Berawal dari kekepoan di instagram dimana akun yang saya ikuti banyak yang mempromosikan Ketika Mas Gagah Pergi, ditambah sedang liburan semester dan alhamdulillahnya ada rezeki untuk nonton, ya sudah saya memutuskan nonton film ini. Berdua. Dengan sahabat saya dari TK. Sebelumnya, Gamais FKM Undip sudah pernah mengundang Hamas Syahid yang menjadi pemeran Mas Gagah di sini. Dan ibundanya promosi begitu menggebu-gebu kalau film ini bakal berbeda dari film lainnya dengan lengkapnya genre yang ada. Saya belum membaca novelnya, jadi ini review murni dari hasil menonton film.

Kisah diawali dari Gagah dan adiknya, Gita. Mereka saudara yang kompak, akur, pokoknya adem ayem lah jauh dari kata ribut. Gagah dan Gita bisa dibilang anak gaul yang suka nongki-nongki canci. Lalu, suatu saat Gagah berpamitan pergi ke Ternate. Di sana dia bertemu dengan Kyai Ghufron. Sekembalinya Gagah dari Ternate inilah yang memulai konflik film KMGP. Gagah jadi "berubah". Punya jenggot, lebih "alim", selera lagunya berpindah menjadi nasyid, sering menasihati adiknya, bahkan panggilan untuk adiknya pun mendadak berubah menjadi "dik manis". Gita jengah. Dia tidak menyukai perubahan kakaknya yang dianggap kolot. Di sisi lain, Gagah tidak kenal lelah untuk mengajak Gita untuk menjadi lebih baik.

Lalu ada sosok Yudi yang rutin berceramah dari bus ke bus. Gita yang sudah bosan diceramahi menjadi bertambah muak ketika bertemu Yudi. Namun, pada satu titik, Yudi menyelamatkannya dari insiden pencopetan. Mulai saat itu Gita menjadi penasaran dengan sosok Yudi. Gita tidak tahu siapa Yudi sebenarnya. Bahkan dia salah menyebut nama Yudi menjadi "Mas Fisabilillah" (di bagian ini memang ngakak :"D). 

Lalu Gagah juga bersama preman pensiun (entah ya, ini mungkin sengaja karena sedang booming preman pensiun atau gimana. Pemerannya pun preman pensiun dari RCTI itu._.) mendirikan Rumah Cinta yang bertujuan untuk tempat mengaji anak-anak pinggiran laut. 

Saya cuma nangkep segini aja sih. Kenapa? KARENA TERNYATA ADA KETIKA MAS GAGAH PERGI THE MOVIE PART 2. Oke saat nonton saya memang mulai merasa ganjil, kok ini cuma berasa "kulit"nya aja sih? :"") Adegan di Ternate nya kok cuma cuplikan aja? Masa jauh-jauh ke Ternate cuma ditayangkan beberapa menit yang itu pun nggak krusial? Ya itu tadi jawabannya. Kaget juga sih waktu tau ada part 2 nya dan sejujurnya agak sedikit jengkel HAHAHA. Kalo ditanya recommended atau enggak, sejujurnya saya nggak tau. Serius. Karena ceritanya tuh di part 1 ini masih kayak pembuka banget. Kemungkinan di part 2 bakal lebih dapet isinya. Ya itu mungkin emang strategi pemasaran atau gimana nggak tau HEHEHE saya rasa kalo nonton part 2 nya tanpa nonton part 1 nya jadi kurang ngerti jalan ceritanya. Kecuali.......buat kalian yang udah baca novelnya.

Beberapa catatan saya pribadi dari film ini (ini benar-benar pribadi menurut saya, ya) diantaranya:

  1. Hamas sebagai pemeran Mas Gagah ini tidak melakukan skinship dengan pemeran lainnya. Memang benar karena bukan mahramnya, kan. Tapi nggak bisa disangkal ini menyebabkan beberapa adegan kerasa kurang dapet feel-nya. Terutama nih kan ada adegan di bandara dimana Gagah pergi dianter Mama dan Gita. Masa pergi gitu aja nggak cium tangan atau apa huhuhu awkward banget rasanya. Sarannya sih seenggaknya pake stunt-man misal tangannya Gagah aja yang diliatin atau dari belakang gitu biar gak keliatan mukanya pake orang lain. Biar nggak awkward gitu looh....
  2. Sorbannya Mathias Muchus yang jadi Ustad di kepalanya itu nggak banget :(( kenapa nggak cukup pakai peci aja daripada nggak jelas itu fungsinya untuk memperlihatkan apanya:(
  3. Akting Hamas menurut saya sudah cukup bagus sebagai pendatang baru. Tapi....ada tapinya lagi nih. Ekspresinya kurang mendalam, kayak kebanyakan sambil senyum gitu dialognya. Misal nih waktu Gagah bilang dia ketemu Kyai luar biasa di Ternate. Ekspresinya tuh kurang menunjukkan perasaannya dia waktu ketemu Kyai yang didefinisikan luar biasa itu. 
  4. Akting Gita disini lebih dominan daripada Gagah. Memang di script seperti ini atau ketimpangan karena Aquino emang lebih "dapet" aktingnya daripada Hamas, saya kurang ngerti juga. Ehe. 
  5. Line nya cukup menyentuh dan memotivasi terutama ketika Gagah bilang kalau belum bisa menerima kebaikan, setidaknya menghargai. Menurut saya ini line sederhana tapi memang dalam kenyataannya masih banyak yang orang menyeru kebaikan justru dihujat :")

Apakah saya bakal nonton part 2 nya? Insya Allah kalau ada rezeki umur dan uang sih, mau. Kenapa? Sudah pasti karena saya PENASARANNNNNN apa yang terjadi dengan Gagah di Ternate sana dan gimana inti dari ceritanya. Dan semoga saja Hamas lebih berekspresi dari KMGP part 1 ini. Hihihihi. Yups sekian review KMGP ini. Review ini murni dari catatan-catatan saya setelah nonton KMGP tanpa ada campur tangan pihak lain. Hahaha. Sampai jumpa postingan selanjutnya!
Let’s talk about love. Let’s talk about me. Let’s talk about you. *nyanyi* yes I’m back with a topic about love. Cinta sebagaimana dideskripsikan menurut kbbi adalah suka sekali. Hem kebanyakan sih yang di kbbi ini cinta dihubungkan dengan suatu perasaan antara lelaki dan wanita. Bagaimana dengan saya?

The 19 years old me probably know nothing much about love. Masa-masa sekolah dulu, tipikal anak sekolahan yang setiap harinya direcoki sinetron dan bergaul dengan anak sekolah negeri yang pergaulannya lumayan bebas, tentu saja saya mengartikan cinta dengan hal yang sama seperti di atas. Masih sempit sekali. Setiap saya melihat lawan jenis yang gantengnya diatas rata-rata, atau perilakunya lebih dari yang lain, langsung deh insting saya mengatakan cinta. Malu sekali rasanya bila mengingat itu semua.

Karena definisi cinta yang saya tahu itu, saya juga sempat merasakan dinamika patah hati ala anak ABG. Yang kemudian mengisi hari-hari patah hati dengan menangis, mendengarkan lagu galau (+cheesy) ew I can’t even stand to told you more.

Seperti pepatah yang saya baca, “To be old and wise, one must be young and stupid first”. Seiring berjalannya waktu dengan usaha saya memperbaiki pergaulan, menambah wawasan dari hal-hal yang berguna, menghapus akun-akun galau yang kurang bermanfaat, saya mendapatkan pencerahan.

Cinta adalah suatu perasaan yang diberikan oleh Allah kepada setiap manusia. Cinta sendiri menurut saya dibagi menjadi dua, cinta kepada makhluk dan cinta kepada Sang Pencipta. Berbicara mengenai cinta yang pertama, cinta kepada makhluk. Ingat bahwa makhluk di dunia ini bukan hanya manusia. Makhluk yang Allah ciptakan selain manusia ada hewan, tumbuhan, makhluk gaib, serta mikroorganisme. Cinta kepada makhluk hidup seperti hewan, tumbuhan ditunjukkan dengan menjaganya, tidak merusaknya, dan tidak memandang remeh. Artinya, sebagai manusia sudah berkewajiban menjaga keberadaan makhluk-makhluk tersebut. Cinta kepada manusia pun ada petunjuknya. Cintailah seseorang karena Allah. Bukan karena apa yang kamu inginkan dari dia.

Cinta kepada manusia ini sering disalah artikan kepada nafsu. Cinta itu menjaga, sedangkan nafsu tergesa-gesa – itu kata bunda Asma Nadia. Cinta kepada manusia hendaklah hanya disandarkan kepada Allah SWT. Dalam mencintai manusia, cintailah mereka yang ada pada dirinya membuatmu bertambah cinta kepada Allah. Itulah seindah-indahnya cinta.


Cinta kepada Sang Pencipta, Allah SWT. Menjadi hal yang..unik? Ya, cinta yang kita tidak pernah “melihat” wujudnya, namun kita bisa merasakannya. Allah SWT mencintai kita dengan nikmat, dengan ujian yang menambah iman kita. Alangkah indah orang yang cinta kepada Allah SWT kemudian menomorsatukannya. Saat mendengar Allah memanggilnya lewat suara azan, ia segera bergegas. Tidak ada yang namanya menunda. Ketika ia sedang sibuk, hatinya bahkan bibirnya senantiasa menyebut nama-Nya. Sudah sepatutnya setiap muslim memiliki cinta yang seperti ini. Karena dengan mencintai Allah, insyaAllah Allah pun akan mencintai kita lebih dari yang kita bayangkan.
Annyeong!

This will be my first post in 2016, hehe. There is a secret behind this drama: I watched it during my final exams hahaha. You know I'm not that kind of diligent student who's studied all along. I studied during end year holiday and only re-read it when exams. So yeah.

I give this drama 11/10. Why? This is sooooooooooooooo good! Here's the main character. Don't be surprise. There's many characters that I included to "main" because this drama not focusing only one character. Buat line up character nya liat aja di wikipedia hahaha saya mah ga hafal siapa aja.

Jadi cerita ini tiap episode nya nyambung, tapi ada judulnya sendiri-sendiri. Sebelumnya saya udah pernah nonton Reply 1997 dan isinya banyak ngakak. Di episode ini juga banyak ngakak. Alkisah di suatu perkampungan ada 5 anak manusia yang bersahabat. Mereka ini Doek Soen, Choi Taek, Sunwoo, Jung Hwan, dan Dong Ryong. Mereka punya kelebihan sendiri-sendiri. Doek Soen yang bright personality pokoknya dia baik banget tapi ranking nya jeblok di sekolah, Sun Woo yang ketua OSIS, pinter, baik, kurang mampu lah kalo dibilang. Jung Hwan si rangking satu, Ice Prince, keluarganya dia kaya raya karena menang lotere gitu. Choi Taek ini nggak sekolah, kalem, pendiem, senyumnya bikin gak kuat. Choi Taek diperankan oleh Park Bo Gum yang saya udah pernah lihat di Tomorrow Cantabile dia wajahnya baby face haha. Choi Taek pemain baduk yang super jenius, jarang kalah tapi di sisi lain dia "idiot" when it comes to real life. Dia nggak bisa masak mi instan, gak bisa buka yoghurt, bahkan ketika beranjak dewasa dia beli mobil tapi ga bisa parkir hahaha lucu deh. Terakhir Dong Ryong, suka ngedance, gak suka belajar juga sama kayak Doek Soen jadi rangking mereka 11:12. Jarang pulang ke rumah, diam-diam kurang kasih sayang dari ibunya karena kerja melulu.

Kalo di Reply 1997 ceritanya gimana Yoon Jae bisa nikah sama Eun Ji apa enggak kan. Nah kalo di sini modelnya ada interview antara Doek Soen dan suaminya baru kayak ada flasback. Di sini yang jadi fokusnya: siapakah gerangan suami Doek Soen ini? Karena di flashbacknya diceritain kalo yang suka sama Doek Soen itu Jung Hwan dan Choi Taek. Kalo secara jeli, saya udah tau siapa hahaha. Karena yang pertama di interview itu suaminya Doek Soen ngerokok. Liat di 1988 nya siapa yang ngerokok deh :P trus bilangnya ini adalah famous person interview, lebih kelihatan lagi siapa yang dari awal emang famous.

Di drama ini pertemanan mereka kuat banget, bahkan di saat di antara mereka mulai muncul bibit-bibit cinta di persahabatan, mereka tetep bisa bertahan. I always wanted that kind of childhood friends, you know? Haha. Yang tau apapun satu sama laen, yang ngesupport dengan cara yang beda dari orang lain. Di keluarganya juga. Paling ngakak lucu itu ayahnya Jung Hwan yang suka ngasih joke-joke padahal istrinya (ibunya Jung Hwan) itu orangnya sensian. Sering banget ngelempar joke dan dibalesnya "kamu minta cerai?" hahaha but they really loved each other.

Banyak lah yang diceritain disini apalagi durasi per episode nya 1,5 jam dan di akhir-akhir durasinya nyaris 2 jam. Biar nggak bosen sih menurut saya nontonnya per hari 1 episode. Suka! Recommended buat yang cari drama com-rom, ringan, family, friendship, bikin ketawa, bikin terharu. Campur aduk. Dan pastinya nostalgia. Yeu walaupun jelas saya belum lahir di zaman itu. 1988 coy, orang tua saya aja belum ketemu hehe. 

Di korea nya juga ratingnya belasan padahal ini tayangnya di TVN yang notabene televisi kabel. Fyi aja biasanya tv kabel itu ratingnya nol koma sampe 1. Nah ini sampe belasan, jadi kebayang kan gimana meledaknya di korea sana? :)) Go watch it and have fun! :D

“Fate and timing don’t just happen out of coincidence. They are products of simple earnest choices that create miraculous moments. Being resolute, making decisions without hesitations, that’s what makes timing.” - Reply 1988