Last part!
Kami (PH dan Ganeca Pos kru) berdiskusi di Teknik Lingkungan, lupa tepatnya ruang apa. Eh ruangannya bagus HAHA kayak bioskop kan berjenjang gitu duduknya jadi yang di belakang tetep kelihatan, nggak ketutupan sama kepala yang duduk di depan seperti halnya kalo sistem duduk sejajar. 

Pertama masuk ruangan, yang dilakukan adalah...perkenalan. Ya, kan ada pepatah tak kenal maka tak sayang. Yang perkenalan cukup dari Ganeca Pos. Kalo dari PH ikut kenalan semua, habis sudah waktunya buat perkenalan doang. Yang saya inget, PU Ganeca Pos namanya Mbak Mega. Mbak ini cantik...enak dilihat heu angkatan 2013. Ternyata, meskipun di ITB yang mungkin mayoritasnya cowok ini, PU-nya pun cewek juga. Padahal FKM yang mayoritasnya cewek pun tetep diusahaiinnnnnnnn banget kalo pemimpin itu cowok :"D ya sudahlah, pasti ada alasan kan di balik itu semua, weits.

Di Ganeca Pos produknya ada koran yang terbit dua kali tiap periode? Duh lupa hiks ini semua gara-gara nggak ngepos langsung setelah trip. HUFT. Korannya 16 halaman, ya di situ kayak koran pada umumnya. Lalu ada cyber di ganecapos.com. Bagus websitenya!! Rapi dan nggak bikin mata sakit. Ini bisa buat pembelajaran cyber-nya PH (baca: tim saya). Cyber-nya PH sendiri masih berusaha cari tutor yang bisa ngajarin buat mempercantik lagi website PH dan memaksimalkannya. Di zaman digital kan ya, apa sih yang nggak bisa diakses? Saya pun merasa kurang maksimal dalam memanfaatkan website PH. Huhu :" pengen belajar juga dari Ganeca Pos tapi karena keterbatasan waktu terpaksa nggak bisa.

Dari Ganeca Pos sendiri yang saya ingat mbaknya bilang suka buat propaganda. Contohnya, mereka mengadakan polling tentang siapa sih yang cocok menjadi ketua Kabinet (kalo di UNDIP namanya BEM) jadi ketua BEM gitu. Nah mereka menyebut nama kan. Di situ secara nggak langsung sebenarnya mereka mendorong orang yang memiliki nama tersebut buat maju mencalonkan diri. Keren, ya? Propaganda ini yang saya dapet di kuliah bisa loh mempengaruhi orang. Emang deh T.O.P. idenya buat propaganda ini.

Trus apa ya? Kaderisasi. Fyi aja, di FKM ada banyak sistem buat bisa masuk UPK yang di ITB disebut klub. Di PH sendiri dulu saya harus melewati beberapa tahap tes. Yang pertama magang. Berhubung saya magang di cyber, maka saya juga harus bikin web yang atraktif. ((atraktif)) hahaha. Lalu ada tes tertulis yang tentu saja tentang ke-jurnalistik-an. Dan yang terakhir tes wawancara untuk mengetahui seberapa besar komitmen untuk berkontribusi di UPK ini. Kalo di Ganeca Pos, mbaknya bilang apa ya? Cenderung kekeluargaan, dan kesadaran. Ada seleksi alam di situ. Jadi, di ITB itu ada 80-90an klub. Gilz banyak bet gakuku. Mbaknya sendiri (ini mbak yang mirip Ghea, teman SMA saya. Kalo nggak salah namanya Ludya) bilang dulu dia milih 7 atau 8 klub. Di situ saya langsung melongo "................." seriously? Hahaha. Berakhir di Ganeca Pos satu-satunya. Jadi nggak ada sistem tes segala macem gitu.

Banyak ya ternyata perbedaan sistem organisasi di Undip dan ITB. Seneng sih, saya jadi dapet banyak wawasan. Itulah tujuan studi banding. Biar dapet pencerahan. Biar sadar kalo dunia itu luas. Biar sadar buat nggak merasa udah pinter cuma gara-gara tau sesuatu. Masih banyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaakkkkkkkkkkkkkk sekali di luar sana pengetahuan yang belum didapat. Masih banyak hal-hal yang mungkin buat saya baru. 
Masih ada lagi perbedaannya. Kalo di PH buat dana selalu ada dari fakultas walaupun nggak tentu kapan turunnya. Kalo di Ganeca Pos, mereka bilang selama mereka nggak ngajuin dana ya nggak dapet dana. Lain halnya kalo mereka ngajuin, ya baru dikasih dana. Selama ini mereka bergantung sama iklan baik itu di koran maupun media cetak. Di PH juga, eh di FKM. Tiap UPK pasti setelah satu tahun periode kepengurusan harus ada LPJ ke Senat. Kalo di Ganeca Pos, nggak ada tuh LPJan ke lembaga yang istilahnya lebih tinggi gitu. Kabinet, Legislatif (Senat-nya), dan Ganeca Pos ini sejajar kedudukannya. Jadi nggak perlu melakukan LPJ ke Legislatifnya. 

Itu kalo perbedaan secara umum ya. Nah sebagai pers mahasiswa, tentu saja harus punya produk apa yang berguna untuk menyebarkan info. Tadi sudah saya sebutkan kalo dari Ganeca Pos "hanya" ada 2 yaitu koran dan online. Di sini saya sadar, wah ternyata PH "sedikit" lebih maju dong. Kenapa? Karena di PH ini ada 5 produk. Banyak, ya ternyata? Yang pertama ada majalah. Seperti halnya koran Ganeca Pos, majalah ini terbit 2 kali tiap satu periode. Lalu ada buletin PH Kita yang memang khusus untuk mahasiswa FKM tiap sebulan sekali. Ada cyber yang insidental. Mading tiap 2 bulan sekali. Dan yang terakhir ada PH Express untuk info yang harus segera disampaikan buat warga FKM. Bangga deh, rasanya jadi bagian dari keluarga PH. PH ini konsisten ternyata sama produknya. Two thums up won't be enough, I think. Walaupun memang kadang buletin molor waktu rilisnya, hehe.

Soal isu, di Ganeca Pos semua isu bisa masuk tentang ITB. Padahal.......di FKM masih ada isu-isu yang dianggap riskan dan dilarang buat dibahas di produk PH. Salah satu contoh mudahnya aja nih yang saya alami sendiri. Saya dan tim cyber pernah ingin membahas tentang K3 yang sudah menjadi prodi di FKM UI. Tapi karena berbagai hal, salah satunya intervensi dari pihak lain jadi nggak terbit. Hikz, di situ saya juga sudah wawancara lho. Hemmm, mengapa bisa begini :"D 

Oh ya, Ganeca Pos juga punya TV! Dan liputannya juga keren-keren. Ini nih harapan dari Redpel Cyber tahun lalu yang belum terwujudkan. Ini juga termasuk pertanyaan yang pernah saya terima saat tes wawancara. Siap nggak bikin PH TV????? Saya saat itu jawab realistis kalo nggak akan mudah, tapi bakal tetap berusaha. Dan sekarang saya memikirkan kembali, jadi apa usaha yang telah saya lakukan buat bikinnya? Belum terjawab hingga saat ini. Masih banyak ternyata PR yang belum saya kerjakan di PH. Padahal sudah setahun "mengabdi". Seru ternyata mengetikkan banyak cerita mengenai pers mahasiswa. Padahal ini ceritanya tentang trip! Hahaha yah namanya juga not a mere trip but studi banding!

Setelah kami diskusi, nggak lupa dong dokumentasinya. Ini dia #GanecaPosxPublicaHealth (captionnya ala-ala gitu HAHA)
#GanecaPosxPublicaHealth

Selesai sudah post BANDUNG Trip! This is all I wrote for myself. To remind me what have I done. Yayyy see ya next post fella!
Assalamu'alaykum.
Alhamdulillah bisa berjumpa kembali melanjutkan postingan kedua dari trip ke Bandung. Postingan pertama bisa dibaca di sini. Yup, ITB. Siapa sih yang nggak tahu ITB? Bandung Institute of Technology. Dari dulu walaupun nggak ada niatan buat masuk ITB, tapi selalu kagum sama ITB. Karena untuk tes masuknya hanya dari jalur SNMPTN dimana nilai sangat diperhitungkan dari kelas X-XII dan SMBPTN yang pastinya passing grade tinggi dan tingkat nyontek mungkin probabilitasnya sangat kecil. Jadi bisa disimpulkan pinternya anak ITB itu kayak apa. Aku mah apa atuh dibanding anak ITB :"> tapi seperti janji Allah tidak ada orang yang lebih baik di sisi Allah selain orang yang bertakwa. As long as saya bertakwa kepada Allah, bisa lah sederajat sama anak ITB heu :"D

Ngapain ke ITB? Masa trip ke ITB? Yang namanya trip itu ke tempat yang refreshing. Hemm let me explain it ok. Tujuan utama trip ini sebenarnya memang untuk studi banding. Studi banding ini bermaksud menimba ilmu. Dari siapa? Karena di sini atas nama pers mahasiswa, maka ilmunya pun tentang pers mahasiswa. Di ITB ada pers mahasiswa bernama Ganeca Pos. Lambangnya Ganesha yang bisa dibilang merupakan simbol dari pendidikan? Setau saya sih begitu.

Nah kemarin setelah dari Bandung TV, rombongan PH (Publica Health) menuju ke Cibaduyut dulu. Biasa, belanja. Apalah arti perjalanan wisata tanpa belanja. EHE. Setelah itu sebenarnya ada rencana ke Masjid Raya. Bahkan udah sampai di tujuan. Tapiiiiiiiiiiii...berhubung kami ini naik bus, dan saat itu adalah weekend, susah sekali buat cari tempat parkir. Tahu kan, bus wisata segede apa dan jalan tempat parkir seluas apa, ditambah itu weekend? Akhirnya dengan amat sangat menyesal kami langsung cuss ke ITB. Masjid Salman menjadi tujuan pertama karena memang pas waktunya dengan shalat Ashar.

It was my first time stepping that sacred place. Sejak denger dari alumni ITB sendiri tentang Masjid Salman, I always curious about how it stand and how the feel to pray there. Dan bam! Akhirnya kesampean. Rasanya tidak bisa dilukiskan oleh kata-kata lagi. HE, emang terkadang baper saya nggak bisa dikontrol. Nggak ngerti lagi gimana muka saya yang cengo liat masjid Salman ini. Sebenernya ya nggak gede ato mewah ato gimana. Cuma emang feel nya beda kan karena pengen. Sama masjid Undip yah..kalo masjid Undip kan tinggi ya dan arsitekturnya emang beda. Dan menurut saya masjid Undip kurang terawat gitu, apalagi yang bagian atasnya. Kalo masjid Salman nggak tau sih kan saya cuma di lantai bawah aja wkwk.

Tempat wudhunya bagus, bersih, tertutup. Kamar mandinya juga bersiiiiih. Airnya adem. Trus kalo minjem mukena ada ruangan khusus buat minjemin. Jadinya tetep teratur nggak berantakan. Lantainya dari kayu, eh nggak tau sih itu kayu ato motif kayu. Liciiiiin, adem juga hehe gimana ya orang Semarang kan panas jadi saya pribadi suka sama sesuatu yang hawanya adeeem... Waktu shalat, nah ini yang saya suka. Ada ibu2 yang ngatur shafnya sampe bener-bener lurus dan rapat. Imamnya juga bilang kalo tidak rapatnya barisan shaf shalat dapat menyebabkan perpecahan. Ini satu hal yang masih suliiiit diterapkan untuk sholat di mana saja. Contohnya di musola FKM. Bahkan terkadang anak GAMAIS (maap nyebut merk ya) masih ada yang ketika sholat, shaf nya belum rapet. Sedih sih, sering kali ngingetin temen buat merapatkan kakinya tapi enggan banget entah kenapa. Padahal kan cuma merapat nggak sampe menginjak :( yuk temen-temen yang baca ini dibiasakan merapatkan shaf shalatnya. *siapa yang baca*

Kalo ada yang telat juga langsung iqomah buat jamaah, nggak sholat sendiri-sendiri itu juga yang bener. Pernah baca status kakak tingkat yang bingung di masjid Undip sering ada beberapa imam yang solatnya telat. Saya sendiri belum baca atau tau sebenernya kayak gimana. Tapi temen saya bilang harus imam itu selesai dulu baru ada imam lagi. Nah ini mungkin yang harus saya tabayyun kan juga yang bener itu kayak gimana.

Di masjid Salman, kakak saya malah reunian sama temennya. Hmpft, bikin iri! Sayang sih, saya nggak punya temen di ITB hiks.
Duh kok jadi ngomongin masjid Salman ya? Ganeca Pos nya di postingan selanjutnya yah, ini beberapa foto di masjid Salman!

Via, my Cyber teammate

Left to Right: Arni, Sanrya, Via, Vina, Laili, Kak Pudes

Waiting for a turn to take selfie hahaha

Adeem...

Sepatu pinjeman, rok dapet hadiah



Yayness! Setelah sekian lama nggak piknik akhirnya I got a chance. Hehe. Saya bukan tipe orang yang sering jalan-jalan. Bukan karena males jalan tapi karena memang ada beberapa hal yang memaksa saya untuk lebih sering berdiam diri dirumah. Dan, bandung menjadi tujuan untuk trip pertama di waktu kuliah ini. I have to say that this is not fully a trip. Ini adalah salah satu program kerja LPM Publica Health yaitu studi banding. Sudah menjadi hal yang biasa di Fkm Undip untuk UPK mengadakan studi banding ke universitas lain. Tahun ini saya berkesempatan turut berpartisipasi di studi banding LPM PH.

Awalnya sempat ragu apakah diizinkan untuk ikut. Akhirnya memberanikan diri meminta izin dari Abi (re: ayah) dan alhamdulillahnya diizinkan. Tentuuu dengan syarat dan ketentuan berlaku. HE. But that’s okay. I don’t even expect his permission anyway :’) dengan diizinkannya saya bukan berarti masalah selesai. Masalah lainnya adalah, saya sudah terikat dengan kepanitiaan pada tanggal 31 Oktober – 1 November. Ini adalah satu-satunya kepanitiaan yang saya daaftar sendiri bukan karena otomatis jadi panitia. HU. Sedih rasanya nggak bisa berpartisipasi saat hari H. Cuma bisa berpartisipasi mempersiapkan sebelum hari H. Tap mau gimana lagi, namanya juga hidup kan harus memilih ea. I’m not sure what kind of decision will I make if it was my old self. My current self now kinda cool, eh? HE abaikan.

Ok lah lanjutkan. Hari Jumat 30 Oktober setelah solat Magrib cuss ke GSG Undip karena bus udah nunggu disana. Hujan menyambut saya dengan gembira(?) ya alhamdulillahnya nggak terlalu deres dan durasinya nggak terlalu lama. Sampai sana, ambil kocokan dulu buat temen duduk. Saya dapet 29 di sebelah mba Ayuchan dan deket jendela!! Yes seneng banget deket jendela karena bisa bersandar ea kurang bersandar bet nih? Nggak jadi sebelahan sama Ade yang dari sore udah ribut mau duduk sebelah saya HAHA walaupun begitu kita dapet seberangan aja kok HE.

Tempat duduk udah, nah udah sedia bantal sama selimut juga di bus nya jadi siap tidur. Dari Undip jalan sekitar jam 8an kalo gak salah. Di jalan, demi apa.........ada konser Raysha calon PH 1 HAHA. Gak kuadh deh pokoknya dari lagunya kerispatih sampe vierra semua dinyanyiin. Yang rusuh sih bagian belakang, kalo bagian depan pada kalem-kalem aja heu. Sampe Bandung jam setengah 4-an.

Disini lah kita...
In Frame: Inggrid

In Frame: Ade



Btw abaikan caption tanggalnya, salah ngeset tanggal kamera :” disitu kita mandi sebelum subuh, nggak terlalu dingin alhamdulillahnya. Trus sholat. Trus makan. Entah kenapa nggak terlalu pengen makan jadi ambil dikit aja. Sop nya asin banget heuw penting banget ini. Kenyang, cus deh ke Bandung TV. Bandung TV ini masih satu kerabat sama Bali TV, Semarang TV, dan lainnya. Cakupannya se-Jawa Barat. Letak studionya di pinggiran Bandung, lupa namanya apa. Bisa dilihat langsung di Wikipedia ada kok. Saya sempet ngintip juga di situ sebelum nyampe.

Di Bandung TV awalnya agak gabut nggak tau mau ngapain karena emang nggak di briefing. Beberapa saat kemudian kami diajak masuk ke studio. Peran kami disitu adalah penonton berbayar, berbayar ya bukan bayaran karena emang kami yang bayar wkwk. Kami ikut syuting acara “Halo-Halo Bandung” dimana itu LIVE. Presenternya 2 orang teteh cantik. Pertama kali banget nih saya liat langsung proses syuting, LIVE lagi. Memang ya make up harus tebel biar keliatan di layar kaca. Seriusan deh. Ternyata jadi presenter ngomongnya harus teratur dan cepet. Teteh yang pertama ngomongnya bagus dan lancar, kalo yang satunya agak berhenti-berhenti.

Nah apakah kami cuma jadi penonton aja? Ternyata enggak. Mbak Hana dan Mas Rogo sebagai Wa-PU dan PU ternyata berkesempatan tampil jadi narasumber WKWK. 

Pertanyaannya tentang kuliah di FKM itu mempelajari apa, trus peran mahasiswa di LPM Publica Health itu apa. Kesalahan teteh teteh ini adalah baca nya “pub” enggak “pab” wkwk ya biasa sih kayanya kalo orang pertama kali denger itu kayak gitu. Lucu juga liat Mba Hana yang malu-malu gara-gara pake gincu (baca: LIPSTIK) dan Mas Rogo yang tegang hahaha. Hebat lah ya pokoknya ini nggak pake script tapi responnya cepet. Yadums namanya juga PU-Wa PU PH eaa.

Selesai syuting, ada sesi tanya jawab sama pihak Bandung TV nya. Ya seputar permasalahan, rapat isu, begitu-begitulah. Selain itu kami juga diajakin ke ruang MC (Master of Control)

In Frame: Pasutri hahaha gak deng PU dan WaPU PH
Ruang MC ini yang mengontrol semuamuanya. Kalo listriknya mati, yang diutamain dapet sumber dari genset ya ruang ini. Karena kalo ruang ini mati, nggak ada tayangan yang bisa dinikmati masyarakat. Trus tayangan yang lewat MC ini nggak langsung didapet sama masyarakat, tapi ditransmisikan dulu ke pusat. Walaupun begitu, nggak ada delay untuk sampe masyarakat. Yah, itulah hebatnya teknologi masa kini.

Yang saya perhatikan, ada kayak sesajen gitu di ruang ini. Waktu dari gerbang awal juga. Nggak tau sih buat apa juga....HMMM...setelah itu kami...foto-foto as usual hahah.

In Frame: Mb Dian & Mb Dhita

Seneng bisa belajar broadcasting. Semenjak masuk LPM keinginan untuk jadi presenter kuat lagi hahah. Ya walaupun belum terlalu kuat keinginan ini karena banyak pertimbangan. Dan harapannya LPM Publica Health lewat Cyber bisa meluncurkan PH-TV sesegera mungkin. Tahun depan, maybe? Amiiiin.