Wednesday, May 10, 2017

23 Episentrum: Perjalanan Mata, Hari, dan Hati


"Seseorang yang merasa sudah melakukan pencapaian dalam hidupnya, biasanya akan terus bersemangat untuk melakukan pencapaian lainnya. Tularkan energimu... Energi besar yang kamu miliki. Hidupkan impian orang lain, bangunkan dari mati suri... Jangan biarkan dia mati!"

Pernah nggak sih temen-temen merasa, why did my hear feel so empty? Apakah benar jalan hidup yang sekarang dijalani sudah mendefinisikan bahagia versi kita?


This question comes up on Awan, seorang bankir yang merasa jalannya salah. Dia menjadi bankir hanya karena ayahnya yang juga berprofesi sebagai bankir. Ingin hati keluar dan mengejar impian, restu Ibu tidak dikantongi. Sebuah beban anak pertama, laki-laki pula. Mau tidak mau dia bertahan menjadi bankir.

Matari. Gadis yang hidup pas-pasan namun berusaha sekuat tenaga untuk bisa berkuliah. Meskipun itu berarti dia harus berhutang sana-sini. Meskipun orang tuanya mempertanyakan kenekadannya. Meskipun, yah... banyak hambatan yang harus dilewati.

Prama. Sahabat karib Awan. Sukses bekerja di perminyakan dengan gaji 4500 dolar per-bulan. Awalnya dia merasa senang dan bahagia bukan main atas pekerjaannya. Bagaimana tidak? Semua fasilitas impian pekerja terpenuhi. Tapi hati kecilnya merasa hampa. Apa sebenarnya yang dia butuhkan?

Novel ini berkisah tentang kehidupan tiga tokoh diatas. 

Awan yang berusaha untuk menjadi penulis skenario. Katanya, kerja itu ibadah. Ibadah harus dijalani dengan ikhlas bukan? Nyatanya dia tidak pernah merasakan ikhlas saat bekerja menjadi bankir. Awan pun berjuang mati-matian untuk meluluhkan hati ibundanya. Tidak berhenti disitu saja, dia juga membantu Tari - yang mempunyai hutang sebanyak 55 juta rupiah - untuk perlahan melunasi hutangnya.

Tari, bekerja di stasiun televisi. Impiannya menjadi news anchor. Pekerjaan yang didapat? Seorang reporter. Katanya, untuk menjadi news anchor harus menguasai lapangan terlebih dahulu. Dengan begitu mental akan terbentuk. Karier Tari melejit di tempat ini. Tapi apa daya, gajinya tetap pas-pasan. Melunasi hutang yang menjadi tujuan hidupnya seakan jauh dari kata selesai. Hatinya bimbang ingin keluar untuk mencari pekerjaan dengan gaji yang lebih besar, atau bertahan demi impiannya?

"Satu hal yang perlu kamu ingat, perjalanan karier itu sebuah jalan panjang yang akan dilewati setiap orang. Bukan hanya perjalanan dalam menukar waktu menjadi rupiah. Tapi, juga perjalanan kehidupan kita untuk meraih impian-impian hidup lainnya. Perjalanan tentang menguak makna hidup. Jadi, pastikan jalannya menyenangkan."

Masih ada lagi Prama yang kemudian memutuskan untuk mencari apa yang hilang didalam hatinya. Caranya pun tidak wajar, dia berkeliling Indonesia bermodalkan seadanya. Misinya hanya satu: mengajak bicara orang lain terlebih dahulu. Siapa sangka, dia malah mendapatkan inspirasi dari orang tak dikenal?

Jujur aja saya suka banget sama novel ini, inspiratif banget. Ada kan memang masa-masa dimana kita ngalamin kok kayaknya hidup ini hampa ya? Kurang apalagi ya? Seperti tokoh Prama. Dan tau nggak apa yang disarankan untuk dilakukan jika kita merasakan hal yang sama dengan Prama? Berbagi! Dalam bentuk mengajar.

"Mengajar itu lingkupnya luas sekali, Pram. Mengajar itu 'kan prinsipnya berbagi. Jadi, kamu bisa membagi ilmu kamu di mana saja. Nggak perlu di lembaga formal. Apa pun itu namanya, ilmu, pengalaman, nasihat, atau informasi. Bagi...sebarluaskan...dimanapun tempatnya."

No wonder sih ayah saya selalu mendorong agar mau mengajar. Karena mengajar itu salah satu bentuk berbagi. Percaya nggak percaya, saat kita berbagi sebenarnya kita memberi untuk diri sendiri. Memberikan ketenangan batin dan hati.

Adapun kisah tentang Tari pada akhirnya dia mempercayai bahwa ada tangan Tuhan yang bermain disitu. Percaya aja, saat ada masalah, Allah nggak pernah meninggalkan kita. Bener banget, setuju. Sesuai dengan ayat ini

"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran." - QS. Al-Baqarah: 186

Terus, ternyata saya baru tahu peran HRD di suatu perusahaan itu penting banget buat pekerja galau macam Tari gini yang berniat kuliah. Dia cerita ke bagian HRD dan dijawab dengan bijak, 

"Setiap orang punya masalah, Tari... Masalah itu akan selalu ada, bagaimana kita mengelola masalah itu yang akan menjadikan kita dewasa. Setiap hal dalam kehidupan kita berpotensi menimbulkan stres. Kehadiran masalah justru malah membuat pikiran kita menjadi kreatif."

Saking sukanya sama cerita di novel ini sampai-sampai saya bilang this is best book I read selama tahun 2017 ini. Hehe. So, yeah. Novel ini wajib banget dibaca! Recommended deh dari saya! Btw novel ini buku ke 28 yang saya baca di tahun ini dari target 100. Yukk semangat membaca karena dengan membaca membuka jendela dunia. Happy reading!

2 comments

  1. ini novel sekitar tahun 2012 apa ada sequelnya ya?
    yg dulu belom sempet beli sih lu krn lupa

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya swquel satunya tuh non fiksi gitu mbak nin

      Delete

Halo! Terimakasih sudah membaca. Setiap komentar masuk akan dimoderasi. Untuk komentar dengan anonim tidak akan saya balas, ya. Yuk biasakan menjadi diri sendiri di dunia maya!