat hari H saya cuma perlu nunjukin e-ticket aja di gawai. Andaikan petugasnya tahu tangan saya gemeteran saking nervous-nya mau terbang pertama kali. Pasti udah diketawain deh. Hihi. 

Jadi gimana rasanya naik pesawat? Pusing cyin! Hahaha. Belum terbiasa sama ketinggian kali ya. Yang dirasain pusing dan excited campur aduk jadi satu. Saking pertama kalinya banget, saat pramugarinya menjelaskan tentang keamanan penerbangan pun saya dengarkan dengan khusyu’. Hahaha.

Birunya langit Kalimantan
Alhamdulillah. Nggak akan terlupakan pokoknya pengalaman pertama kali terbang. Kata paman saya nih, biasanya kalo udah sekali naik pesawat, kedepannya bakal sering-sering. Percaya nggak? Yah saya sih percaya aja. Toh bisa jadi pemicu buat saya untuk keluar dari zona nyaman dan jalan-jalan ke tempat baru lagi yang belum pernah dikunjungi.

Lewat Traveloka, saya #Jadibisa merasakan naik pesawat terbang pertama kalinya. Dan, pastinya menyenangkan!

Kalo kalian, inget nggak pengalaman terbang pertamanya? J
Siapa yang baru tau kalo tanggal 11.11 kemarin Harbolnas a.k.a Hari Belanja Online Nasional? Saya! Bingung nggak sih saya kira Harbolnas itu 12.12 nggak taunya pas 11 November kemaren juga banyak e-commerce yang bikin diskon Harbolnas. 


Saya pun nggak mau ketinggalan dong meramaikannya. Soalnya udah tau banget nih barang-barang apa yang diincer. Haha. Walaupun pada akhirnya nggak ada promo yang klik di hati. Rasa-rasanya kok ini Harbolnas nggak kerasa beneran diskonnya. Atau udah dinaikin baru dipotong seakan-akan dikasih diskon? Entahlah :/

Karena hal itu pula lah akhirnya saya cuma iseng aja beli di salah satu e-commerce yang belum pernah saya jajal. E-commerce ini sering banget menayangkan iklannya dengan hestek #DijaminOri. Udah ngeh saya ngomongin e-commerce mana? Yup! JD.ID! Saya tertarik aja nyoba disini karena sempet baca di blog orang yang dia itu beruntung banget. Bayangin aja yah waktu Harbolnas dia dapet Lenovo Yoga atau apalah laptop Lenovo gitu seharga Rp 99.000 doang! Parah banget nggak tuh masih ada kembalian Rp 1.000 buat parkir *eh.

Makanya saya nyoba dongg. Belinya yang murah meriah aja. Saya beli Miniso Earphone In Ear Blue. Tertarik sama Miniso setelah dia sponsorin drama While You Were Sleeping-nya Lee Jong Suk! LOL.


Katanya sih original di website Jd.Id-nya karena yang menyediakan official store-nya. Itu pun murah banget nget, harga aslinya Rp 30.000 masih didiskon 50% jadi Rp 15.000 aja saya bayarnya. Seharga pempek kapal selam seporsi :"D

Pertama saya bikin akun dulu nih di JD.ID. Di awal ini aja udah bikin kezel. Gimana enggak? Untuk verifikasinya lewat sms dikirim ke nomor hape. Eh sms-nya nggak masuk-masuk lama banget sampe bingung ini tuh harus ngulang apa gimana? Liat aja nih sampe ada berapa kali sms yang masuk ke inbox saya. Disitu udah mikir haduh ribet amat sih...


Karena sebelumnya udah pilih barang, tinggal konfirmasi alamat dan pembayaran. Di kolom alamatnya nih bermasalah lagi. Kode pos-nya keluar secara otomatis. Bagus kan otomatis? Enggak! Kode pos saya ini ngawur banget. Nggak tau itu kode pos mana. Dan nggak bisa diganti secara manual. Lah kan kasihan sama kurirnya nanti yang nganter kebingungan, huft. Saya putuskan di kolom alamat yang bisa diisi secara manual tetep ditulis kode pos yang bener. 

Lanjut ke pembayaran. Ini nih asyik. Nggak pake ongkos kirim dong! HAHA. Nggak tega ngebayangin kurir nganter barang seharga Rp 15.000 doang. Maapkan saya yah bapak :")

Jum'at 10 November saya check out dan Sabtu 11 November melakukan pembayaran lewat transfer bank.

Ada minus lagi nih. Selesai check out sampai pembayaran nggak ada notifikasi lewat sms. Hanya ada di email. Itu pun nggak langsung diterima. Saya sampe ngirim email ke cs-nya buat memastikan pembayaran saya udah diterima atau belum.

Pengirimannya dilakukan oleh ekspedisi milik Jd.id sendiri kayaknya. Namanya j-express. Disitu kita bisa ngecek lewat resi udah sampe mana. Kurang lebihnya sama seperti ekspedisi pengiriman lain. Estimasi pengiriman untuk pulau Jawa tertulis 3-5 hari. Di hari Jum'at 17 November barang saya udah sampe dong! Yeayy. Agak lama ya? Tapi saya asumsikan aja sabtu minggu emang libur. Dihitung-hitung sih tetep pas 5 hari pengirimannya.

Penampakan barangnya kayak gimana?
Lucu banget pengen ngakak. Bagus dikirim pake kardus JD.ID. Yang lucu adalah...kardusnya gede banget padahal earphone-nya nggak seberapa gede ukurannya :"D kemasan earphone-nya masih dibungkus lagi pake bubble wrap. Aman kan, laff.


Overall, nggak mengecewakan sih belanja disini. But still I would love it kalau saja JD.ID mau terus memperbaiki pelayanannya. Oiya di JD.ID ini ternyata sering bagi-bagi voucher. Saya aja udah dapet 4 voucher sendiri. Sayangnya udah kadaluarsa sih mau beli apa lagi nggak butuh. Kan belanja sesuai kebutuhan bukan keinginan *pencitraan*. 

Next post bakal ngereview si Miniso earphone ini apakah memuaskan? Stay tune!

Demi mempersiapkan wisuda tahun depan (InsyaAllah, Amin!) saya mulai mempersiapkan persyaratan yang harus dipenuhi. Salah satunya harus punya sertifikat TOEFL. Di universitas kalian gitu juga nggak sih? Saya baru taunya saat masuk semester 5? Atau 6. Tahun ketiga kuliah deh. Sebelum-sebelumnya ngerasa bodo amat lah tes TOEFL nanti-nanti kan bisa. Eh dari grup chat ada yang ngomongin masalah tes TOEFL ini.


Tentang tes TOEFL untuk persyaratan wisuda di universitas saya ada beberapa yang saya tau. Pertama, skor minimal 400. Ini untuk jenjang sarjana. Untuk jenjang magister skor minimal 450. Ada yang bilang skor ini termasuk rendah. Secara Undip kan (katanya) masuk top 5 PTN di Indonesia. Masa sih cuma 400? Mengutip dari wikipedia nih skor penilaian TOEFL minimum 310 dan maksimum 677 untuk model Paper Based Test. Oh iya, masa berlaku sertifikatnya setahu saya yaa dua tahun setelah diterbitkan. Setelah lewat dua tahun harus tes ulang.

Kedua, sertifikat yang diterima saat wisuda HANYA boleh dari SEU Undip. Apa itu SEU Undip? Service English Unit ini suatu lembaga yang berada di Fakultas Ilmu Budaya Undip. Lembaga ini menyediakan fasilitas Tes TOEFL beserta kursusnya. Mahasiswa bisa pilih nih mau ikut tes-nya aja atau ikut kursusnya dulu sebelum tes. Kan ada ya yang nggak pede buat tes kalau nggak belajar di bimbel gitu. 

Cara untuk daftar Tes TOEFL SEU Undip ini juga gampang banget, kok. Tinggal dateng aja ke lokasinya di Undip Pleburan. Pake Google Maps bisa ditemukan buat yang baru pertama kali. Saya pun begitu. Daftarnya (kalo gak salah yaa heu) pake Kartu Tanda Mahasiswa (KTM) dan membayar biaya pendaftaran sebesar Rp 75.000. Harga segitu termasuknya murah nggak sih buat Tes TOEFL? Soalnya yang saya denger di lembaga swasta bisa menyentuh 200ribu-an. Entah bener apa enggak.

Saya pribadi daftarnya lewat BEM FKM Undip. Kenapa? Nggak mau repot, bok. Kuliah di Tembalang harus turun ke bawah itu lumayan makan waktu. Hehe. Emang sih agak lebih mahal, bayarnya Rp 85.000. Beda Rp 10.000 ya lumayanlah worth dengan waktu dan tenaga yang dihemat. Nggak enaknya daftar di pihak ketiga cuma satu, harus menyesuaikan tanggal sama mereka. Nggak boleh milih. Beda kalo kamu daftar di SEU Undip langsung. Bisa pilih tanggal dan waktu yang diinginkan.

Alhamdulillah-nya sih saya bisa di tanggal itu, 25 Oktober 2017. Meskipun ada PBL, nggak apa ijin sebentar. 


Waktu yang dijadwalkan untuk tes saat itu 11.00 WIB. Saya sampai sana sekitar setengah jam sebelumnya? I'm the type of person who choose to come early than late. Nggak suka aja dateng mepet-mepet gitu. It's okay nunggu sebentar daripada gugup karena terlambat. Eh sampai disana ternyata molor banget, hhh jam karet Indonesia banget. Kzl.

To be honest, it was my very first time taking TOEFL test. Dulu-dulu sering diajakin temen males. Lebih tepatnya takut skornya nggak sesuai ekspektasi hahaha. Gengsi amat lebih tinggi dari Burj Al Khalifa. Saya cuma pernah tes masuk SMA dulu, TOEIC kah namanya? Itu hasilnya nggak di-share berapa. Udah tibat-tiba yak diterima gitu aja. Alhamdulillah sih ya. 


***

Saat hari H, saya daftar ulang nih. Kemudian masuk ke ruang ujian berkapasitas 40 orang. Ruangannya kayak ruang kuliah biasa nggak terlalu luas, nggak sempit juga. Duduknya udah diatur sesuai nomor urut. Sedihnya saya dapet tempat di tengah. Untuk ujian saya prefer duduk di depan aja. Nggak terdistraksi dengan orang didepan kan konsentrasi lebih fokus.

Sebelum ujian dimulai ada petugas yang membacakan peraturan. Selain itu dia juga memberikan informasi. Beberapa yang saya inget:

➪ Sediakan alat tulis berupa pulpen dan pensil. Pulpen untuk mengisi identitas. Pensil untuk mengisi lembar jawaban dengan melingkari dan diarsir macam LJK.
➪ Hasil ujian keluar satu minggu setelah pelaksanaan. Sertifikat keluar dua minggu setelah pelaksanaan.
➪ Jika hasil tes dibawah minimum score 400 maka peserta bisa langsung remidi dengan membayar Rp 25.000. Setiap peserta diberikan 3 kali kesempatan remidi. Nah harus diperhatikan nih, daftar remidinya segera ya. Kalo enggak nanti dikenakan harga daftar baru sebesar Rp 75.000.

Saat ujian saya sempet persiapan materi sedikit. Sekedar baca-baca contoh soalnya aja sih. Berapa menit? Nggak ada 15 menit lol. Udah mikir, "Yaudahlah anggep aja kayak ujian Bahasa Inggris biasanya". Saya suka-suka aja sama Bahasa Inggris jadi nganggepnya selow aja lah -_- ada temen yang baca kamus sebelum ujian. Katanya mending memperbanyak kosa kata. Saya udah nggak ada mood buat belajar jadi malah makan snack yang disediakan aja dong hahaha.

Ujian pun dimulai.
Ada 3 jenis soal yang harus dikerjakan. Listening, Writing, dan Reading. Soal Listening dikerjakan di awal. Dengan 50 soal yang harus dikerjakan. Di bagian ini saya merasa...hopeless. Gimana ya, saya nggak bisa menangkap maksud dari soal dari speakernya. Sounds pathetic kalau saya kasih alasan suaranya nggak jelas padahal mah emang jarang dengerin conversation hahaha. Saya lebih suka tes pake headphone gitu jadi nggak terdistraksi dengan lingkungan sekitar. Pokoknya ngerjainnya udah..yaudahlah pasrah.

Karena merasa gagal di Listening, saya kerjakan 40 soal Writing dan 50 soal Reading semaksimal mungkin. Serius loh. Sampe yang dibaca berulang kali untuk meyakinkan diri jangan sampai salah. Writing ini berkisar di grammar ya. Peserta tes harus memilih mana kata yang seharusnya perlu diperbaiki. I feel confident di bagian ini. Ternyata banyak baca artikel bahasa Inggris lumayan membantu loh. Terutama baca media kayak CNN atau BBC. Kan struktur penulisannya lebih teratur daripada baca artikel Soompi misalnya. Tau kan, Soompi? Hahaha.


Di bagian Reading, masyaAllah...panjang-panjang amat yak bacaannya. Ku ingin menangis gaes. Sungguh. Tes nya itu bertepatan dengan jam makan siang kan. Bayangin perut udah keroncongan minta diisi tapi otak diperes dulu buat ngerjain soal. Lemes aja udah. Soalnya kayak ujian bahasa Inggris biasa. Dari bacaan itu intinya apa? Di line ini ada kosakata X padanan katanya apa? Something like that.

Musuh terbesar saat tes TOEFL ini mungkin waktu ya. Kalo nggak pinter mengkalkulasi waktu bisa-bisa waktu habis sebelum menyelesaikan jawaban. Waktu yang disediakan "hanya" 2 jam untuk 140 soal yang menyiksa. Keluar dari ruang ujian udah nggak ada energi buat ngapa-ngapain. Haha.

***

Alhamdulillah wa syukurillah pengumuman hasil udah keluar. Skor saya berapa tebak? 500+. Not bad untuk orang yang nggak ada persiapan jauh-jauh hari. Petama kali pula. Di luar ekspektasi banget sih. Harapan saya di awal sederhana aja, plis jangan sampe remed! Hahaha. Ya kan mubazir harus keluar uang lagi, luangin waktu lagi nyempet-nyempetin turun ke bawah. Haduu, it's a big NO! 

Enaknya daftar di BEM FKM Undip ini nih. Nggak perlu ke SEU Undip langsung buat lihat score-nya. Sertifikatnya pun juga bisa diambil aja di kampus Tembalang. Sungguh ku merasa tidak salah pilih *apa sih*.

Buat kalian-kalian yang mau Tes TOEFL saya kasih tips ala-ala ya lol. Simpel aja sih. Karena ini di SEU Undip (katanya) soalnya masih kategori mudah, belajarnya juga nggak perlu yang ngoyo banget. Apalagi kalo modelnya cuma ngejar sertifikat lulus aja buat wisuda. Sering-sering aja baca tulisan berbahasa Inggris. Baca buku berbahasa Inggris lebih bagus lagi. Setiap hari satu halaman juga udah cukup. Kenapa? Disitu kita bisa nih belajar tata bahasanya plus nambah kosa kata baru.

Untuk conversation sering-sering nonton video berbahasa Inggris aja. Semacam TED atau lainnya. Jangan pake tuh subtitle. Oh, jangan sering-sering juga pake earphone/headphone. Bikin pendengaran menurun. Lagian tes-nya nggak pake kedua alat itu. Sekalian membiasakan aja.

Semoga bermanfaat!
Seminggu kemarin saya harus bolak-balik Banyumanik-Undip Pleburan. Nggak biasanya yang di kampus Tembalang. Ini semua karena kewajiban untuk mengikuti pembekalan Pengalaman Belajar Lapangan alias PBL.


PBL? Apaan tuh?

PBL ini bisa dibilang KKN-nya anak Kesehatan Masyarakat. Ada SKSnya sejumlah 3. Untuk Kurikulum 2012 PBL hanya dilaksanakan sekali aja di semester 7. Sedangkan untuk Kurikulum 2015 diadakan 2 kali. Di semester 4 dan semester 7...kalo ga salah. Lupa sih aku tidak mengalaminya :( PBL ini ternyata nggak cuma Kesmas aja. Saya sempet diskusi dengan alumni Gizi FK Undip dan dia bilang ada PBL juga. Bedanya, gizi klinis ini PBL nya di rumah sakit. Jatuhnya kalo di saya mirip dengan sistem magang.


PBL dilatarbelakangi dengan masih banyaknya permasalahan kesehatan di kota Semarang. Namun as always sumber daya yang ada nggak sepenuhnya bisa mengatasi. Karena itu Dinas Kesehatan Kota Semarang bekerja sama dengan FKM Undip untuk menuntaskannya. Tujuan dari PBL ini mahasiswa bisa mendeskripsikan masalah kesehatan yang ada DAN melaksanakan intervensinya. PBL nggak main-main loh, sumber dananya langsung dari Kemenkes. Utamanya bidang Gizi dan KIA. Karena itu tema yang dipilih PBL tahun ini "Gizi dan KIA".

Honestly I'm between happy and anxious lol. Di satu sisi ah, saya peminatan gizi. I have learned more than those who doesn't choose nutrition department. Di sisi lain jadi beban juga. "Selama ini aku belajar bener-bener nggak ya? What if saat di lapangan I can't be what they're expect of me?". Kakak tingkat pun udah mewanti-wanti dari dulu. Saat PBL mahasiswa gizi sangat dibutuhkan. Ya karena masalah gizi emang masih buanyakkk dan menjadi perhatian.


Nah, pertanyaan selanjutnya: Apakah semua wilayah di kota Semarang akan menjadi sasaran mahasiswa?

Jawabannya: Enggak. 400 mahasiswa dibagi di 16 kecamatan sepertinya nggak cukup ya. Diambillah 2 kecamatan terdekat dari Undip. Kata dosen sih, ini biar Undip itu nggak kayak menara gading. Terlihat megah dari kejauhan tapi nggak ada manfaat buat sekitarnya. Toh daerah sekitar kampus itu belum semua tingkat kesejahteraannya merata. Masih ada ketimpangan ekonomi dan permasalahan kesehatan di sana sini.

Dua kecamatan yang terpilih ini kecamatan Tembalang dan Kecamatan Banyumanik. Wilayahnya masih di-break down lagi ke 21 kelurahan. Sesuai dengan jumlah kelompok yang ada. Setiap kelompoknya beranggotakan 17-18 mahasiswa dari berbagai peminatan.


Sebagai calon sarjana kesehatan masyarakat *ekhem skripsi dulu* saya sadar banget, "laboratorium" kami ya masyarakat. We have a duty to solve health problem. Dari pengalaman-pengalaman turun lapangan terdahulu, it's really challenging. Meskipun saya orang Semarang asli, saya nggak bisa menyamaratakan budaya masyarakat dengan yang saya terapkan selama ini. Beda kecamatan aja bisa jadi kebiasaan yang ada juga beda.

Timeline kegiatan dimulai dari pembekalan, of course. Kami diberi materi lagi berupa problem solving cycle, pembuatan instrumen, pengolahan data, teknik wawancara, dan teknik presentasi. Otak ini rasanya butuh diademin setelah nerima materi-materi itu, LOL. Itu baru dari internal aja. Dari eksternal ada paparan masalah Gizi dan KIA di Kota Semarang oleh Dinas Kesehatan Kota Semarang, pengenalan wilayah Tembalang dan Banyumanik oleh bapak camatnya. Beneran membekali ini sih. Saya sempet nanya-nanya juga ke perwakilan camat Tembalang. 

Terakhir ada simulasi dan post-test. Di simulasi ini setiap kelompok diberikan data permasalahan Gizi dan KIA yang berupa cakupan ini itu dan prevalensi penyakit tiap tahun. Kami diminta untuk melakukan tahapan problem solving cycle. Ternyata....nggak gampang lol yaiyalah. Harus ada data lapangan dan teori pendukung biar kami nggak salah memilih "masalah". 

Tahapan memilih masalah ini penting banget dan harus dilakukan di awal. Imagine what if we choose the wrong problem. Tahapan selanjutnya bakal salah dan ujung-ujungnya saat dilakukan intervensi nggak bisa memberikan dampak maksimal. Paling tragis: cuma buang-buang duit untuk hal yang kurang bermanfaat. That's why dilakukan simulasi sebelum turun lapangan.

Penasaran nggak saya dapet wilayah kerja mana? *penting*. Saya dapet di kelurahan Kedungmundu! Hehe.

Buat temen-temen yang baca ini sekiranya warga Tembalang dan Banyumanik siap-siap yah buat didatengi mahasiswa. We really need your participation. Terimalah kami mahasiswa ini dengan tangan terbuka. Tegur kami bila ada salah. Dan, doakan juga agar kami memberikan hasil yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat. Amiin!
Tahun ini udah beli buku berapa, kawan-kawan? Saya ngerasa udah banyak beli buku tahun ini. Atau emang jarang beli buku (seringnya minjem) akhirnya tiap beli buku nggak pernah lupa.


Review buku kembali lagi tepat di jadwal yang bener: Rabu! Yeayyy. Ada banyak hutang review buku entah kapan mau ditulis. Berikanlah aku hidayah yaAllah.


Jaman mahasiswa baru dulu saya semangat banget ikut seminar ini itu. Sekarang harus pilih-pilih karena satu dan berbagai alasan. Alhamdulillahnya saya punya Ibu yang concern di bidang literasi. Jadilah saya diajak untuk ikut seminar jurnalistik yang pembicaranya dua penulis sekaligus. Tebak siapa? Tere Liye! Dan Azhar Nurun Ala.


For the third time, I joined LPM Publica Health roadshow. Tahun ketiga saya di Lembaga Pers Mahasiswa tingkat fakultas. Nggak terasa sebentar lagi udah mau lengser aja. Sedih. Masih banyak PR yang belum terselesaikan. Semoga di akhir kepengurusan bisa kelar semua tanpa hutang. Amin!


Percaya nggak kalo apa yang kita tonton dan kita baca itu mempengaruhi pola pikir kita? Saya percaya, banget. Salah satu yang akhir-akhir ini kepikiran tentang mengasuh anak.

www.soompi.com

Tahun terakhir (InsyaAllah) kuliah ini saya menambah kesibukan. Di saat yang lain beralasan fokus skripsi aja, entah kenapa saya enggak. Saya dengan gagah berani mengajukan diri menjadi...asisten praktikum! Asli ini nggak ada rencana sama sekali di awal.



Jaman mabaku dulu :')
Semenjak saya menulis tentang FKM Undip di blog ini, banyak pertanyaan masuk. Baik melalui email, facebook, maupun instagram. Biasanya pertanyaannya ya seputar pembelajaran di FKM seperti apa. Gimana cara masuknya. Nilainya dulu berapa. Alasan pilih FKM kenapa. Selama saya tau saya selalu mengusahakan untuk menjawabnya. Oh iya untuk yang mau nanya lewat email/instagram aja ya. Pernah ada yang nanya lewat facebook, saya baru ngeh beberapa bulan setelahnya. Maaf banget ya huhu.

Btw fotonya ada yang ditutupin karena sekarang udah berhijab.
Review School 2017 - Drama School Series-nya KBS kembali lagi di tahun 2017 ini. Seperti biasa, pemain baru dimunculkan didalamnya. Kabarnya aktor dan aktris yang berperan disini setelahnya "dijamin" tenar loh. Sebut aja Lee Dong Wook dan Gong Yoo (Grim Reaper dan Goblin di drama Goblin TVN). Janghyuk, Lee Jong Suk, Kim Woo Bin. Siapa penonton drama Korea yang nggak kenal mereka? Kalo nggak kenal berarti nontonnya masih kurang *eh.

Soompi
Dan kali ini pemainnya benar-benar baru. Ada 1 aktris dan 2 aktor sebagai pemeran utama. Kim Se Jong jebolan dari Produce 101 season 1 / eks IOI member / now Gugudan memerankan sosok Ra Eun Ho. Pemeran cowoknya.. *brb googling* Kim Jung Hyun sebagai Hyun Tae Woon dan Jang Don Yoon sebagai Song Dae Hwi.


Kiri ke kanan: Dae Hwi - Eun Ho - Tae Woon
Untuk Se Jong ini jadi debut dia sebagai aktris. Sedangkan aktor lainnya pernah main di peran-peran kecil aja. Namanya juga cerita tentang sekolah, ya nggak jauh-jauh dengan mimpi. Dan romantika anak sekolah. Heleuh. 

Mulai dari ceritanya dulu ya.

Ra Eun Ho murid yang secara paralel selalu rangking terbawah di Geumdo High School. Sekolah ini bener-bener mendewakan rangking dan status. Contohnya saat makan siang, rangking awal akan mendapatkan giliran masuk pertama. Begitu seterusnya sampai terakhir. Otomatis si rangking terakhir yang masuk ke dalam ruang makan cuma dapet sisaan rangking sebelumnya. Tapi hal ini nggak berlaku bagi Hyun Tae Woon. Dia yang rangking terakhir setelah Ra Eun Ho bisa masuk duluan karena anaknya Direktur sekolah ini.

En Ho ini tipe anak yang nggak pernah dengerin gurunya saat jelasin. Dia lebih suka menggambar. Celakanya saat ngegambar di tengah pelajaran, dia ketangkep basah. Gurunya memutuskan untuk menyita sketch book-nya. Eun Ho menyiapkan rencana untuk masuk ke ruang guru di malam hari buat ngambil. Nggak dinyana, saat itu juga dia bertemu sosok Student X yang mengobrak-abrik ruang guru. Yang terjadi Eun Ho pun dituduh menjadi Student X. 

Tapi saat dia dihakimi oleh kepala sekolahnya, si Student X keluar lagi. Jadilah Eun Ho lepas dari persangkaan (?) jadi Student X. 

Setelah kejadian itu dia deket sama Hyun Tae Woon dan Song Dae Hwi karena kecurigannya kedua orang itu adalah Student X. Eun Ho sengaja deket sama mereka biar bisa menemukan Student X. Dia berencana melaporkan Student X yang udah bikin hidupnya ribet. Nggak taunya, saat dia tahu siapa itu Student X, Eun Ho malah berbalik melindungi dia dan jatuh cinta -_-

Kenapa bingung ya nulis ceritanya gimana LOL. Soalnya ini ceritanya jujur aja ya nggak jelas mau fokus kemana.

Siapa itu Student X?
Cita-citanya Ra Eun Ho?
Kisah cintanya Song Dae Hwi?
Sistem sekolahnya yang bobrok?

Entah kenapa setelah nonton ini plus endingnya rasanya...krik. Datar banget. Nget. Kayak apa yaa...yaudah nggak berkesan sama sekali. Meskipun saya nontonnya on-going pun nggak ada rasa penasaran nungguin tiap episodenya.

Ternyata di Korea sana ratingnya jelek! Nggak heran sih. Melihat dua tahun lalu School 2015 digarap begitu apiknya. Belum lagi pemainnya jempolan aktingnya. Beda jauh dengan School 2017 ini.


Review ter-nggak niat yah kayaknya ini hahaha gimana dong aku juga termasuk kedalam deretan penonton kecewa dengan series ini. Huft. Mendingan nonton drama Korea tentang anak sekolah yang lain aja deh! LOL