Yow!
Cobain hal yang baru, kali ini saya ingin berbagi cerita dan pengalaman tentang perkuliahan di FKM Undip. Hal ini didasari dari kebiasaan saya yang suka kepo sama sesuatu yang mungkin orang lain nggak pernah ambil pusing. Jadi kenapa enggak? Siapa tau ada calon mahasiswa baru yang masih polos, ga tau apa-apa, bingung mau ngambil jurusan apa di perkuliahan (seperti saya menjelang lulus SMA) so this post dedicated for you!

FKM? Apa sih FKM itu?
FKM itu singkatan dari Fakultas Kesehatan Masyarakat. (HAHA jawaban ter ngeselin sedunia). FKM Undip terbilang salah satu yang menyediakan kuota banyak. Angkatan 2014 dan 2015 menerima sebanyak 400 mahasiswa baru. Angkatan saya, 2014 jumlah tersebut dibagi menjadi 5 kelas. Namun angkatan di bawah saya, jumlah itu dibagi menjadi 4 kelas. Bisa dibayangkan sepenuh apa kan kelasnya? Kalau angkatan 2016 sendiri belum tahu info terbarunya. Spesial di FKM Undip: mahasiswanya 90% cewek. Ngga tau kalo di FKM lain sih. 

Mirip-mirip gitu ya sama FK (Fakultas Kedokteran)?
Nope. Beda jauh bagaikan langit dan bumi. So I'm telling you guys kenapa beda jauh? Perbedaan ini terletak pada fokusnya. Di FK mahasiswa akan dididik untuk menjadi dokter. Apa tugas dokter? Menyembuhkan. Dalam kata lain kegiatan yang dilaksanakan adalah kuratif: setelah penyakit itu terjadi. Di FKM fokus mahasiswa adalah preventive dan promotive. Jadi mahasiswa FKM dituntut untuk mencegah penyakit itu agar tidak terjadi. Simpelnya gini: FKM bertujuan untuk mempertahankan orang sehat agar tetap sehat atau derajat kesehatannya meningkat dan agar orang sehat tersebut tidak sakit.

Sistem perkuliahan di FKM Undip gimana?
Hem, sistem perkuliahan yah. Di Undip sendiri khusus untuk FKM menggunakan sistem paket. Untuk semester 1-5 mahasiswa sudah ditentukan paket apa saja yang boleh diambil. Beda sama fakultas lain yang boleh ngambil mata kuliah apa aja kalo emang IPKmemenuhi. Enaknya sistem paket ini kami bisa bareng-bareng terus sekelas sama orang yang sama selama 5 semester. Yeah, selama itu sampai akhirnya peminatan nanti.

Nggak enaknya: kalo ada nilai yang jelek (amit-amit jangan sampe) mahasiswa harus nunggu sampe nyelesaiin semester 8 dulu baru deh ngulang. Kenapa? Ya karena mata kuliahnya hanya ada di semester tertentu. Misal di semester 1 ada nilai yang jelek, mahasiswa mau ngulang eh ternyata perkuliahan masih di semester genap. Kan nggak ada kelas yang semester 1, masa iya ikut sendiri? Kalo rame-rame mungkin masih bisa diusahakan. Susah kan ya? Emang. Makanya belajar, biar ga dapet nilai jelek! *ngomong di depan kaca*

Apaan tuh peminatan?

Logo Peminatan. Bukan punya saya :))
Nah ini penting. Peminatan itu kalo dipake bahasa SMAnya adalah penjurusan. Inget kan di SMA ada jurusan IPA, IPS, dan Bahasa? Di FKM juga seperti itu. Bedanya di FKM peminatan yang bisa kalian pilih ada 9. Mencakup Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), Gizi Kesehatan Masyarakat, Epidemiologi, Entomologi, Kesehatan Ibu dan Anak, Kesehatan Lingkungan, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Administrasi dan Kebijakan Kesehatan (AKK), dan terakhir Biostastistika.

Gunanya peminatan apa dong?
Peminatan ini berguna untuk memfokuskan kembali keahlian kalian. Keahlian ini diperlukan ketika nantinya lulusan FKM ini  ingin melamar kerja atau melanjutkan ke jenjang S2/S3 dengan keahlian yang sama. Menurut nasihat dosen yang pernah saya tangkep, kalo emang pengen ngelanjutin S2/S3 usahakan yang satu bidang keilmuan. Misal nantinya mau ambil peminatan Gizi Kesmas, ambillah S2 nya Gizi juga. Jangan Kesehatan Lingkungan. Kenapa? Sayang ilmunya. Lebih baik memperdalam apa yang sudah pernah didapat daripada mengenal hal yang baru lagi. Kayak anak SMA labil yang lintas jurusan dari IPA kuliahnya milih jurusan IPS. Dijamin nyesel (ga boong, ini kata temen saya sendiri yang dulunya IPA sekarang kuliah Manajemen. Dia bilang: "kalo adekku masuk IPS aku ga bakal larang. Daripada belajar Ipa susah-susah eh ga dipake di kuliah." HAHA :))

Lalu, di FKM Undip sendiri peminatan biasanya dilaksanakan di akhir semester 5. Saya sih belum merasakan karena masih semester 4. Kemungkinannya semester depan yah.

Trus, mempelajarinya apa aja sih?
Fokusnya juga pencegahan ya, makanya mata kuliahnya banyak yang ke pencegahan penyakit. Ada mata kuliah nih namanya Penanggulangan Penyakit Menular dan Non Menular maka di mata kuliah itu mahasiswa belajar tentang penyakit menular dari awal penyakit muncul itu penyebabnya apa, cara penularannya gimana, sampai pada tahap gimana untuk mencegah masyarakat terkena penularan penyakit tersebut. Banyak sih nggak cuma tentang penyakit aja.

Bisa dibilang, FKM itu mempelajari semua hal. Nggak bisa dibilang full pelajaran IPA, tapi ada juga IPS nya. Seimbang lah, 50:50. Kok bisa? Ya karena namanya juga Kesehatan Masyarakat, harapannya setelah lulus pasti turun ke masyarakat. Gimana caranya buat "mengambil hati" masyarakat? Dengan ilmu komunikasi, mempelajari budayanya, sosiologinya, nah di FKM ini juga dipelajari begituan. Jadi jangan khawatir kalo di FKM mah insyaAllah multitalenta. Wakss. Buat yang suka itung-itungan juga ga usah khawatir, disini ada kok statistikanya sampe puas tuh ngitung :")

Ada kurikulumnya ga sih FKM?
Ada! Nah ini nih mulai angkatan 2015 (1 tingkat dibawah saya) kurikulum yang digunakan sudah berubah. Beda sama kurikulum yang digunakan angkatan saya. Perbedaannya kurikulum angkatan saya dibuat oleh FKM Undip sendiri. Sedangkan kurikulum FKM mulai angkatan 2015 menggunakan Kurikulum Nasional. Kalo perbedaan yang paling kentara itu pilihan mata kuliah di paketnya. Beberapa mata kuliah yang dulu saya nggak ada di paket, sekarang ada.

Contohnya anak semester 2 sekarang (angkatan 2015) udah diajari Ekonomi Kesehatan. Sedangkan saya di semester 2 nggak ada tuh Ekonomi Kesehatan. Malah, diajarinnya cuma kalo mahasiswa itu masuk ke peminatan AKK. Kalau untuk perbedaan lainnya saya juga masih belum terlalu paham. EHE.

(Update 21/03/2017)
Huah, biar nggak ketinggalan jaman saya perbarui ya infonya!

Yang terbaru adalah kurikulum yang digunakan angkatan dibawah saya itu berbeda. Saat ini bisa dibilang mereka sedang hectic banget. Kenapa? Karena kuliah mereka saat ini menggunakan sistem blok. Hal ini membuat satu mata kuliah bisa memiliki pertemuan 2x dalam seminggu. Mirip lah sama sekolah! Dan waktu perkuliahanya pun nggak main-main. Dulu nggak ada tuh kuliah malam kecuali tambahan. Sedangkan sekarang mereka bisa kuliah dari jam 07.00-19.00.

Kok bisa?
Alasannya karena kuliah mereka dipadatkan menjadi 2 bulan saja. 2 bulan berikutnya akan memasuki masa PBL (Pengalaman Belajar Lapangan?). Seperti ituu.

Cukup yah segitu. Kalo sempet dibikin postingan selanjutnya masih tentang FKM Undip tentunya dengan topik yang berbeda, bukan lagi kegiatan akademik. Ada usul tentang apa? :D


Membaca sudah berkali-kali saya tuliskan dalam cv saya sebagai hobi. Tanpa menyadari bahwa sebenarnya, hobi ini masih ambigu. Membaca apa? Membaca koran? Novel? Tweet orang lain? Status facebook? Atau membaca pikiran? *eaaa*. Banyak sekali. Dulu, saya sering sekali beranggapan bahwa saya adalah bibliophile. Sebutan bagi orang yang menyukai dan mengoleksi buku. Kenyataannya? Tidak. Saya "hanya" mencintai novel. Setengah mati, haha. Kalau saya sudah bertemu dengan novel, jangan tersinggung ketika saya mengabaikan lingkungan sekitar. Sebegitu cintanya. Saya juga bisa dibilang amat sangat jarang membaca buku selain novel. Bahkan seingat saya nyaris 99% buku yang saya baca adalah novel.

Memang, novel termasuk buku. Namun sekarang saya merasa bahwa rasa "haus" saya tidak bisa lagi dipenuhi hanya dengan novel. Karena novel itu imajiner. Yang terkadang membuat lupa daratan. Padahal, masih ada realita kehidupan yang harus dihadapi #duhberat. Bertepatan dengan hadirnya pemikiran seperti itu, suatu hari teman saya sebut saja A sedang bercakap-cakap dengan saya. Tak ada hujan tak ada badai, dia menyodorkan sebuah buku yang masih berplastik. Gress! Baru! Fresh from the oven!

Sumber: http://imanshoppe.com/index.php?route=product/product&product_id=1702

Penulis : Muhammad Syukri 
Halaman : 208 hlm
Dimensi : 14 x 20 cm
Berat : 163 Gram
Tahun : 2015
ISBN : 978-602-7820-38-8
Kategori : Pergaulan
Harga : Rp 34.000

"Lulu, kamu mau baca buku ini? Bagus loh, aku ini dikasih baru padahal aku udah baca. Hehe"
Saya cukup terkejut. Didalam hati saya merasa tidak tertarik karena: 
1) Bukunya tipis 
2) Covernya kurang menarik, dan yang ketiga 
3) Bukan novel. (ini sebenarnya alasan utama haha)
Sempat ragu-ragu, akhirnya saya termakan dengan kalimat "bukunya bagus". Iya, semudah itu saya tergoda :)) Teman saya itu juga terbilang suka baca buku sih, jadi ya percaya aja sama dia. ehek. Saya pun memutuskan untuk membacanya.

Sinopsis buku:
“Semasa kuliah,” ujar seorang ayah pada anaknya yang mengalami kejenuhan dalam belajar, “ayah punya seorang rekan. Sewaktu ujian lisan dengan profesor, dia harus mengulang sampai lebih dari 5 kali, padahal teman lainnya hanya mengulang maksimal 3 kali. Akhirnya, dia hanya bisa tersenyum pahit saat yang lain merayakan wisuda. Sekian tahun berlalu, tersiar kabar bahwa rekan ayah berhasil menjadi birokrat kampus. Karena kesibukannya, ia diberi hak untuk memiliki asisten pribadi. Siapa yang dia tunjuk? Dia menunjuk profesor yang dulu tidak meluluskannya lebih dari 5 kali!”
Lalu sang ayah berpesan, “Nak, Allah telah menciptakan dua keadaan bagi hamba-Nya. Keadaan pertama adalah syukur, yang kedua adalah sabar. Saat kamu di atas, bersyukurlah agar Allah tidak menjatuhkanmu ke tempat hina. Sedang kala di bawah, bersabarlah agar Allah selalu meridhaimu. Karena itu, ayah tak pernah peduli kamu berada di mana. Melihatmu bisa memainkan peranmu dengan baik saja, ayah sudah sangat bersyukur.”
Selepas malam itu, sang anak tak hanya mampu menyelesaikan studinya, melainkan juga mampu menorehkan capaian-capaian yang luar biasa!
Buku ini mengajak kita untuk bernapas, yang di setiap tarikannya akan ada inspirasi-inspirasi yang terserak. Juga ada hikmah pada setiap lajur kisah. Pun ada bersitan-bersitan ide yang patut kita telaah. Mari selami setiap detail goresannya. Berani?

Saya tidak pernah menduga kalau kemudian lewat buku ini saya merasa "ditegur". Jadi, buku ini sebuah buku...apa ya? Kumpulan kisah berhikmah dari seorang Muhammad Syukri, ketua FSLDK (Forum Silaturahmi Lembaga Dakwah Kampus) berjudul "Hidup Sekali Jangan Merugi". Di salah satu kisahnya, ada yang berjudul "Jam 25".

Ringkasan tulisan berjudul "Jam 25" begini:
"Saya mempunyai seorang junior di kampus, mahasiswa kedokteran yang juga merupakan aktivis. Namun begitu, hebatnya dia banyak melahap buku di luar buku kedokteran, bidang yang dipelajarinya. Saya pun bertanya bagaimana caranya menghabiskan buku-buku itu ditengah kesibukannya. Jawabannya adalah jam 25. Iya, jam 25. Dimanakah letak jam itu? Ternyata, jam itu terletak di waktu-waktu yang sedikit tapi seringkali berulang. Contohnya adalah 10 menit saat menunggu dosen masuk, 15 menit saat menunggu pesanan makanan datang, 5 menit saat menunggu rapat dimulai. Jika kita teliti, banyak waktu-waktu sedikit namun berulang yang ternyata bisa kita isi dengan membaca. Bandingkan bila hanya dihabiskan dengan bermain sosial media, bercakap-cakap yang tidak ada manfaatnya. Lebih banyak mana manfaatnya, coba?"

((kurang lebihnya begitu))

Kemudian saya mengiyakan dalam hati. "Eh? Iya juga ya, ternyata. Dosen yang kadang kehadirannya terlambat dari jadwal yang telah ditentukan, daripada ngobrol mending baca buku."
Disitu saya mulai berpikir, sepertinya ini bagus untuk diterapkan. Dan, mulailah saya untuk kembali bersemangat membaca buku. Jika saya tidak membawa buku berbentuk fisik, maka saya membacanya lewat smartphone. Entah itu novel maupun buku, bukan masalah. Berkat jam 25 itu pula, saya berhasil menghabiskan satu novel berbahasa Inggris pertama saya: Paper Town-nya John Green. Yak novel lagi,, heheh. Selain buku yang dipinjamkan teman saya itu tentunya :))

Well, mungkin ini termasuk "keajaiban" membaca buku yang saya temukan. Kalau kalian, punya cerita apa tentang buku? Eit, jangan lupa yuk, ikutan Giveaway for Booklovers di blognya Anne Adzkia. Banyak loh hadiahnya, buat booklover dijamin ngiler! :3


Berawal dari
"Mbak, mohon maaf sekali kalau ingin survey hari ini tidak bisa. Saya tidak bisa mendampingi panjenengan karena ada tugas lain. Kalau ingin survey saya bisa mendampingi saat hari aktif."
Kalimat ajaib dari petugas puskesmas yang kalau di permainan catur diumpamakan skak mat. Gimana caranya padahal hari Senin udah bikin laporan? Stress lah kami (bertujuh). Mobil sudah disewa seharian, masa hanya dipakai sampai setengah hari? Kan rugi. Mahasiswa mana mau rugi.

Akhirnya kami memutuskan ke Curug Sewu. Curug Sewu ini merupakan air terjun yang terdiri dari 4 mata air. Terletak di Kabupaten Kendal, tepatnya Kecamatan Plantungan. Perjalanan saya dari Undip Tembalang, Semarang ke objek wisata ini menghabiskan waktu kurang lebih 3 jam melalui perjalanan darat. HEHE iyalah, cuma beda kota juga. Kami menggunakan kendaraan pribadi, dengan petunjuk GPS Waze. Waze ini bisa didownload di Play Store. Kenapa pilih Waze? Karena lebih akurat daripada Google Maps. Jalan yang dilalui berkelok-kelok, naik turun, dan cukup curam. Di beberapa titik terdapat perbaikan jalan yang cukup memakan waktu. Oh ya, Kecamatan Plantungan ini berbatasan langsung dengan Kabupaten Temanggung.




Sedangkan petunjuknya sendiri bila sudah memasuki wilayah Plantungan cukup mudah ditemukan dengan penunjuk arah yang cukup jelas sepanjang jalan.

Gerbang masuk Curug Sewu. Abaikan wajah yang terfoto.
Sesampainya di tempat, objek wisata ini menjadi satu dengan taman bermain dan hutan wisata. Ada juga banner yang menunjukkan berbagai permainan seperti flying fox, contohnya. Tiket masuk per orang dipatok Rp 5.200. Jangan tanya kenapa ada 200 rupiah disitu, ya :))

Begitu masuk objek ini, kami langsung dihadapkan pada kolam (nggak ngerti kolam apa) berbentuk lingkaran dan monumen vespa. Monumen? Iya, karena emang besar, bukan miniatur. Setelah berkunjung sejenak ke toilet, kami beranjak mencari lokasi air terjun. Ternyata, untuk menuju air terjun ini diharuskan membayar Rp 4.000 per orang seperti yang tertera di papan pengumuman. Anehnya, ketika kami membayar, hanya ditarik Rp 20.000 dan hanya diberi 3 tiket. Padahal kami bertujuh. Lebih aneh lagi, di tiket tertera Rp 3.000. Hayo, uangnya lari kemana? *mikir*

Biasanya ketika berkunjung ke air terjun, saya melihat dari bawah ke atas. Kalau Curug Sewu ini, kita berada di atasnya. Jarak antara jalan setapak dengan air terjun pun cukup jauh dan dibatasi oleh pagar bambu. Jadi disana kami hanya melihat dan merasakan tetes-tetes air yang cukup deras seperti hujan lokal.

Harus melewati jalan setapak seperti ini kurang lebih 200 meter
Jalannya cukup curam dengan kondisi tanah yang becek serta pegangan bambu yang kotor jadi nggak berani pegang. Akhirnya berjalan pelan-pelan saja untuk menikmati air terjunnya.

Penampakan Curug Sewu.
Air yang mengalir sangat deras sampai-sampai kerudung kami basah padahal jaraknya lumayan jauh mungkin 5-10 meter dari curug. Handphone pun juga ikut basah.

Masih banyak pepohonan 
Ada yang mau gelantungan ala-ala Tarzan? :))
Adem ~
Satu hal yang disayangkan adalah kami nggak bisa nyebur-nyebur cantik! Hahaha padahal seru banget kan. Tapi ya sudahlah mendengar gemericik air terjun serta merasakan air di wajah kami pun sudah cukup bahagia. Maklum, mahasiswa semester 4 #IYKWIM

Setelah puas lihat-lihat dan foto-foto narsis kami pun kembali ke atas dengan energi yang terkuras habis. Beneran habis saking curamnya jalan yang harus dilalui. Kami juga nggak sempat lihat hutan wisatanya. Cuma sempat main di area bermainnya saja. Sepertinya di bagian atas masih ada gardu pandang dan beberapa tempat yang bisa digunakan untuk melihat perbukitan dari kejauhan. Yup, daerah ini masih berupa perbukitan dan pohon-pohon yang dijamin menyegarkan mata. Alhamdulillah, masih diberi kesempatan untuk mengagumi ciptaan Allah. Oh ya ada beberapa plus minus objek wisata ini serta saran kalau mau kesana.

+
Pemandangannya super cantik dan hijau!
Mudah dijangkau
Banyak yang jual makanan, jadi ga takut kelaparan

-
Harga tiket masih belum jelas
Toiletnya bikin merinding! KOTOR :(

Saran:
1. Gunakan sepatu kets yang tidak licin dan celana, ya
2. Jangan berkunjung saat musim hujan atau sehari sebelumnya hujan, karena becek, licin dan berbahaya!
3. Gunakan pelindung kamera atau handphone karena berisiko terkena cipratan air yang cukup deras
4. Kalau membawa anak-anak, genggam tangannya jangan sampai terlepas karena cukup berbahaya tanpa pagar yang kokoh di kanan kiri jalan

Nah untuk warga Semarang dan sekitarnya boleh banget berkunjung kesini untuk santai bersama keluarga atau teman-teman. Jangan lupa, komen disini untuk berbagi pengalamannya. Hihi. Happy travelling!

Kredit foto oleh Desy Hafidhotul
Diambil menggunakan Samsung Galaxy J1
Pertama kalinya nulis review buku! Entah pertama kali di blog ini atau pertama kali dalam tahun ini? Hehe. Tahun 2016 ini salah satu dari banyak goals saya adalah membaca buku lebih banyak. Membaca buku itu memperkaya wawasan sekali, novel atau bahkan komik sekalipun. Rasanya miris sehabis lihat di instagram Kang Emil (@ridwankamil) kalau masyarakat Indonesia rata-rata pertahun hanya membaca buku sebanyak 27 lembar. Itu.......buku bacaan anak SD jaman sekarang pun sudah lebih banyak dari 27 lembar. Sedih nggak, sih?:(

Nah, kali ini buku apa yang akan saya review? Buku travelling! Siapa sih yang nggak suka travelling? Yang pasti bukan saya. Tapi saya mungkin termasuk orang yang "kurang beruntung" kalau dalam travelling karena berbagai sebab. Oleh karena itu saya merasa perlu baca buku ini, biar serasa travelling di dalam kamar #ea. Seperti judulnya, buku ini menceritakan tiga orang traveller yaitu Cayi, Gelbi dan Bunbun mengeksplorasi Korea dalam waktu 6 hari. Perlu diketahui, di buku ini termasuk travelling jenis backpaker alias dengan bujet yang seminimal mungkin. Walaupun begitu, mereka bertiga membuktikan dengan bujet yang minim pun masih bisa merasakan travelling yang nyaman dan tentunya aman.

Bukunya minjem perpustakaan, hihi
Di bagian awal buku ini diceritakan sedikit sejarah tentang Korea. Mulai dari Korea secara umum sampai kenapa sih, kok Korea Selatan dan Korea Utara sampai sekarang masih "musuhan"? Selanjutnya proses pembuatan visa dan paspor. Untuk pemula seperti saya yang paspor saja belum punya *nangis dipojokan* bagian ini sangat bermanfaat. Setelah itu, barulah diceritakan pengalaman mereka ke Korea (selatan, ya bukan utara :p).

Cayi, Gelbi dan Bunbun menghabiskan waktu di Seoul, Nami Island, Sokcho, dan juga Jeju. Masih ingat kan kalau ini wisata backpacker? Maka tempat tinggal sementara yang mereka tempati bukanlah hotel, tapi hostel. Cuma beda huruf s di tengahnya, tapi beda banget lho. Apa bedanya? Kalau hotel sudah pasti lebih privat daripada hostel. Hostel itu layaknya kos-kosan harian gitu. Jadi satu kamar pun bisa berisi beberapa orang.

Kemana saja tempat-tempat yang dikunjungi? Lotte World? Jawabannya: Bukan. Mereka mengunjungi Seoul National Musem, Namsan Hanok Village, dan berbagai hal lainnya. Yang saya dapatkan disini, mereka berkunjung ke tempat-tempat wisata sejarah tentang Korea. Nah, di buku ini ada satu tempat yang bikin saya penasaran. Apa itu? DMZ atau Demiliterized Zone. DMZ ini semacam area perbatasan antar dua korea yang dijaga ketat oleh militer. Pernah lihat dramana Ha Ji Won-Lee Seung Gi yang The King 2 Hearts? Adegan waktu menikah melewati perbatasan itu lah DMZ. Seperti yang ditulis Cayi, disini ketat banget pemeriksaannya. Harus bawa dokumen asli dan tetek bengek lainnya. Cayi aja bilangnya sampe deg-degan takut ga dibolehin, walaupun akhirnya: boleh :))

Buku ini juga berisi transportasi yang ada di Seoul yang digunakan Cayi dkk. Mulai dari bus, subway, kereta, dan pesawat. Mereka juga berbaik hati menuliskan harga tiket, sampai rute masing-masing alat transportasi tersebut. Nggak cuma itu aja, mereka juga menuliskan pengalaman horror waktu mengunjungi kuburan di Korea. Hihihi, sampe Korea pun teteup aja ada makhluk kasat mata yang ganggu ya. Menarik banget deh, bukunya. Yah, diakui sih sekarang pun banyak travel blogger yang sudah menjelaskan secara rinci, tetap saja membaca versi cetak lebih asyik.

Oh iya, buku ini terbitan tahun 2012 jadi kemungkinannya ada beberapa hal yang sudah berbeda. Baca buku ini jadi pengen ke Korea juga! Siapa tau bisa ketemu BabyJ a.k.a Lee Jong Suk? Hahaha. Bismillah, semoga bisa kesampean ya ke Koreanya hihi :D
Hello again. As I promised I'll write what I got from speakers of #ImpactSemarang. There was three speakers but I only took a noted for two speakers. First session was Yan Hendry's. I don't remember what the title of his speech but let's just take it as my post title.

Yan Hendry gave us nine points on his speech how to get your success

1) Starting Point
First you have to know where and when is your starting point. Is it at college? Or after graduate? Starting point is important because you know what will be your prioritize. You won't do something that not in your priorittize list. So in the end you won't waste your time doing useless thing

2) Not an Instant
This is mainstream and cliche of course you ever heard this statement "Even instant noodle is not that "instant". You have to cook it first before you can eat it." right? 

3) Start Small
Nothing in the world start big. Look at a tree. Its first come from seed, then there's root inside, then the branch, and lots of process till its fruit grow. Just as success, you can't be success if you already start big except you're a King's son. There's a saying "Small is a new big". Success has no limit BUT you have to start small, start knowing where you are.

4) Prepare your Steps
Even you're walking on dangerous area, if you know where to go and how to get your purpose, it's okay. Don't be afraid to fall.

5) Keep Walking
You never know what will happen even you're already prepared. Sometimes things not going to the way we want. Even so, do not ever give up. Keep walking. Who know's your success is only a walk away?

6) Have Some Fun
As you worked hard, you'll feel tired. Don't push yourself too much. When your body or mind give you a warning, have some fun. One thing that you should remember, each person's way to get their fun is different. What you have to do is have fun for yourself, not for your pride. And remember not to judge other's choice how to have some fun.

7) Rest
No need to overwork. Take a rest.

8) Enjoy the Ride
Life has its up and down right? Enjoy the ride as you enjoy rollercoaster *wink

9) See You on TOP
And finally SEE YOU ON TOP!

That was nine step. But for me, first step is: pray. Praying is such a miracle. Don't you agree?