Thursday, June 15, 2017

Belajar dari Pendampingan Gizi Buruk


Terparah 2017! Hampir dua minggu lebih gak nulis. I don't have any excuse for this. Dua minggu terakhir ini kesibukannya dengan UAS, ngejar taget puasa, nyelesaikan tugas (baca: laporan akhir praktikum), dan ngurusin magang. Yuhuuu! Satu tahun lagi menuju gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat. Time does flies. Setiap semester pasti ada highlight tersendiri hahaha.




Di semester ini of course ada highlight-nya dari tugas pendampingan gizi buruk. So as you already know saya masuk ke peminatan gizi. Dan, disitu ada tugas dari dosen untuk mendampingi balita dengan gizi buruk. Apa yang ada di dalam pikiran ketika mendengar gizi buruk? Anak dengan kondisi kurus sampe tulang belulangnya keliatan? Yes like that tapi nggak separah yang di gambar-gambar gitu...

Sedihnya, di Semarang yang notabene kota besar a.k.a. ibu kota Provinsi Jawa Tengah masih aja ditemukan balita dengan gizi buruk. Mungkin juga ini pengaruh dari urbanisasi ya, nggak semua orang yang hidup di kota itu benar-benar menikmati gemerlap kehidupan kota. Huft.

Kami ber-43 mendapatkan 17 balita yang harus didampingi. Which mean 1 balita didampingi oleh 2-3 mahasiswa. Alhamdulillah saya dapet ibu yang welcome banget ditambah kader yang ramahnya luar biasa. Waktu kami berkunjung, beliau menyapa semua orang. Literally. Saya dan temen saya sampai terheran-heran, gimana yah caranya biar bisa seramah itu? 

Balita yang saya dampingi baru masuk 2 tahun bulan Juni ini. Kondisinya gizi buruk parah. Ambang batasnya itu -3 kan, nah si adik ini sampai -4. Mulai terapi dari bulan April, terakhir dicek masih di -3. Kurang jauh banget :(

Oh iya terapi untuk balita gizi buruk ini diadakan di Rumah Gizi. Letaknya di daerah Banyumanik, nggak jauh dari tempat tinggal saya. Disitu, balita dirujuk setelah terdeteksi gizi buruk. Terapi dilakukan seminggu sekali. Yang dilakukan ada beberapa hal, mulai dari pemeriksaan tinggi badan dan berat badan untuk mengetahui apakah sudah tumbuh sesuai umurnya. Kemudian ada konsultasi dengan dokter spesialis anak. Dokternya baik banget! Huhu. Waktu kami mendengarkan beliau juga melempar pertanyaan untuk mengetes seberapa dalam pengetahuan kami. Hasilnya? Belajar lagi...

Kemudian ada fisioterapinya. Perlu diketahui nih balita dengan gizi buruk itu nggak cuma fisiknya aja yang sakit. Tetapi bisa juga kecerdasan dan responnya terganggu karena asupan gizi yang kurang. That's why perlu fisioterapi. Di ruangan ini pasti penuh dengan tangisan adik-adik. Nggak tega, huft.

Terakhir, ada demo makanan. Nah untuk pemulihan balita ada formulanya sendiri. Setelah selesai terapi, ibu akan diberikan bahan-bahan makanan ini untuk diolah di rumah. Saat inilah titik krusialnya. Apakah si ibu akan telaten memberikan formulanya atau justru tetap dengan pola pengasuhannya yang lalu-lalu. Malah ada beberapa kasus, bahan makanan yang diberikan ini dijual *tepok jidat*.

***

Tugas akhirnya berupa laporan tiap kelompok. Hasilnya benar-benar membuka mata. Kaget dan terenyuh. Ini beberapa yah.

> Ada anak yang ditinggal ibunya bekerja dan diasuh oleh neneknya. Pada usia 3 bulan diberikan pisang. Literally pisang tanpa campuran apa-apa. Alhasil, ususnya lengket dan perlu dioperasi :( saat pendampingan pun teman saya belum pernah bertemu ibu si adik.

> Balita kembar satunya gizi buruk satunya normal. Dan yang gizi buruk ini si kakak. Saat si kakak diberi makanan, dia malah memberikannya ke adiknya. Sedih gak sih, somehow terharu karena sayangnya si kakak ke adik. Tapi kan dia membutuhkan ituuu...gimana coba caranya menjelaskan ke dia?

> Ternyata tuberkulosis terutama TB paru masih aja ditemukan di balita. Padahal sebenarnya bisa dicegah dengan imunisasi. Ibunya dateng nggak yah saat jadwal imunisasi? Huhu :(

> Satu keluarga dengan penghasilan 800.000 per bulan dengan tanggungan 4 orang anak. Plus bayar kontrakan tiap bulan.

Dan...masih banyak lagi. See, ternyata banyak banget kan permasalahannya. Permasalahan kesehatan emang penyebabnya multifaktor. Utamanya faktor ekonomi. Setelah mendengarkan presentasi kayak gini jadi mikir lagi, "Seberat apa masalahmu?".

Kenapa gizi buruk ini persoalan yang harus dientaskan? Karena gizi buruk ini kayak lingkaran setan. Kalo nggak diputus bakal terus berlanjut ke generasi berikutnya. Terutama pada perempuan yang jelas-jelas akan hamil dan melahirkan. Makanya saya juga pernah nulis tentang jangan cuma mikir nikah muda aja. Tapi persiapannya untuk setelah menikah, udah sampe mana?


Jokes di kalangan mahasiswa kesehatan tuh kayak gini,
"LILA (Lingkar Lengan Atas)-nya masih dibawah 22,5 cm tuh. Belom boleh nikah."

Soalnya dibawah itu ada resiko buat kurang energi. Yang hasilnya bayi yang dilahirkan nanti bisa lahir rendah (dibawah 2,5 kg). Nah kalo waktu lahir udah rendah, resiko terserang penyakitnya banyak banget. Dan, ada teori yang menyebutkan juga saat bayi lahir rendah, dia akan cenderung berat badannya di tahun-tahun berikutnya rendah dibandingkan anak seusianya. Ini jadi satu SKS ya... 

***

Pada akhirnya sebenarnya saya ingin meng-empower para wanita ayolah jangan malas membaca. Kemudian menuntut ilmu setinggi mungkin. Pendidikan itu penting banget. Orang bisa nggak sekolah dan kaya raya, but hey kalo dia nggak ngerti bagaimana ini dan itu, apa gunanya uangnya? Kalo dia nggak ngerti gimana cara merawat anaknya dengan baik dan benar kemudian anaknya jatuh dan perlu perawatan yang mahal, apa artinya itu uang? Apa artinya uang saat melihat anak nggak bisa tersenyum bahagia dan lari-larian sama teman-temannya?


Ini nasihat buat saya sendiri. Biar serius menjalani pendidikan. Karena ilmu kesehatan, di umur berapapun, pekerjaan apapun, pasti ada sangkut pautnya dengan kesehatan. Saya juga nggak boleh nggak belajar sungguh-sungguh. Jangan sampe orang kesehatan eh sendirinya nggak bisa mempraktikkan apa yang udah didapatkan.

Hwaiting!

5 comments

  1. paling sedih kalau lihat balita sakit
    sakit apa aja :(

    ReplyDelete
  2. Yang namanya kesehatan jangan main main ya mba, karena kalo udah sakit pasti gak enak banget

    ReplyDelete
  3. Karena ilmu kesehatan, di umur berapapun, pekerjaan apapun, pasti ada sangkut pautnya dengan kesehatan. --> bener banget, Lulu. Apalagi nanti saat udah jadi ibu. Mau nggak mau, perlu tahu sedikit banyak ttg kesehatan, yang menyangkut kesehatan anak dan keluarga. Semangat ya kuliah nya. Semoga dilancarkan semua nya. Semoga gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat nanti bisa berguna buat Lulu dan orang-orang di sekitar Lulu. Love!

    ReplyDelete
  4. sedih sih mbak bacanya, kadang malah ada lho orangtua yang tutup mata anaknya bergizi buruk. di lingkungan tempat aku tinggal juga masih ada orangtua yang ngajarin supaya anaknya ngasi makan cucunya pisang padahal belom usianya MPASI. yang ga mau vaksin juga ada, akhirnya yaudah mau gimana lagi :(

    ReplyDelete

Halo! Terimakasih sudah membaca. Setiap komentar masuk akan dimoderasi. Untuk komentar dengan anonim tidak akan saya balas, ya. Yuk biasakan menjadi diri sendiri di dunia maya!