Thursday, November 23, 2017

#JadiBisa Merasakan Terbang Pertama Kali

Di tepi sungai Barito
Terlahir dari keluarga yang tergolong biasa-biasa saja membuat saya nggak berani memiliki banyak keinginan. Saya masih inget betul kala SMP keinginan saya Cuma satu, tas baru yang lebih bagus. Tas yang saya pakai saat itu sudah mulai rusak. Kelihatan dari resletingnya yang buat ditutup aja harus menggunakan peniti. Padahal di saat yang sama, teman saya yang lain kebanyakan pengennya punya handphone yang ber-trackball. Pasti tahu kan yah handphone yang saya maksud? J

Pun begitu saat SMA. Ada satu hal yang membuat saya iri setengah mati. Teman dekat saya bilang bahwa dia akan travelling ke China bersama keluarganya. Bagi saya , bahkan sekedar naik pesawat pun udah menjadi hal yang istimewa. Biaya tiketnya tinggi dan rasa-rasanya nggak bakal terjangkau. 

Beranjak kuliah, Alhamdulillah saya merasa perekonomian keluarga bisa dibilang meningkat.  Naik pesawat bukan lagi hal yang mewah. Dimulai dari kakak saya yang berkesempatan untuk terbang ke Thailand (dimana yang membiayai ayah saya), ke Malaysia untuk PPL, dan kakak satunya lagi sudah pernah menginjakkan kaki di Papua. Lalu ayah saya merasakan juga dengan tujuan umroh.

Saat itu saya masih bertanya di dalam hati, “Kapan ya aku bisa merasakan hal yang sama?”.

Jujur saja. Saya jarang sekali bepergian jauh. Ada alasan syar’i yaitu harus didampingi laki-laki dari keluarga ketika pergi. Bukan jadi masalah memang saat ada yang punya waktu luang untuk menemani. Sayangnya, lebih sering kakak atau ayah saya nggak punya waktu untuk menemani saya bepergian. Jadilah saya orang yang disebut “anak rumahan”.

Kesempatan itu akhirnya datang

Tapi, hidup memang penuh kejutan ya. Saat saya nggak terlalu berharap-harap, kesempatan itu justru datang. Tepatnya di semester 6 kemarin. Ceritanya, kami mahasiswa ini harus mengikuti kegiatan magang di instansi tertentu. Pilihannya dibebaskan pada mahasiswa. Awalnya saya sudah mengincar satu instansi di kota kelahiran, Semarang. Entah angin darimana, saya berpikiran, “Kenapa nggak magang di Banjarmasin aja?”

Pilihan Banjarmasin terbersit karena itu tempat terjauh yang bisa saya jangkau. Kenapa? Tentu saja karena ada keluarga disana, yaitu paman (adik kandung ibu). Dengan memberanikan diri, saya mengajukan keinginan ini ke ayah. Beliau adalah pemegang keputusan terbesar di keluarga saya. Dag dig dug..rasanya. Takut ditolak. Huhu.

Syukur Alhamdulillah, beliau mengiyakan. Malah yang biasanya dicecar pertanyaan ini itu, beliau santai saja memperbolehkan. Belakangan, beliau justru menelepon salah satu koleganya di Kalimantan Selatan untuk berjumpa. Meet up, kata kids jaman now. Mungkin ini yang dinamakan pucuk dicinta, ulam pun tiba.

Hal pertama yang saya lakukan, jelas mencari tiket. Saya pilih pesawat untuk ke Banjarmasin. Sebenarnya ada pilihan melalui jalur laut. Tapi saya nggak pengen terombang-ambing di laut dalam waktu lama. Kayaknya belum sanggup untuk mengatasi mabuk laut. Di saat seperti itu, berpikirlah, “Mau beli tiket di Traveloka!”

Terimakasih kepada kakak-kakak dan teman-teman yang udah sering terbang kesana kemari. Saya nggak perlu ribet datengin travel agent satu persatu. Orang-orang ini udah sering cerita beli tiket di Traveloka itu nggak ribet. Tanpa pikir panjang, saya unduh aja aplikasinya di gawai.

Kenapa Traveloka?

Meskipun baru pertama kali menggunakan aplikasinya, saya nggak menemukan kesulitan yang berarti. It was user-friendly. Jauh dari kata yang sering dihindari banyak orang: ribet. Untuk cari tiket ke Banjarmasin gampang aja. Tinggal pilih bandara di kota asal. Saya pilih satu-satunya bandara di Semarang: Ahmad Yani. Tujuannya: Bandara Syamsudin Noor Banjarmasin. Dan jangan lupa tanggal penerbangannya. Tanggal 16 Juni saya terbang karena tanggal 19 Juni udah harus mulai magang.

Saya beli 2 tiket untuk sendiri dan ayah yang memang akan mengantar. Ditambah 1 tiket lagi untuk kepulangan ayah di hari berikutnya. Dengan hati riang gembira saya membayar ketiga tiket ini. Mission completed, pikir saya.

Nggak taunya setelah bayar, ayah saya tiba-tiba nanya, “Tiket pulangnya bisa diganti hari nggak?”. Euggg, dhuarr! Kenapa baru bilang setelah bayar. Huhuhu. Saya bilang sama ayah, “Dicoba dulu deh, kayaknya bisa”. Padahal di dalam hati nggak tahu gimana caranya. Hiks. Maklum yah ini pertama kalinya pesan tiket pesawat eh tau-tau diminta buat reschedule.

But thanks to internet. Saya beranikan diri buat reschedule lewat aplikasi Traveloka yang udah saya unduh tadi. Ternyata sekali lagi, sama sekali nggak ribet! Sesuai sama fitur yang disebutkan: easy reschedule.

Klik aja “Reschedule”, pilih hari yang diinginkan. Terakhir, transfer kekurangan biaya tiket (jika harga tiket lebih tinggi). Biaya yang harus saya tambah sebesar Rp 400.000. ada setengahnya dari harga tiket di awal. Wajar sih, karena tanggal itu memang menjelang Lebaran. Banyak orang rantai di Kalimantan yang mau pulang ke Jawa. Itu asumsi saya yah.


Sebelum mentransfer untuk menambah biaya, mata saya tertuju pada tulisan, “Punya voucher?”. Wah, kok baru kebaca ya! Hihi. Baru sadar ternyata ada promo yang bisa diambil. Saya iseng aja cari dan voila! Dapet potongan Rp 100.000 pake kode voucher mudik. Hihi. Lumayan buat beli kuota tuh. Hestek kids jaman now.

Akhirnya merasakan penerbangan pertama!

Tiket udah di tangan, hati rasanya plong. Yang tersisa cuma mengepak barang bawaan aja. I’m soo excited! 

Saat hari H saya cuma perlu nunjukin e-ticket aja di gawai. Andaikan petugasnya tahu tangan saya gemeteran saking nervous-nya mau terbang pertama kali. Pasti udah diketawain deh. Hihi. 

Jadi gimana rasanya naik pesawat? Pusing cyin! Hahaha. Belum terbiasa sama ketinggian kali ya. Yang dirasain pusing dan excited campur aduk jadi satu. Saking pertama kalinya banget, saat pramugarinya menjelaskan tentang keamanan penerbangan pun saya dengarkan dengan khusyu’. Hahaha.

Birunya langit Kalimantan
Alhamdulillah. Nggak akan terlupakan pokoknya pengalaman pertama kali terbang. Kata paman saya nih, biasanya kalo udah sekali naik pesawat, kedepannya bakal sering-sering. Percaya nggak? Yah saya sih percaya aja. Toh bisa jadi pemicu buat saya untuk keluar dari zona nyaman dan jalan-jalan ke tempat baru lagi yang belum pernah dikunjungi.

Lewat Traveloka, saya #Jadibisa merasakan naik pesawat terbang pertama kalinya. Dan, pastinya menyenangkan!

Kalo kalian, inget nggak pengalaman terbang pertamanya? J

8 comments

  1. Hihi
    Iyasih. Dulu jaman awal-awal kuliah jaman belum ada traveloka masih ngerasain keluar masuk travel agen buat dapetin tiket murah, maklum mahasiswa, tiket antar pulau rasanya mahal banget :')

    Kalau sekarang jadi mudah banget ya, pake hp pun bisa langsung dapet tiket ^^

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah ya mbak kemajuan teknologi semakin memudahkan

      Delete
  2. Kita sama mbak.. tos dulu.. aku juga sering pesen tiket pesawat ataupun kereta dengan traveloka. Lebih gampang dan bisa diakses dimana saja dan kapanpun.

    Menurutku lebih menegangkan naek kereta sendirian drpd pesawat. Pertama kali naek pesawat sendirian biasa aja. Naek kereta sendirian malah bisa bikin aku meneteskan air mata dan parno sendiri.

    ReplyDelete
  3. Asiknyaaaa. Anakku yang kecil sering komen, "Mi, jalan-jalan naik pesawat yuk. Pesen di Traveloka." :))

    ReplyDelete
  4. Di zaman yang serba digital ini, dengan adanya traveloka sangat memudahkan ya, Teh. Banyak yang terbantu.. Itu pemandangan di Kalimantannya cerah sekali...

    ReplyDelete
  5. Hahaha..memang buat sebagian orang, pengalaman naik pesawat pertama kali itu bisa mendebarkan hati. Tapi lain kali kalau sudah terbiasa, tidak akan terlalu memusingkan lagi :)

    ReplyDelete

Halo! Terimakasih sudah membaca. Setiap komentar masuk akan dimoderasi. Untuk komentar dengan anonim tidak akan saya balas, ya. Yuk biasakan menjadi diri sendiri di dunia maya!